28. Busy

54 10 3
                                        


Ashley's POV

Ingat ketika Niall baru saja kembali dan aku menjemputnya kemudian menginap dirumahnya? well, ia memang menepati janjinya untuk menghabiskan satu hari bersamaku. Namun sayangnya itu terjadi sekitar satu minggu yang lalu, dua hari setelah kami menghabiskan waktu bersama Niall kembali sulit untuk dihubungi.

Kegiatan rutin kami pun lama kelamaan mulai berkurang, seperti dirinya yang biasa menghubungiku di malam hari sebelum tidur. Akhir-akhir ini ia hanya mengirimkan pesan ucapan selamat malam atau sebuah panggilan singkat yang bahkan tidak sampai lima menit.

Tidak ingin terus berpikiran negatif, aku mulai mencoba memahami kesibukannya ditengah turnamen bergengsi yang tengah berlangsung saat ini. Lagipula jika dipikir-pikir kesibukanku saat ini tidak jauh berbeda dengannya, menjalankan sebuah bisnis dari nol ternyata sangat menguras waktu dan tenaga yang kumilikki.

Bedanya, di tengah kesibukanku dengan pekerjaan aku masih sempat memikirkan dirinya. Aku tak tahu apakah ia pun seperti itu atau tidak, kami bahkan sudah jarang berbicara.

Malam ini adalah malam sabtu, kesempatanku untuk menghabiskan waktu bersantai dan berkumpul dengan teman-temanku yang bahkan sudah sangat jarang kutemui. Kebetulan Maddie dan Serena mengundangku untuk menghabiskan malam ini bersama.

Alex dan Nate nampaknya juga mulai terlihat sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing, karena itulah kami akhirnya bisa berkumpul seperti masa awal kuliah dulu.

Aku sudah siap dengan pakaian casual andalanku dan segera mengendarai mobilku ke salah satu pusat perbelanjaan yang terkenal di Los Angeles, agenda pertama kami adalah shopping. Serena terus mengeluh lantaran ia merasa kehabisan stok pakaian kerjanya, padahal aku yakin itu hanya alasannya saja untuk membeli pakaian baru.

Kami bertemu di salah satu tea bar yang ada di pusat perbelanjaan itu dan aku melihat kedua sahabatku sudah duduk dengan cantik disana.

"Kalian tepat waktu, pertanda buruk apa ini?" ujarku dengan nada sarkas.

Maddie menoleh kemudian memelukku erat, ugh seperti sudah tidak bertemu berpuluh-puluh tahun saja. "God, aku sangat merindukanmu!" pekiknya sambil melepas pelukan.

Aku terkekeh kecil sebelum beralih pada Serena yang hanya memelukku seperti biasa, ya kami memang lebih banyak menghabiskan waktu bersama akhir-akhir ini. Berbeda dengan aku dan Maddie yang sangat jarang berjumpa.

"Aku dengar ada koleksi tas baru di toko favorit kita, apakah kalian sudah melihatnya?" Serena memulai pembicaraan.

"Aku sudah memesannya," jawabku sombong.

Serena membulatkan kedua bola matanya menatapku tak percaya, "That's fast. Apakah kau sedang memiliki suatu masalah?"

Mendengar ucapan Serena yang cukup membuatku terkejut, Maddie justru mengusap bahuku lembut. They know me so well.

"Kami sudah paham, Ash. Jika kau memiliki semangat berbelanja yang tinggi, pasti kau sedang stress." jelas Maddie yang sayangnya seratus persen adalah kebenaran.

Serena kembali membuka suaranya, "Pasti ini gara-gara mantan Niall itu bukan? sudah kubilang kau tidak seharusnya percaya pada wanita itu."

"Tidak, bukan karena dia. Aku dan Niall hanya sedang sama-sama sibuk, dia tidak ada hubungannya dengan kami." aku berusaha meluruskan pikiran Serena.

Aku memang sudah menceritakan soal Megan pada mereka dan sayangnya keduanya tidak menangkapnya dengan positif, mungkin mereka belum mengerti jika semua ini terjadi karena kecelakaan yang dialami Megan dan kecelakaan itu pun sama sekali tidak diinginkan olehnya, bukan?

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang