6. Sorry

141 28 11
                                    

Ashley's POV

Seharian ini aku menghabiskan waktu dikamar, menonton tv sambil mengerjakan tugas-tugas kuliahku yang menumpuk. Hari ini adalah hari minggu, hari terakhirku untuk bersantai-santai. Namun apa daya, tugas kuliahku yang memiliki sifat seperti amoeba itu seakan menghancurkan segalanya.

Sebenarnya tugas-tugas itu tidak terlalu berat, bahkan sebenarnya jika aku mengerjakannya dengan tekun mungkin hanya membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam untuk menyelesaikannya. Tapi aku adalah aku, ditambah acara tv yang sedang menayangkan serial favoritku. Semuanya menjadi terkesan lama.

Niall kembali menghubungiku tadi siang, lelaki itu mengajakku untuk makan siang bersama di restoran favoritnya. Tentu saja aku menolak, aku masih sedikit kesal padanya perihal kemarin. Ana bilang jika aku cemburu, tapi aku tidak merasa seperti itu. Tentu saja, ada perbedaan pada kata cemburu dan kesal.

Perutku mulai berbunyi, maka dari itu dengan segera aku mematikan laptop dan berjalan ke luar kamar untuk makan malam. Ku harap Ana sudah memasak sesuatu untuk kumakan malam ini.

Berjalan ke arah dapur, aku merasa jika dapur ini sangat kosong. Tidak ada tanda-tanda Ana ataupun Pete yang biasanya mengobrol, oh mungkin Pete sedang berada di depan. Tapi kemana Ana?

"Ana?" panggilku.

Kulihat meja makan juga kosong, oh sial apakah aku harus memasak? gadis batinku berdecak. Bukan apa-apa, aku sangat lelah hari ini karena sudah berfikir keras tidak ada sama sekali keinginanku untuk memasak disaat seperti ini.

"Ashley, maaf aku baru saja merapihkan kamarku." Ana datang dari arah belakang, dimana letak kamarnya berada.

Aku hanya mengangguk, tentu itu bukan masalah besar.

"Ana, bisakah kau membuatkan sesuatu untukku? Aku sangat lapar." ujarku memohon.

Ana tersenyum penuh arti kemudian berkata, "Tunggu sebentar, nona cantik. Makan malammu akan tiba beberapa menit lagi," jawabnya.

"Kau memesan makanan dari luar? Whoa, tumben sekali biasanya kau melarangku untuk makan-makanan seperti itu." ujarku terkekeh.

Usia Ana tak jauh berbeda dari ibuku, sekitar 50 tahunan. Hal itu membuatnya sangat amat anti dengan yang namanya junk food. Tapi lihatlah sekarang? Ia bahkan memesankan makanan itu untuk makan malamku, aku sangat senang.

Mendengar ucapanku barusan, Ana hanya tertawa kemudian mengeluarkan sekantung chips dari rak dapur lalu memberikannya padaku.

"Ini, makanlah untuk mengganjal perutmu." ucapnya.

Aku menerimanya dengan senang hati dan membuka bungkus chips itu dengan semangat. "Terima kasih, Ana. Kau baik sekali hari ini." ujarku.

"Aku tahu kau sudah sangat pusing hari ini berkutat dengan segala tugas-tugas kuliahmu, jadi nampaknya tidak ada salahnya jika aku sedikit memberikan asupan msg dan junk food untukmu." ujarnya sambil tertawa.

Aku ikut tertawa dengannya, beberapa menit kemudian suara bel terdengar, dengan semangat aku bangkit dari meja makan dan berlari kearah pintu. Itu pasti makananku!

"Hi..."

Seseorang yang sangat amat kuhindari hari ini ternyata muncul dengan dua kotak pizza ditangannya juga satu paper bag yang entah apa isinya. Mengapa ia bisa berada disini?

"Uhm, hi?" jawabku singkat.

Senyuman yang tadinya merekah diwajahku luntur begitu saja begitu mataku bertemu dengan mata biru laut miliknya. Meski kuakui ia memiliki mata yang indah, namun entahlah saat ini aku sedang tidak mood untuk bertemu dengannya.

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang