Bagian 25

3.5K 232 0
                                    

Aku hanyalah wanita akhir zaman yang mengidolakan para wanita ahli surga dan bermimpi semulia mereka di mata sang Ilahi.

Dhea dan Afrin berbincang-bincang sambil makan siang. Sebelumnya mereka tidak janjian, tapi karena takdir yang mempertemukan, jadilah mereka berdua berakhir makan siang bersama.

"Aku minta maaf banget De, gak bisa hadirin pernikahan kamu dulu. Aku benar-benar gak tau lagi harus apa saat itu." Ujar Afrin dengan rasa bersalah yang besar.

"Gapapa Af, aku ngerti saat itu adalah hari-hari terpuruk kamu. Malahan aku yang seharusnya ada untuk kamu waktu itu." Ucap Dhea tersenyum.

Tapi bagaimanapun, Afrin benar-benar menyesal sudah mengabaikan hari pernikahan sahabatnya. Rasanya dia tidak becus menjadi sahabat. Padahal Dhea selalu ada untuknya.

"Sekarang gak usah merasa bersalah lagi, aku mau ngenalin kamu sama suami aku, kamu pasti kaget deh" Afrin mengangkat alisnya bingung.

"Mana mungkin kaget, pasti Kevin kan?" Tanyanya. Ya sebelumnya Dhea memang pacaran dengan Kevin.

Dhea menggeleng "Nanti juga kamu tau, bentar lagi dia pasti kesini, kamu pasti gak sempat liat undangannya kan" Afrin hanya tersenyum canggung, sial sekali dia tidak melihat nama yang tertera diundangan Dhea.

"Assalamualaikum" ucap seorang pria dari belakang Afrin.

Afrin dan Dhea menoleh, benar saja Afrin kaget melihat sosok itu.

" Farel ?" Seru Afrin menatap Dhea tidak percaya.

"Hai af, apa kabar?" Tanyanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, karena merasa canggung dengan Afrin.

"Jadi Farel suami kamu?" Tanya Afrin tanpa menjawab sapaan Farel.

Dhea tertawa kecil lalu menarik tangan Farel, " iya..Farel suami aku Af" akunya.

"Tapi kan... Kevin?" Afrin masih tidak percaya.

" Aku udah lama putus sama Kevin, gak lama kemudian Farel datang kerumah aku ngelamar aku, awalnya aku juga gak percaya. Tapi dia bilang sudah lama suka sama aku, ya kita akhirnya married" ujar Dhea menjelaskan.

Farel mengangguk mengiyakan perkataan Dhea. Tidak tahu harus berkata apa.

Afrin mengerjap-ngerjap masih meyakinkan.

Kenapa Afrin kaget, karena dulu Farel adalah orang yang sering di-bully mereka di SMA. Farel itu pintar, pintar banget malah. Saking pintarnya, sampai-sampai banyak yang segan sama dia. Dan tidak ada teman sama sekali.

Tapi Afrin, Anggin, Rara dan Dhea malah suka membully Farel, jika Farel tidak mau menunjukkan mereka segala tugas yang ada disekolah. Segitu nakalnya mereka dulu, anak cowok pun di bully.

"Hei Af..gak usah ngelamun, lebih baik kamu minta maaf sama Farel, Rara sama Anggin juga udah minta maaf kok" kata Dhea menaik turunkan alisnya.

Afrin memasang tampang bersalah
"maafin aku ya Farel, dulu suka ngebully kamu. Ya walaupun aku gak sejahat Dhea sih" katanya membuat mata Dhea melotot menatapnya.

Farel terkekeh melihat ekspresi Dhea, memang Dhea lah yang paling gencar membully nya dulu, kadang Farel suka begadang gara-gara mengerjakan PR Dhea.

"Gapapa Af.. aku senang kalian akhirnya bisa berubah jadi baik, apalagi yang disamping aku." Dhea mencubit pinggang Farel sehingga membuat Farel meringis kesakitan.

"Udah kan maaf-maaf nya, Af.. laki kamu udah nunggu tuh" tunjuk Dhea dengan dagunya ke arah pintu masuk restoran.

"Oh.. yaudah, aku pulang dulu ya. Samawa ya buat kalian berdua, Farel.. kamu jagain Dhea ya, jangan sampai balas dendam" ujar Afrin sambil tersenyum menggoda.

" Bisa aja ni Afrin, udah sono pulang..!" Usir Dhea.

"Iya.. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam" jawab Farel dan Dhea.

"Ternyata Afrin beda ya" kata Farel melihat kepergian Afrin yang dirangkul Haykal.

" Beda banget semenjak dijodohin sama pak dokter" kata Dhea.

"Jadi dia dokter? Beruntung banget miliki Afrin sebagai istri" kata Farel masih menerawang tidak tahu bahwa wanita disampingnya sudah siap melepaskan bogemnya.

"Oh.. berarti kamu juga mau dong jadi suaminya Afrin" sindir Dhea.

Farel tertawa melihat Dhea cemburu, ada imut-imut nya gitu.

"Gak kok sayang, jangan gitu mukanya, kayak macan" ledek Farel.

Melihat wajah Dhea semakin memerah menahan marah, Farel menggelengkan kepalanya " Gak kok..kamu cantik kayak ibu" ucap Farel.

"Ibu?" Bingung Dhea. Farel menganggukkan kepalanya.
"Kayak ibu dari anak-anak aku" gombalnya.

Dhea memukul pelan lengan Fare "gombal receh" Ucapnya.
" Iya receh, tapi kamunya jadi blushing kan" godanya sambil memeluk bahu Dhea.

Wajah Dhea memerah menahan malu, bagaimana mungkin orang yang sering dia bully dulunya sekarang menjadi jodohnya. Kadang takdir memang tidak ada yang yang bisa menebaknya.

Kadang suatu rencana yang sudah disusun sebaik mungkin berubah haluan karena Allah punya rencana yang lebih baik.

***
Assalamualaikum antum.
Jangan lupa kasih vote ya, karena nulis sekaligus cari ide itu sama sekali bukan mudah. Jadi buat kalian yang sudah punya akun silahkan di vote, coment sangat boleh.



AFRIN ||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang