20. The Past

117 19 16
                                        


Sepasang remaja tengah berjalan dengan santai menelusuri jalanan kota London yang cukup ramai pada sore hari ini, kedua tangan mereka saling terkait. Senyuman mengembang di bibir keduanya.

Setiap orang yang melihat senyum serta wajah berseri itu tak kuasa untuk tidak melemparkan senyum kembali, ditambah dengan wajah menggemaskan lelaki berambut pirang yang cukup menarik perhatian.

"Aku tidak suka jika orang memperhatikanmu." Gadis itu-Megan berkata seraya menjatuhkan kepalanya pada bahu lelaki yang tengah menggandeng tangannya-Niall.

Bahu Niall bergetar, lelaki berambut pirang itu tertawa mendengar ucapan kekasihnya yang ternyata sedang merasa cemburu. Ia melepaskan kaitan tangan mereka, kemudian merangkul Megan dengan protektif.

"Mengapa? mereka memiliki mata untuk suatu alasan, Meg." balas Niall dengan kekehannya.

Megan melingkarkan tangannya disekitar tubuh Niall, memeluk lelaki itu erat seakan ingin menunjukkan kepada semua orang yang berlalu lalang bahwa Niall adalah miliknya.

"I love you." bisiknya.

"I love you too."

Megan mendongakkan kepalanya, tersenyum sambil menatap mata biru milik Niall. "I love you more."

Niall lagi-lagi mengeluarkan tawanya, tawaan khas yang selalu bisa membuat Megan jatuh semakin dalam pada pesonanya.

"Wanna fight?" candanya.

Megan ikut tertawa bersamanya, mengecup bibir Niall cepat sebelum akhirnya mereka melanjutkan perjalanan menuju salah satu tempat favorit Megan.

"Here we go again, London Eye for the-I don't know... a million times?" ucap Niall dengan malas.

Sementara Megan disampingnya, tersenyum dengan lebar dan langsung menarik Niall untuk menaiki bianglala raksasa tersebut.

"Mari kita lupakan segala masalah yang sedang kita hadapi sejenak dan menikmati pemandangan London dari atas sana," seru Megan. "Ayo, Niall! aku yang membeli tiketnya."

"No, no. Aku yang akan membelinya." cegah Niall sebelum Megan berjalan menuju ticket booth yang berada lumayan jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.

"Aku yang mengajakmu kesini, so it's on me." Megan tetap bersikeras.

Sebelum Niall sempat mendebatnya, Megan berlari meninggalkannya dan langsung menuju ticket booth. Niall tak bisa mencegahnya, karena saat ini Megan sudah tersenyum sambil menampakkan deretan giginya sambil menunjukkan dua buah tiket di tangannya.

"Ayo." ajaknya.

Mereka kembali menaiki bianglala raksasa itu untuk kesekian kalinya, Megan memperhatikan pemandangan yang disajikan dari atas sana sementara Niall terlalu fokus pada sosok Megan yang ada di hadapannya.

"Niall, lihat itu!" Megan berseru secara tiba-tiba.

Jari telunjuknya menunjuk sebuah bangunan tinggi yang menjulang diantara beberapa bangunan mewah di London, sebuah apartemen mewah yang baru saja diresmikan beberapa bulan yang lalu.

"London Skyline." gumam Niall ikut memperhatikan bangunan tersebut.

Megan tersenyum sambil mengangguk kecil, "Kemarin ada yang memberikanku brosur tentang apartemen itu," ia memulai ceritanya.

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang