Bagian 19

2.9K 210 0
                                    

"Jihad seorang wanita ialah memberikan pertemanan yang menyenangkan kepada suaminya".

Semakin hari Haykal semakin curiga dengan Afrin yang setiap hari selalu datang menjenguknya.

Walaupun mereka tidak banyak saling bertukar kata, tapi Haykal merasa aneh dengan kehadiran Afrin disetiap saat.

Seperti saat ini Afrin sedang fokus membaca sebuah novel, dia hanya duduk diam dan begitu terus sampai sore tiba.

"Afrin" panggil Haykal membuat Afrin harus menghentikan kegiatan membacanya.

"Ya,apa kau perlu sesuatu?" Tanya Afrin. Siapa tahu Haykal butuh bantuan.

"Tidak, aku ingin bertanya padamu" Haykal berangsut duduk dari tempat tidurnya. Afrin memperhatikan Haykal yang  memperbaiki posisinya.

"Apa kamu ditugaskan untuk menjaga ku?"
Afrin diam berpikir jawaban apa yang akan dia berikan.
"Kau itu suamiku, sudah tugasku menjagamu ketika kau sakit" jawaban itulah yang paling tepat untuk Afrin utarakan,tapi mana mungkin Haykal akan percaya.

"A..aku hanya menjenguk mu" jawab Afrin berbohong. Haykal menatap intens Afrin. Dia tidak bisa dibohongi begitu saja.

"Benarkah? Apa ada orang menjenguk seseorang hampir setiap hari?" Tanya Haykal mengintimidasi.

"Itu karna.." Afrin tidak tahu lagi harus menjawab apa.

"Karna dia istrimu" ujar Lani masuk begitu saja. Sebelumnya dia pamit ingin membeli makanan,tapi sebelum membuka pintu dia mendengar Haykal yang sudah curiga dengan Afrin. Lebih baik ini saatnya Lani mengungkapkan kebenaran, pikirnya.

Tubuh Afrin menegang ketika ibu mertuanya mengatakan secara tiba-tiba kepada Haykal.

Tidak jauh berbeda dengan Haykal, dia lebih terkejut mendengar perkataan mamanya.

"Ma, jangan bercanda.. bagaimana bisa aku menikah?".

"Haykal, dengarkan mama.. kamu kecelakaan dan kamu kehilangan memori jangka pendek saat ini. Cepat atau lambat kamu akan tau bahwa Afrin adalah istrimu" ujar Lani.

Haykal memaksakan kepalanya memikirkan sesuatu tapi percuma,itu membuatnya meringis kesakitan.

"Tidak Haykal,kau tidak bisa memaksa untuk mengingat nya" kata Lani khawatir saat Haykal memegang kepalanya.

Afrin yang juga khawatir akhirnya menghampiri Haykal setelah lamanya menjaga jarak sejak Haykal sadar.

Afrin ingin menyentuh bahu Haykal tapi di tepis oleh Haykal. Haykal belum percaya bahwa Afrin adalah istrinya.

Afrin akhirnya mundur , hanya bisa menerima kenyataan yang harus dia terima bahwa Haykal tidak akan menerimanya.

"Ma.. aku mau sendiri dulu" ujarnya kepada Lani. Mendengarnya otomatis Afrin juga harus keluar dari situ.

"Haykal.. dengarkan mama, kamu tidak boleh berpikir yang tidak-tidak, jangan memaksakan otakmu bekerja" Lani menasehati. Haykal hanya diam , lalu Lani dan Afrin keluar dari situ.

AFRIN ||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang