batas

78.4K 5.2K 261
                                    

Kurasa karena keseringan disakiti sampai lupa terakhir kali dicintai.
Hmm sudah terlanjur begini lantas harus bagaimana lagi? 

-youngMarriage-

Rintik hujan perlahan membasuhi bumi diringi hembusan angin membuat Daun daun bergerak kesana kemari. Sebagian memilih terlelap dibalik selimut tebal dan ada juga yang tengah bersantap ditemani secangkir kopi hangat.

Tapi tidak dengan Shiren, perempuan itu sekarang tengah menunduk agar tidak terkena cipratan air hujan. Disinilah dirinya sekarang, di Halte sekolah. Menunggu Ray yang tak kunjung menampakkan diri.

Hari semakin sore , jalanan sekarang tengah lenggang karena banyak yang memilih berteduh. Shiren dan beberapa orang disekitarnya mulai merasa kedinginan. Apalagi Shiren yang tengah memakai baju sekolah berlengan pendek begitu juga roknya.

Diambil handphone yang berada di tas nya, berharap tidak kehabisan batrei.

Diketiknya pesan kepada Ray

Ray

Ray? Lo dimana?

Sambil menunggu pesan dibalas, Shiren melirik kekanan ke kiri kalau saja ada mobil Ray.

Drett drett

Balasan Dari Ray, segera di bukanya.

Msh d jln, lo kl mw plg dluan gpp.

Shiren melototkan matanya, heh?

Gue nunggu lo aja deh, masih hujan juga

Tidak ada balasan dari Ray, Shiren memasukkan kembali handphonenya. Rintik hujan masih terus menguyur jalanan. Shiren masih sabar menunggu datangnya Ray.

"neng nunggu siapa?" tanya ibu ibu yang dari tadi mengawasi Shiren

"Temen buk" jawab Shiren berbohong, dia tidak mungkin berbicara kalau yang ditunggunya adalah suami. Yang ada yah tahulah sendiri, dinyinyirin...

"owh, kirain nungguin pacar!" goda ibu itu-yang bernama Tuti-yang tengah tersenyum.

"saya gak punya pacar buk" adanya suami. Ucap Shiren

"wah serius kamu?" tanya Tuti itu antusias, Shiren mengangguk mengiayakan

"ah andai saja anak saya gak ganjen kaya kamu, mungkin saya gak semalu ini!" ujar Tuti itu dengan nada kesal. Shiren bisa melihat aura marah dari dari ibu itu.

"ma-

"masih kelas sepuluh saja kelakuan nya kayak jalang! Nyesel saya ngelahirin anak macam dia!" potong Tuti  tanpa menunggu ucapan Shiren.

Shiren melotot kaget mendengar ucapan dari Tuti. Shiren tak menyangka ucapan sekejam itu keluar dari mulut seorang ibu. Dikiranya hanya Nella yang berkata seperti itu.

"maaf sebelumnya buk, bukan nya saya ingin menyela ucapan ibuk tapi sebaiknya ibuk jangan berkata seperti itu" ucap Shiren tulus, bukan berniat mencari muka hanya saja ia tahu betapa sakit nya dikatakan seperti itu apalagi oleh orang yang selama ini melahirkannya.

young Marriage [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang