Abaikan rasa sakit, atau jika tidak maka kamu tidak akan pernah merasa bahagia. - Ali bin Abi Thalib
•
•
Hari ini Haykal boleh pulang, menurut dokter dia akan perlahan mengingat kembali memorinya jika dibawa ketempat yang sering dia kunjungi.
Ketika sopirnya menuju rumah Haykal dan Afrin, Haykal mengernyit bingung tidak tahu mereka di rumah siapa.
"Ini rumah siapa?" Tanya Haykal kepada sopirnya.
"Ini rumah den Haykal dan neng Afrin" jawab sopirnya.
"Saya mau kerumah orang tua saya!!" Tukas Haykal.
Zahra ingin membantah abangnya itu tapi ditahan oleh Afrin. Zahra menoleh ke Afrin dengan pandangan bertanya, Afrin menggelengkan kepalanya tanda tidak apa-apa.
"Kalau begitu aku turun disini ya, makasih pak sudah anterin saya " Afrin tersenyum ke arah Zahra yang hanya bisa menghela nafas berat.
"Sama-sama neng Afrin," jawabnya.
"Kita pulang dulu ya kak, Assalamualaikum" ucap Zahra.
"Wa'alaikumussalam" jawab Afrin melambaikan tangannya.
Afrin masuk kedalam rumah yang sekarang terasa begitu sunyi. Baginya tidak apa-apa Haykal menolak tinggal bersamanya untuk saat ini. Itu juga demi kebaikan Haykal.
Afrin masuk ke kamarnya dan merapikan kamarnya yang sedikit berantakan akhir-akhir ini.
Setelah itu, Afrin menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. 20 menit selesai urusan kamar mandi, Afrin langsung mengerjakan sholat Zhuhur.
Didalam sholatnya Afrin berdoa untuk kesehatan bayinya dan suaminya.
Afrin ingin makan,tapi takut akan memuntahkan makanannya lagi. Tidak mungkin Afrin membiarkan bayinya kelaparan. Tidak apalah dia menanggung sakit jika itu demi sang buah hati, dia harus kuat.
Baru dua suap Afrin berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Lagi-lagi seperti itu. Disaat seperti ini Afrin sangat membutuhkan Haykal, tapi bagaimana mungkin.
Setelah merasa tidak ada yang ingin dimuntahkannya lagi, Afrin beranjak ke depan melihat siapa yang bertamu ke rumahnya.
"Assalamualaikum" Ucap seseorang yang tak lain adalah bundanya sendiri.
Senyum Afrin mengembang melihat bundanya ada didepannya sekarang, Afrin memeluk bundanya erat, Ratna membalas pelukan putri semata wayangnya itu.
"Bunda.. Afrin kangen" rengek Afrin seperti anak kecil. Ratna tersenyum mengelus kepala Afrin.
"Bunda juga kangen kamu nak, maaf ya bunda telat kesini, soalnya pekerjaan di Bandung benar-benar bermasalah, makanya ayah dan bunda baru datang sekarang" ujar bundanya.
"Mana ayah Bun,kok gak keliatan?" Tanya Afrin mencari sosok ayahnya yang sangat dirindukannya itu.
"Katanya tadi mau beli ketoprak dulu didepan, bentar lagi datang kok" jawab bundanya. Afrin mengangguk mengerti.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFRIN ||END
RomanceSebuah perjodohan mengikat Afrin dengan Haykal yang notabenenya adalah anak yang baik dan rajin beribadah. Sedangkan Afrin adalah gadis yang susah diatur dan urak-urakan. Bagaimana jika mereka bersatu dengan sifat yang jauh berbeda.Mungkinkah Afrin...