33. Deserve You

57 5 7
                                    

Author's POV

Atmosfer yang ada di rumah itu sangat amat mencekam dan sama sekali tidak membuat nyaman siapapun yang tinggal di dalamnya, hal tersebut disebabkan oleh kondisi si pemilik rumah yang tidak bisa dikatakan baik. Jika mengingat kejadian pagi itu, emosinya menjadi tidak stabil dan tidak ada yang dapat mengontrolnya, bahkan dirinya sendiri.

Niall—sang pemilik rumah saat ini tengah duduk dengan lemah di balkon kamarnya, lelaki itu bahkan sudah lupa kapan terakhir kali ia meninggalkan ruangan tersebut. Semuanya berantakan, mulai dari susunan ranjangnya, tata letak kamarnya, penampilannya, pikirannya, bahkan pekerjaan yang seharusnya tetap selesaikan -jika ia bersikap professional- semuanya kacau bersamaan dengan hubungannya bersama kekasihnya.

Entah sudah berapa hari lelaki itu mengurung diri di kamarnya, membuat Deo dan Tara secara bergantian harus semakin repot berkali-kali mengetuk pintu kamar atau sekedar menaruh makanan di depan pintu agar pria itu tidak kehilangan nyawanya lantaran ruangan itu terdengar sangat sunyi jika diperhatikan dari luar. Ya, ruangan itu memang sangat sunyi namun pikiran Niall berkecamuk dan tidak henti-hentinya memunculkan penyesalan serta penjelasan yang bahkan tak dapat ia sampaikan secara langusung pada kekasihnya.

Di otaknya, pria itu hanya dapat memutar ulang kejadian pagi itu, setelah dirinya tidak dapat mengejar Ashley dan menghubunginya ratusan kali namun tak mendapatkan jawaban. Nyatanya, ponsel gadisnya itu tergeletak di nakas samping tempat tidurnya hingga saat ini. Sebelum ia menyadari hal tersebut, terjadi perdebatan panjang antara dirinya dan Megan, yang menurutnya adalah dalang dari semua kekacauan ini.

"Kau pikir apa yang sedang kau lakukan, Meg?!" bentak Niall begitu ia kembali memasuki rumahnya. Nafas lelaki itu berderu kencang dan wajahnya memerah memendam amarah.

Gadis yang dibentaknya terkejut, "Apa? Aku hanya mengatakan apa yang ku lihat!" balasnya tak mau kalah.

"Apa yang kau lihat? memangnya apa yang kau lihat, hah?" Niall semakin mendekatkan dirinya ke sofa yang tengah Megan duduki. Lelaki itu kini berdiri tepat dihadapan Megan dengan amarah yang memuncak.

"Kau menyedihkan, kau tahu? satu-satunya orang yang masih terjerat dalam masa lalunya dan benci melihat kebahagiaan orang lain diatas khayalan dan cerita yang kau buat sendiri!" ujar Niall lagi

Mendengar hal tersebut, Megan merasa tidak terima. Meski hati kecilnya sedikit teriris mendengar kalimat Niall yang terkesan seperti bom untuknya. "Khayalan? Niall, dengarkan aku! kita berdua tidak bodoh untuk sama-sama mengetahui apa yang saat ini tengah kau lakukan pada Ashley. Kau membuatnya seperti boneka, for god's shake!"

"Kita? tidak ada lagi kata itu antara aku dan kau semenjak kau memutuskan untuk mengakhiri semuanya beberapa tahun lalu, Meg. You left me, remember?" kali ini Niall menurunkan nada bicaranya, namun nada itu terkesan mengejek dan merendahkan Megan. "Dan perlu kau ketahui juga, aku bahkan tidak mengingat apapun tentang 'kita' selama aku menjalani hubunganku dengan Ashley! so save all of your bullshit and you better shut your fucking mouth up!"

Selama hidupnya, Niall nyaris atau bahkan tidak pernah membentak atau mengeluarkan sumpah serapah untuk wanita. Dia sangat menghargai perasaan lawan berbicaranya, namun kali ini nampaknya karangan yang dibuat Megan membuat kesabarannya habis.

Setengah dirinya ingin sekali terus menerus meneriaki Megan lantaran ucapannya yang terdengar seperti konspirasi yang dibuat oleh dirinya sendiri, namun Niall juga sedikit menyesal karena telah bersikap buruk pada seorang wanita yang bahkan saat ini tidak mampu untuk berjalan dengan proper tanpa tongkatnya. Ia merasa kasihan, namun marah disaat yang bersamaan.

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang