Bagian 28

3.4K 211 0
                                    

50.000 tahun sebelum langit diperkenalkan ke laut, Allah telah menuliskan namamu di sisiku.

Malika menatap Delon dengan tatapan tidak percaya. Yang ditatap hanya tersenyum lembut melihat ekspresi Malika yang menurutnya lucu.

"Malika, kamu setuju? Ini mungkin doa-doa ibu yang sudah dikabulkan Allah" kata ibunya dengan nada bahagia.

Malika merasa bimbang pada hatinya, dia tidak ingin dilamar pria yang tidak dicintainya, tapi memikirkan Haykal yang sangat tidak mungkin untuk dimiliki, Malika akhirnya mengangguk pelan membuat semua orang tersenyum. Tidak terkecuali Delon yang terlihat bahagia.

"Kuharap ini yang terbaik" bathin Malika.

Setelah menentukan bagaimana acara pernikahan akan digelar, akhirnya Delon dan keluarganya pamit pulang.

"Akhirnya ada yang mau sama kamu" ucap Andra yang duduk disofa sambil memakan cemilan yang dihidangkan untuk tamunya tadi.

Malika mendelik tajam ke arah Andra "mas pikir aku gak laku apa, aku tu udah banyak nolak laki-laki".

"Iya banyak...saking banyaknya gak ada orang yang mau lagi dekat sama kamu" Cibir Andra.

"Mas aja yang jomblonya kelamaan, ibu tu maunya mas yang ngelamar anak orang. Eh tapi gak mungkin juga ya, orangnya udah punya suami juga" ledek Malika lalu dengan gerakan cepat berlalu dari situ takut singanya ngamuk.

"Awas kamu Malika" seru Andra saat Malika sudah menghilang.

~~~

"Bang, yang ini abang suka gak?" Tanya Fira memperlihatkan foto wanita cantik. Feri tidak menanggapi, dia tetap fokus dengan laptop didepannya.

Fira menggoyangkan bahu Feri kesal " bang.. liat dulu dong", Feri menghembuskan nafas lelah dan memutar pandangannya ke foto yang terpampang di layar hp adiknya.

"Cantik" komentar Feri membuat Fira tersenyum lebar.

"Tapi gak menarik" lanjut Feri membuat senyum Fira luntur seketika.

"Abang gimana sih, ini tu udah wanita yang ke dua puluh lho, masa abang gak ada tertarik sama sekali" kesal Fira.

"Kamu cariin wanita itu darimana?" Tanya Feri tidak mempedulikan kekesalan adiknya.

"Instagram" jawab Fira.

"Kamu kenal?" ,Fira menggeleng cepat tanda ia tidak mengenalinya.

"Bagaimana bisa abang mengenalinya dari pakaiannya saja, padahal kamu sendiri juga belum kenal" kata Feri yang dipiki-pikir Fira iya juga.

"Gimana kalo akhlaknya gak sebaik pakaiannya, abang tidak mau mengenal orang yang gak tau seperti apa" ujar Feri.

"Bang, kalau abang mau perempuan yang akhlaknya baik, maka itu tugas abang yang memperbaiki akhlaknya. Ga ada wanita yang sempurna didunia ni bang" .

Feri hanya diam tidak membalas perkataan adiknya, karena merasa tersinggung.

"Udah la, abang aja cari sendiri perempuan yang Abang mau. Ingat bang, abang gak bisa berdoa untuk mendapatkan seseorang yang sudah menikah, Allah gak akan suka" ucap Fira berlalu pergi dari situ.

Feri merasa dihantam batu besar oleh perkataan Fira yang begitu tepat mengenai sasaran. Benar, disetiap doanya banyak terucap nama Afrin didalamnya.

"Paman..." Teriak Khadijah membuyarkan lamunan Feri.

Feri menoleh ke arah Khadijah lalu tersenyum. "Hai my Little girl" ucap Feri.

"Paman, tadi Khadijah abis main sama Safa" ujar Khadijah.

"Safa? Safa siapa sayang?" Tanya Feri bingung.

"Safa teman baru Khadijah, dia tinggal berdua sama ibunya disebelah, besok Khadijah mau main lagi sama Safa" jawab Khadijah dengan ceria. Feri tersenyum menganggukkan kepalanya pelan ke arah Khadijah.

Sudah lama sekali rumah disebelahnya tidak dihuni. Feri berpikir sebaiknya Fira harus melihat tetangga baru mereka untuk bersilaturahmi.

"Sayang, apa kamu bisa mengantarkan paman dan Tante Fira pergi kerumahnya?" Tanya Feri.

Khadijah mengangguk antusias.
"Boleh banget paman, Khadijah juga mau lihat Ibunya".

Feri dan Fira akhirnya bersepakat untuk mengunjungi tetangga baru mereka. Salah satu hal yang harus di anjurkan oleh Islam.

"Assalamu'alaikum" ucap Fira sambil mengetuk pintu. Setelah pintu terbuka terlihat wanita muda bersama seorang gadis sebaya dengan Khadijah. "Wa'alaikumussalam" jawabnya.

"Kami dari sebelah mau mengantarkan ini, sudah lama sekali kami tidak bertetangga disini" ujar Fira sopan.

"Terimakasih banyak, silahkan masuk" ucapnya mempersilahkan Fira dan Feri masuk.

Mereka duduk disofa ruang tamu. Safa membawa Khadijah bermain di kamarnya.
Tinggallah mereka bertiga sekarang.

"Oh ya, perkenalkan nama saya Fira dan ini Abang saya Feri" ucap Fira memperkenalkan dirinya dan Feri.

"Nama saya Syifa" ucapnya dengan tersenyum.

"Apa mbak Syifa hanya berdua disini?" Tanya Fira.

Syifa tersenyum lembut. Dia menceritakan bagaimana dia dan anaknya bisa tinggal disini, dia juga menceritakan bahwa dia adalah seorang janda karena suaminya sudah meninggal.

Fira merasa tersentuh oleh kisah Syifa yang menurutnya menyedihkan.

"Tapi selalu ada Allah bersamaku, hanya Dia dzat yang tidak akan pernah meninggalkan kita" katanya dengan tersenyum.

"Mbak Syifa wanita yang tangguh" puji Fira.
Feri hanya diam mendengarkan, tidak begitu berkomentar.

Setelah berkenalan dan bercerita banyak hal, akhirnya Fira dan Feri pamit pulang karena hari sudah mulai gelap.

"Kasian banget ya mbak Syifa harus melalui semuanya sendiri, apalagi putrinya yang tidak sempat melihat wajah ayahnya" ucap Fira saat dia dan Feri sudah berada dirumah.

"Aku ingin menikahinya" ujar Feri membuat Fira membulatkan matanya.

"Apa Abang bilang?" Tanya Fira memastikan kalau dia tidak salah dengar.

"Aku ingin menikahinya" ulang Feri.

"Abang serius?" Tanya Fira antusias walau tahu tidak ada nada bercanda diucapan abangnya.

"Apa aku terlihat bercanda?" Tanya Feri. Fira menggeleng cepat. Ada rasa senang dihatinya saat abangnya akhirnya mau melamar seseorang.

***

Assalamualaikum
Semangat ya puasanya.
Cerita ini udah mau ending, jadi tolong di vote bagi yang menyukai dan sudah mempunyai akun😃

AFRIN ||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang