32. Replaced

67 6 2
                                        

Ashley's POV

Sepanjang perjalanan menuju rumahku, aku hanya terisak. Seakan mengerti situasi yang tengah kualami, Tara pun hanya mengendarai mobilnya dengan tenang tanpa bertanya apapun padaku. Suara musik yang biasanya terdengar kencang pun kini tertutup dengan suara isakkanku.

Aku masih belum mampu untuk mencerna seluruh perkataan Niall dan Megan yang kudengar beberapa menit yang lalu, namun yang kutahu pasti apa yang saat ini aku dapatkan adalah rasa sakit yang menusuk dadaku. Bagaimana bisa hari yang kupikir akan berjalan dengan baik bisa hancur begitu saja? It's not even mid day yet.

"Ash..." kudengar suara lembut Tara disela isakkan kecilku.

Wanita itu mengelus lembut pundakku dengan satu tangannya yang tidak ia gunakan untuk menyetir dimana hal tersebut justru membuat isakkanku semakin menjadi-jadi. Tara pasti bingung apa yang sedang terjadi padaku dan bossnya itu.

"I-I'm okay, I'm okay." cicitku masih terisak. "Just drive me home, Taz. Please..."

Tara tak mengucapkan apapun setelah itu, namun sekali-kali saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah ia selalu melirikku dengan wajah simpatinya seraya mengelus pundakku pelan. Tak lama setelah itu, mobilnya mulai memasuki perkarangan rumahku. Pete dengan sigap membukakan pintu dengan wajah cerianya.

Sayangnya keceriaan itu memudar begitu melihat diriku yang berantakan disertai air mata yang masih mengalir deras di pipi, buru-buru aku menyembunyikan wajahku dan bergegas turun dari mobil Tara. Mengucap terima kasih kemudian melesat masuk menuju kamarku.

Di kamar, nyatanya perasaanku semakin campur aduk. Ucapan Niall dan Megan terus berputar diotakku terutama Megan.

"So when you gonna tell her that we did all of that too, Niall? She think it's special when the truth is, it's all reused. That was our place, I found it first. I hope you don't tell her the jokes that I made when you're with her."

"Do you get deja vu when she's with you?"

Deja vu, aku hanyalah sebuah bayangan dalam angan-angan Niall bersama Megan. Semua yang kami lakukan nyatanya hanyalah sebuah memori yang Niall gunakan kembali ketika aku menganggapnya spesial dan sempurna.

Semua yang ia tunjukkan padaku seharusnya ia berikan kepada Megan, jika saja wanita itu tidak meninggalkannya.

She left him and then he found me.

Rasanya sangat menyakitkan ketika mengetahui orang yang telah membuatmu jatuh terlalu dalam hanya menjadikanmu pengganti dari masa lalunya. I thought he was different, he could done better than this. Jika kalian bertanya apakah aku mencintai Niall? maka jawabanku adalah iya, aku mencintainya. Aku tidak akan membohongi perasaanku sendiri namun kenyataan menamparku secepat ini.

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, hatiku hancur berkeping-keping. Tubuhku lemas seakan tak bernyawa lagi, yang kuinginkan saat ini hanyalah mengubur diriku dalam tumpukkan selimut tebal dan berharap tak akan pernah melihat ataupun mengingat seseorang dengan nama Niall Horan lagi.

***

Aku terpaksa membuka kedua mataku dengan susah payah akibat ketukan pada pintu kamarku yang terdengar cukup nyaring, melirik jam yang menempel di dinding kamar ternyata sudah menunjukkan pukul 6 sore.

Sial, terlalu banyak menangis hingga aku tertidur cukup lama. Mencoba bangkit dari ranjang, aku merasakan saat itu juga kepalaku sangat berat dan seakan berputar hebat. Tenggorokanku pun terasa sangat kering sehingga aku cukup kesulitan untuk menyuruh siapapun yang tengah mengetuk pintu kamarku agar segera masuk.

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang