4. Office

141 23 3
                                    

Hari ini adalah hari yang sangat kutunggu-tunggu selama seminggu terakhir. Karena hari ini aku dan Niall akan bermain golf bersama. Sekalian ia juga ingin mengajakku berkeliling di kantornya. Aneh memang, tapi mengingat aku sudah tidak bertemu dengannya hampir seminggu jadi aku hanya mengiyakannya ajakannya itu.

Bangkit dari ranjang empukku, aku melirik jam yang menempel di dinding kamarku menunjukkan pukul delapan pagi. Satu jam lagi Niall akan menjemputku, maka dari itu aku segera bersiap.

Membersihkan tubuh kemudian memoleskan sedikit make up yang tidak terlalu berlebihan, aku kemudian berjalan keluar kamar untuk sarapan. Ketika menuruni anak tangga, aku mendengar suara orang yang sedang mengobrol dari arah ruang makan.

Kupikir Pete dan Anastasia yang tengah mengobrol, namun ternyata perkiraanku salah. Niall sudah berada disana, duduk dengan manis di meja makan sambil meminum segelas kopi sambil terkekeh bersama Ana.

Ketika memasuki ruang makan, keduanya menoleh lalu Ana mengucapkan selamat pagi dan menyuruhku untuk segera sarapan. Sedangkan Niall hanya melirikku jahil sambil menyesap kopinya.

"Kau datang sangat awal." ujarku duduk disebelahnya, tanpa mengucapkan selamat pagi padanya.

Ia menaruh gelas berisi kopinya kemudian menoleh, "Itu bagus kan? Kau tidak perlu menungguku." jawabnya.

Aku terkekeh, lalu mengambil dua lembar pancake yang sudah Ana buat pada piringku kemudian menawarkannya juga pada Niall. Mengoleskan butter dan juga menambahkan madu diatas pancake itu, kami memulai sarapan dengan sedikit obrolan ringan.

Setelah selesai, aku menaruh peralatan makan yang tadi kami gunakan ke belakang. Ana dengan senang hati menerimanya.

"Dia orang yang sangat menyenangkan," ujar Ana. Aku yakin ia tengah membicarakan Niall.

"Aku senang kau bisa bergaul dengannya," jawabku.

Ana terkekeh kemudian membalas ucapanku. "Dia satu-satunya kekasihmu yang tidak bersikap bossy kepadaku, Ash." ujarnya dimana membuatku terkejut.

Kekasih katanya?

"Oh, no.. no.. Niall bukan kekasihku." Aku mengoreksinya, benar-benar tak menyangka jika ia bisa mengira kalau Niall adalah kekasihku.

Ana menaikkan salah satu alisnya menatapku, seakan tidak percaya dengan apa yang barusan kukatakan. Namun syukurlah ia lantas menaikkan kedua bahunya dan mencuci piring, sepertinya ia tak terlalu mempermasalahkan hal itu.

Lagipula, aku benar bukan? Niall bukan kekasihku. Dia hanya seseorang yang kebetulan sangat rendah hati dan mudah bergaul dengan siapa saja tanpa memandang status sosial. Aku menyukai sifatnya yang satu itu.

Karena kebanyakan mantan-mantan kekasihku, seperti yang Ana katakan tadi, mereka tak jarang membawa sifat buruk dengan berlagak bossy pada Ana dan Pete. Dimana aku saja tidak pernah melakukan itu kepada mereka.

"Ashley."

Suara Niall langsung membuyarkan lamunanku. Ia dengan pakaian santai berupa celana pendek navy dengan kemeja abu-abu bertuliskan nama manajemen yang dimilikkinya disebelah kanan berjalan menghampiriku. Aku baru sadar, ini pertama kalinya aku melihat dirinya berpakaian santai seperti ini.

"Ya?" jawabku.

"Ayo berangkat, sebelum matahari semakin tinggi. Hari ini akan sedikit panas sepertinya, jangan lupa membawa topi." ujarnya.

Aku mengangguk, meminta izin padanya untuk mengambil tas dan juga topiku dikamar. Niall berkata jika ia akan menungguku di mobil.

Setelah aku siap, aku kembali menuruni tangga dan langsung menuju pintu depan untuk menghampiri Niall. Mobilnya sudah meyala tepat didepan pintu rumahku dan dirinya yang sudah siap di kursi kemudi dengan kacamata hitamnya.

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang