Bagian 29

3.9K 219 0
                                    

Cinta Sejati berarti saling membantu untuk menggapai surga, bukan saling berpegangan tangan dan berjalan menuju api neraka.

Haykal terus memanjatkan doa kepada Allah agar diberikan kemudahan kepada istrinya untuk melahirkan amanah yang Allah titipkan dirahim istrinya.

Walaupun hatinya gelisah melihat wajah Afrin yang berpeluh, tapi semangat selalu dia berikan kepada Afrin untuk berjuang melahirkan bayi yang mereka tunggu-tunggu.

Haykal mengecup dahi Afrin yang berkeringat lalu membacakan ayat Alquran yang akan menenangkan Afrin.

Afrin menangis haru saat tangis bayinya pecah diruangan serba putih itu.

Haykal mengucapkan syukur dan berterima kasih kepada Allah karena mengabulkan doanya dan berterima kasih kepada istrinya karena sudah berjuang mati-matian melahirkan bayi mereka.

"Alhamdulillah bayi kalian laki-laki" ucap dokter memberikan bayi mungil kepada Haykal.

Haykal mengumandangkan adzan ditelinga bayinya dengan penuh haru.

Afrin tersenyum lembut melihatnya, dia sangat bersyukur atas apa yang Allah takdirkan untuknya.

Haykal memberikan bayinya kepada Afrin. Afrin menyentuh tangan mungil anaknya dan tersenyum lembut. Rasa sayang dan cinta tumbuh begitu saja ketika pertama memandang anaknya.

"Apa Abi sudah menyiapkan namanya?" Tanya Afrin masih menatap putranya.

"Kamil Nufail Zhafran, Nufail " jawab Haykal. Senyum Afrin mengembang lalu mencium pipi putranya.

"Selamat datang di dunia Nufail, semoga kamu menjadi anak yang Sholeh".

~~~

"Sungguh dia sangat lucu" puji Rara mencubit pipi Nufail pelan sehingga membuat Nufail bergerak gelisah.

"Namanya juga bibit unggul Ra, noh lihat wajah emak bapaknya ngalahin artis papan atas" timpal Anggin.

"Itu gue juga tau" balas Rara.

Afrin terkekeh geli mendengarnya. Anggin terlalu berlebihan baginya.

"Oh iya.. bunda kamu gak kesini?,"  tanya Rara.

"Bunda katanya lagi jalan kesini, sekalian sama mama Lani" jawab Afrin.

Rara hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Dimakan cemilannya"ucap Afrin menyodorkan cemilan yang dia hidangkan tapi belum kunjung disentuh sahabatnya.

"Nanti aja Af, belum lapar" kata Rara.

"Si Rara sok jaim, padahal cacing perutnya udah ngedemo" cibir Anggin.

"Doyan banget lo mau bikin masalah sama gue ya" ucap Rara mendelik tajam ke arah Anggin.

"Lah, emang gitu kenyataan nya, iya kan af", Afrin tertawa kecil mengangguk membuat Rara menatapnya tidak terima.

"Gue sumpahin gak jadi nikah Lo" seru Rara dengan gaya songongnya.

"Gue sumpahin Lo jadi perawan tua" balas Anggin dengan gaya tak kalah songong.

Belum sempat Rara membalas ucapan Anggin, orang tua dan mertua Afrin akhirnya datang.

"Assalamualaikum", Rara,Afrin dan Anggin pun menoleh "wa'alaikumussalam".

"Apa kabar sayang" sapa Lani cipika cipiki dengan Afrin, lalu menatap tersenyum cucunya yang berada digendongan Afrin.

"Baik ma"jawab Afrin tersenyum.

Ratna menatap bundanya yang menatap Afrin bahagia.

"Apa dia cucu bunda?" Tanya Ratna menghampiri Afrin. Afrin tersenyum mengangguk.

"Dia juga cucuku" timpal Lani.

Ratna ingin berkomentar tapi dihentikan oleh suaminya.

"Tidak usah berdebat, dia cucu kita" kata Rofi membuat semua orang disitu tertawa.

Rara dan Anggin menyapa kedua orang tua Afrin dan mertuanya, lalu tidak lama setelah itu mereka pamit pulang karna sudah terlalu lama berada disitu.

"Nufail,nama yang bagus" puji Bakrie ayah mertua Afrin.

"Dia sangat mirip dengan Afrin, tapi bibirnya sangat mirip dengan Haykal.

"Sangat pas"timpal Bakrie.

~~~

Afrin menatap dua undangan ditangannya tersenyum. Haykal menghampiri Afrin yang senyum-senyum sendiri.

"Kenapa umi senyum-senyum sendiri?" Tanya Haykal duduk disebelah kanan Afrin.

"Aku tersenyum melihat dua undangan ini" jawab Afrin.

Haykal melihat dua undangan, yang dia tau satu undangan Malika dan Delon, tapi yang satunya lagi tidak tau undangan dari siapa.

"Ini undangannya dari pernikahan Feri" Afrin menjawab pandangan bertanya melihat undangan Feri.

" Keputusan yang bagus " ucap Haykal.
"Maksud Abi?" Tanya Afrin.

"Aku kira dia tidak akan pernah menikah karena menyukaimu" jawab Haykal.

"Abi, dia tidak menyukaiku" sangkal Afrin.

"Dia menyukainya" balas Haykal.

"Tidak abi" timpal Afrin lagi.

Haykal ingin membalas perkataan Afrin tapi terhenti oleh tangis Nufail.

"Sepertinya Nufail haus" kata Afrin menghampiri putranya.

"Dia membuatku cemburu" kata Haykal membuat Afrin menaikkan alisnya bingung.

"Dia selalu mengambil waktuku saat bersamamu" ucap Haykal mengelus pipi Nufail pelan.

"Abi..dia anak kita, dia adalah anugrah. Kenapa Abi pakai cemburuan padanya?" Tanya Afrin bingung.

"Aku mencintainya dan mencintaimu" ujar Haykal tidak menjawab pertanyaan Afrin.

"Abi, apa Abi juga menyayanginya?" Tanya Afrin asal bicara.

"Tentu saja, aku mencintainya apalagi menyayanginya." Jawab Haykal mencium pipi Nufail.

Afrin tersenyum lembut melihat tulusnya kasih sayang Haykal.

"Semoga disurga kelak kita akan dipertemukan dan selalu seperti ini"  kata hati Afrin.

***

#dirumahaja ya antum







AFRIN ||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang