7. Annoyed

145 25 4
                                    

Aku mengerjapkan mataku berakali-kali, sinar matahari yang cukup menyilaukan membuatku terpaksa bangun dari tidur nyenyak ini.

Hal pertama yang kulihat begitu membuka mata adalah pemandangan yang sangat asing, ini jelas bukan kamarku. Suara dengkuran halus terdengar, lantas aku segera mengadahkan kepalaku keatas.

Betapa terkejutnya aku ketika menemukan wajah damai Niall yang masih tertidur dengan pulas. Aku segera bangun dan merapihkan rambutku, ternyata kami tertidur di sofa ruang tengah. Ditambah aku yang tertidur menyadar pada Niall, pasti badannya sakit ketika ia bangun nanti.

Melirik kearah jam yang berdetak di dinding, aku baru menyadari jika hari ini adalah hari senin dan saat ini sudah menunjukkan pukul delapan kurang sepuluh pagi. Astaga!

Kelasku dimulai pukul sepuluh nanti, itu artinya aku aman. Tapi Niall? bukankah ia harus tiba di kantor setidaknya pukul delapan pagi? Sial, dia terlambat!

"Niall.. Bangun, Niall!" aku mengguncangkan tubuhnya tak sabaran. Kepanikan tengah menyerangku.

"Hmm..." aku berdecak kesal ketika Niall hanya menggeliat dan mengganti posisi tidurnya, bahkan lelaki itu sempat menarik selimut tipis yang entah darimana asalnya untuk menutupi tubuhnya sampai batas leher.

"Niall, bangunlah! kau terlambat untuk bekerja!" seruku lagi, kali ini aku menampar pipinya pelan.

Ia menggeram kemudian membuka matanya, sebelum menatapku ia menatap sekeliling. Ia pasti belum sadar jika dirinya masih berada di rumahku.

"Ash?" ujarnya menatapku.

"Ya, ini aku. Ayo bangun, ini sudah hampir jam delapan," ujarku beranjak turun dari sofa. Niall menahan lenganku, akupun menatapnya jengah. "Niall, kau terlambat lihat sudah pukul berapa sekarang."

Ia seakan tak memperdulikan ucapanku justru menyandarkan kepalanya pada lenganku sambil menguap. Astaga, anak ini.

"Kau tidak terlambat?" tanyanya masih setengah sadar.

"Tidak, kelasku dimulai pukul sepuluh nanti." aku mengacak rambunya. "What a floof!" lanjutku terkikik kecil.

Niall mengangkat kepalanya dan menatapku kesal dan berusaha merapihkan rambutnya lagi, kesempatan ini kugunakan untuk bangkit dari sofa menuju kamarku untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

"Ashley, jangan tinggalkan aku!"

Baru menaiki beberapa anak tangga, suara Niall yang cukup nyaring membuatku menghentikan langkahku. Menoleh kebelakang, kudapati dirinya tengah berjalan cepat menyusulku.

"Kau seperti anak kecil saja, ingat umurmu berapa tahun, Niall Horan." cibirku.

Niall mengendikkan kedua bahunya tak peduli. "Aku boleh menumpang mandi tidak?" tanyanya.

Membuka pintu kamar, aku disambut oleh harum aromatherapy yang selalu kupasang di kamarku. Kupejamkan mataku sebentar untuk menikmati harumnya yang sangat menenangkan ini.

"Hello? aku berbicara dengan Ashley." suara Niall kembali kudengar.

Aku memutar bola mataku malas."Iya, Niall. Kau bisa gunakan kamar mandiku, apa aku juga perlu membuatkan sarapan untukmu?" tanyaku sarkas.

Niall menyinggungkan senyuman lebarnya, hal yang sama sekali tidak kuduga sebelumnya. "Tentu saja! aku sangat menyukai pancake atau waffle untuk sarapan dan juga segelas kopi," ujarnya dengan antusias. "Terima kasih, Ashley. Kau yang terbaik!"

Aku membelakkan kedua mataku tak percaya sementara dirinya sudah melesat memasuki kamar mandi. Hey, tidakkah ia mendengar nada sarkastik dalam nada bicaraku?

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang