Bagian 3

3.9K 278 2
                                    

Happy reading!


Afrin berjalan melangkah kedalam rumah sakit umum pusat Fatmawati.

Banyak orang berlalu lalang,wajar memang rumah sakit ini mempunyai akreditasi internasional.Membuat orang percaya untuk berobat disini.

Celin menuju kearah resepsionis untuk menanyakan Haykal.

"Ya mbak,ada yang bisa saya bantu?"tanya resepsionis sopan.

"Mbak,ada dokter Haykal Azril Ansa gak?"tanya Afrin.

"Apa mbak sudah membuat janji?"tanya Mbak resepsionis.

Afrin menggeleng"saya kesini gak mau berobat mbak,saya cuma mau bicara hal penting,tolong ya mbak" pinta Afrin.

"Maaf mbak,anda harus membuat janji dulu baru bisa bertemu dokter Haykal" tolaknya sopan.

Afrin memberengut lalu berjalan mengelilingi rumah sakit besar itu.Siapa tau dia bertemu Haykal, pikirnya.

Sudah 1 jam berkeliling, Afrin merasa lelah dan akhirnya memilih menyerah.

Ketika Afrin tinggal beberapa langkah lagi menuju parkir mobilnya, Afrin melihat Haykal sedang berbincang dengan seorang wanita yang sepertinya dokter juga.

Afrin mendumel sendiri"katanya pria baik-baik,lah ini aja lagi ngobrol sama perempuan.Munafik banget"Ucapnya.

Lalu dia berpikir,bukankah dia ingin berbicara hal penting dengan Haykal, kenapa dia mempersalahkan Haykal mengobrol dengan perempuan?.
Sepertinya kepalanya sudah konslet.

Tidak ingin membuang waktu lagi,Afrin menghampiri Haykal yang masih mengobrol.

"Haykal"panggilnya.
Haykal menoleh kearah orang yang memanggilnya lalu kaget karena orang itu adalah Afrin.

Secepat mungkin Haykal menormalkan ekspresi nya dan menyuruh dokter yang dia ajak mengobrol untuk menyudahi obrolannya.

Dokter perempuan itu mengangguk dan melirik Afrin sebentar.Lalu langsung beranjak dari tempat itu.

Afrin merasa tatapan wanita itu adalah tatapan meremehkan dirinya sehingga membuatnya merasa sedikit kesal.

Melihat Afrin yang hanya diam, Haykal berdehem.
Afrin kembali kerencana semula.Tidak perlu menanggapi wanita itu, unfaedah banget, pikirnya.

"Ada apa mencari saya?"tanya Haykal.

"Cuma mau bilang,kita harus mengehentikan perjodohan ini.Aku tau kamu pasti juga tidak mau dijodohkan bukan?,impas saja kamu cukup membujuk orang tuamu untuk menghentikan perjodohan kita,bilang kalau kamu mencintai orang lain.Dan ya,kamu juga tidak akan betah menjadikan aku seorang istri karena aku tidak ahli untuk menjadi ibu rumah tangga.jadi kamu mau kan?" Oceh Afrin sepanjang rel kereta api.

Haykal yang mendengarkan hanya diam tidak menanggapi.
"Bagaimana? Kamu mau kan?"

"Maaf saya sibuk, permisi" balas Haykal lalu pergi meninggalkan Afrin yang menganga menatap Haykal tidak percaya.

Bagaimana Haykal hanya memberikan jawaban sesingkat itu?, mulutnya sudah berbusa menyatakam semuanya kepada Haykal,tapi apa yang dia dapat? Haykal sibuk? Berarti dia tidak menyetujui tawaran Afrin?.

AFRIN ||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang