Bagian 22

3.5K 253 0
                                    

Tubuh dibersihkan dengan air. Jiwa dibersihkan dengan air mata. Akal dibersihkan dengan pengetahuan. Dan jiwa dibersihkan dengan cinta. – Ali bin Abi Thalib



Afrin menangis dalam doanya, segala rasa sakit dia serahkan kepada Yang Maha Kuat.


Andaikan bukan karena bayinya, Afrin rela melepaskan Haykal. Melepaskan seseorang yang dicintainya yang sekarang bahkan belum mencintainya tapi malah melupakannya.

Setelah selesai mengerjakan kewajibannya, Afrin melipat mukenanya yang sudah basah oleh air mata.

Saat Afrin ingin meletakkan mukenanya, matanya tidak sengaja melihat Haykal yang berdiri di ambang pintu. Seketika Afrin mencoba menghapus jejak air matanya.

Haykal berjalan ke arah Afrin lalu membawa Afrin kedalam pelukannya. Afrin membeku karena perlakuan Haykal.

"Demi Allah, aku tidak pernah ingin melupakanmu, demi Allah aku tidak pernah ingin melepaskanmu. Maafkan aku membuatmu menunggu terlalu lama" ujar Haykal dengan suara serak. Dia menangis.

Afrin menutup matanya mendengar ujaran Haykal, Afrin membalas pelukan Haykal dengan erat. Tangisnya pecah begitu saja.

Haykal mengusap lembut kepala Afrin agar Afrin tenang, tapi itu tambah membuat tangis Afrin semakin pecah.

"Maafkan aku maafkan aku" ucap Haykal berulang kali. Sungguh demi apapun dia tidak ingin melihat Afrin menangis karenanya. Dia sudah berjanji kepada Allah untuk membahagiakan istrinya didalam janji pernikahannya.

"Aa..aku hikkss" Afrin tidak bisa menghentikan tangisnya. Haykal melepaskan pelukannya dan menatap mata coklat istrinya.

"Kamu tidak mau memaafkan aku?" Tanya Haykal sambil menghapus air mata Afrin.

Afrin menggelengkan kepalanya "aku sudah memaafkan kamu" jawab Afrin setelah tangisnya mereda.

Haykal tersenyum tulus lalu kembali membawa Afrin kepelukannya.

"Terima kasih telah menjadi istri yang sabar dan terima kasih sudah menjadi calon ibu yang kuat" ujar Haykal. Afrin tersenyum didalam pelukan Haykal. Dia sangat merindukan kehangatan ini, sangat.

Haykal melepaskan pelukannya dan turun menatap perut Afrin yang sedikit membuncit.

"Apa Abi membuatmu kecewa selama ini? Maafkan Abi pernah meragukan kamu. Terima kasih sudah membuat umi bertahan disamping Abi" ucap Haykal mengajak bayi didalam perut Afrin berbicara. Setelah itu Haykal mengecupnya sayang perut Afrin.

Afrin tersenyum lembut melihatnya, ini yang selalu dia tunggu. Sekarang Allah mengabulkannya.

Bel membuat Haykal dan Afrin harus terpaksa mengakhiri situasi hangat ini.

"Assalamualaikum" seru seseorang dari luar.

"Wa'alaikumussalam" jawab Haykal dan Afrin.

" Andra , silahkan masuk!" Tawar Afrin.
Haykal mengernyit bingung melihat Afrin yang mulai ramah kepada Andra.

"Gak usah, ngapain Lo kesini?"  Tanya Haykal sebelum Andra membuka mulutnya menjawab Afrin.

"Eh Lo kal, ini jadwal Afrin kerumah sakit periksa kehamilannya. Yuk Af " ajak Andra.

"Gak perlu, gue yang akan antarin dia" tukas Haykal.

Andra menatap bingung Haykal, lalu meletakkan tangannya di kening Haykal.
"Lo gak demam?" Tanya nya.

Haykal menyingkirkan tangan Andra dari dahinya.

"Gue udah sembuh, udah.. gue yang antarin istri gue. Lo sana pulang hus hus" usir Haykal mengibaskan tangannya.

"Lo..Lo udah ingat Afrin?" Tanya Andra dengan wajah kaget.

Haykal mengangguk dan Afrin tersenyum.
Melihatnya Andra ikut tersenyum.

"Gue kirain belum, gue jamin kalau beberapa bulan lagi lo belum ingat,gue pastiin buat gantiin lo" canda Andra.

Haykal memukul bahu Andra membuat Andra meringis" gak usah ambil hati kali kal, emosi banget lo" seru Andra mengusap bahunya.

"Makanya gak usah bercanda yang enggak enggak" balas Haykal.

Afrin tertawa kecil melihat mereka berdua.
" Yaudah, gue pulang dulu. Assalamualaikum" ucap Andra.
"Wa'alaikumussalam" jawab Haykal dan Afrin.

***

"Alhamdulillah bayinya sehat, tidak ada masalah apapun." Ujar bidan yang memeriksa kandungan Afrin.

"Alhamdulillah" Afrin dan Haykal tersenyum mendengarnya.

"Saya kira pak Andra yang akan mengantar bu Afrin" kata bidan tersebut.

"Tidak,saya suaminya" jawab Haykal merangkul Afrin posessiv. Afrin tersenyum melihat tingkah laku Haykal yang sepertinya cemburu dengan Andra.

Setelah selesai, Haykal mengajak Afrin ke taman yang begitu luas dan asri.

Haykal mengajak Afrin duduk di bawah pohon yang cukup rindang.

"Apa selama ini Andra yang mengantarmu memeriksakan kandunganmu?" Tanya Haykal dengan padangan yang lurus kedepan.

Afrin mengangguk" mama Lani yang menyuruhnya, katanya hanya Andra yang dapat dia percaya", jawab Afrin menyandarkan kepalanya di bahu Haykal.

Rasa bersalah dan penyesalan memenuhi hati Haykal. Merasa bersalah karena tidak bisa seutuhnya menjadi suami dan ayah yang baik. Menyesal karena tidak ada disamping istrinya saat-saat seharusnya dia memberikan semangat.

"Maafkan aku tidak bisa menjadi suami yang baik" ujarnya.

"Jangan berkata begitu, kau suami dan ayah yang sangat baik" kata Afrin memeluk Haykal dari samping.

Haykal menatap sendu Afrin. Bagaimana mungkin istrinya tidak membencinya setelah apa yang dia lakukan.

Haykal tau Afrin sudah mengetahui tentang Maryam. Dia ingat saat menanyakan Maryam ketika baru bangun bukan Afrin istrinya, itu pasti sangat melukai perasaan Afrin.

"Bagaimana kau bisa sekuat ini?" Tanya Haykal. Afrin tersenyum "karena Allah memberi aku kekuatan" jawabnya menatap Haykal bahagia.

"Aku bersyukur memilikimu" ucap Haykal mengecup kepala Afrin dengan Afrin.

"Sejak kapan kamu berperilaku manis seperti ini?" Goda Afrin.

"Sejak aku mencintaimu" jawab Haykal membuat Afrin menatapnya terkejut.

"Kamu sudah mencintaiku ?" Tanya Afrin tidak percaya. Dia takut Haykal hanya menggodanya.

"Ya.. aku mencintaimu istri dan calon ibu dari anak-anakku" jawab Haykal tersenyum.

***

Assalamualaikum.
Biar aku nuslinya makin semangat, dikasih vote ya. Coment apalagi

AFRIN ||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang