21. Tell

98 17 5
                                    

Ashley's POV

"Bagaimana perasaanmu? sudah lebih baik?" tanyaku pada Tara.

Sofia baru saja mengantarkan Tara dan aku kembali ke apartemen Niall, kami memutuskan untuk menyudahi acara 'girls day out' ini setelah menghabiskan beberapa jam berkeliling di pusat kota London.

Tara mengangguk kecil dengan senyum manis diwajahnya, "Tidak pernah merasa sebaik ini."

Aku mengacungkan kedua ibu jariku padanya, sementara ia terkikik kecil sambil membuka pintu apartemen. Begitu pintu terbuka, terdengar suara Niall dan seorang pria yang terdengar begitu asing di telingaku.

"Aku sangat menghargai niat baikmu, tapi aku sama sekali tidak menolerir ketika kau memberikan alamat apartemenku begitu saja padanya." suara Niall sangat tegas terdengar olehku.

"Oke, aku meminta maaf untuk hal itu. Tapi aku melakukan itu bukan tanpa alasan."

"Alasan apa yang kau maksud?" kudengar Niall semakin menaikkan nada suaranya.

"Kau tidak bisa terus menghindarinya, Niall. You both need a closure."

Tara dan aku sempat bertukar pandang selama beberapa detik dengan kedua alis yang mengkerut, pembicaraan ini sepertinya cukup serius.

Bahkan sebelum aku sampai di ruang tengah, terdengar lagi suara Niall yang berdecak kesal. "Dammit, Deo! kami sudah selesai!"

Ketika Niall selesai mengucapkan kalimat itu, aku dan Tara muncul. Deo adalah orang pertama yang menyadari keberadaanku, karena posisi Niall tengah berdiri membelakangi kami.

"Hello, boys!" Tara menyapa dengan nada riang, seperti biasanya.

Niall membalikkan tubuhnya dengan cepat, raut wajahnya seketika terkejut. Sepertinya mereka berdua tidak sadar ketika aku dan Tara membuka pintu apartemen ini tadi.

"Tara, Ashley kalian sudah pulang?" Deo membuka suara.

Oh, cukup dengan basa-basi ini Deo. Gadis batinku berucap kesal.

"Ya, apa yang sedang kalian bicarakan? sepertinya terdengar begitu serius?" jawabku.

Tak ada jawaban dari keduanya, lantas aku menaruh beberapa barang belanjaan yang baru aja kubeli, begitupun dengan Tara. Setelahnya, kami ikut duduk di sofa besar yang terletak di ruang tengah bersama Niall dan juga Deo. Mereka berdua kini sudah terduduk dengan raut yang tak bisa ku deskripsikan.

"Bagaimana harimu?" kujatuhkan bokongku tepat disebelah Niall.

"Great." jawabnya mengecup pipiku kilat. Niall memberikan senyum tipisnya, namun raut wajahnya nampak tidak tenang.

"Kami hanya sedang membicarakan seorang teman lama." jawab Deo.

Aku mengalihkan pandanganku padanya, "Teman lama?" kedua alisku mengkerut.

"Iya, bukan siapa-siapa." Deo mengangguk kecil, namun segera membuang pandangannya.

Hey, apakah dia baru saja berusaha untuk menyembunyikan sesuatu dariku?

"Teman lama yang kau maksud itu Megan?" celetuk Tara dengan santainya.

Kami bertiga sontak menoleh kearahnya, Tara menjadi salah tingkah. Aku memberinya tatapan seperti 'Apa maksudmu?' namun ia hanya mengedikkan bahunya.

Deo menatap Niall dengan ragu, sementara Niall hanya memasang wajah datar sambil menatap tajam Tara yang berada dihadapannya.

"Sebenarnya ada apa disini?" tanyaku penasaran. "Dan kau Niall, aku mendengarmu berbicara pada Deo tadi. Ada apa?"

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang