8️⃣ Sudah waktunya

81 22 7
                                    

Sore itu, dapur rumah keluarga Kim mirip kayak bekas pemboman. Panci ada di lantai, di sampingnya ada wajan telungkup yang menampakkan pantat gosongnya. Wadah bumbu di wastafel, teflon nyangkut di sela-sela tabung gas dan tembok, serta kabut putih yang menyelimuti dapur. Alias tepung.

"Mending Bunda aja, deh, yang masak," ujar Bunda merasa khawatir ngelihat suami dan anaknya lagi perang dengan bahan masakan.

"Bunda duduk manis aja di situ, biar kami yang masak!"

Bunda Sujeong nggak henti-hentinya ngelirik ke arah dapur karena merasa was-was. Akhirnya bunda memutuskan ambil kursi dan duduk menghadap dapur.

"Kayaknya gagal deh, Kak," lirih Ayah Tae sambil mengaduk tepung yang terlalu encer.

"Kalian mau bikin apa, sih?"

"Mau bikin mendoan, sayur bening, sama pisang goreng," jawab Ayah.

"Ada yang udah mateng?"

Bapak dan anak itu menoleh dan kompak menggeleng. Bunda cuma bisa terkekeh sambil ngelus perutnya.

"Aku bantuin aja masaknya, ya? Takut kalian kenapa-napa," tawar Bunda lagi.

"NO!" Seru ayah dan Junseo sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Kalo gitu Bunda bantu dari sini, deh. Bunda kasih kalian instruksi, kalian yang ngeracik. Gimana?"

Ayah sama Junseo saling berpandangan kemudian mengangguk semangat.

"Oke. Langkah pertama, buang adonan tepung dan rapiin dapurnya dulu."

Ayah Tae sama Junseo langsung gerak cepat. Junseo bagian nyuci alat-alat perang yang kotor, ayah bagian bersih-bersih lantai dan ngerapiin alat yang lain. Sekitar beberapa menit, dapur udah kelihatan kinclong.

"Nah, kalo gini kan enak dilihat," ujar bunda, "kalo gitu, sekarang siapin mangkok, sendok, tepung bumbu, sama air."

Junseo ngambil air sama tepung bumbu, sisanya ayah yang ngambil. Mereka berdua mengikuti instruksi bunda dengan baik.

"Kakak ati-ati!" Seru bunda waktu Junseo megang pisau. "Yah, mending kamu aja deh yang ngiris tempenya."

Ayah ambil alih pisau dan mulai ngiris tempe meskipun ragu setengah mati.

"Jangan tebel-tebel, itu mah mau bikin tempe goreng. Jangan ketipisan juga, nanti malah gampang ambyar tempenya," celoteh bunda.

Tapi tetep aja. Tempenya hancur. Untung stok tempe di kulkas masih banyak.

"Bikin tempe kotak aja deh, Yah," saran bunda.

"Tempe kotak gimana?" Tanya ayah.

"Kak, inget nggak waktu itu bunda bikinin kamu tempe goreng balut tepung yang bentuknya kotak itu?"

Junseo ngangguk. "Iya, Junseo inget. Enak banget itu, Bun."

"Ya udah, gimana caranya? Ini tepungnya dibuang?"

Bunda menggeleng, "Tepungnya biarin aja. Sekarang tempenya potong kotak-kotak kayak biasanya aku goreng tempe."

"Tebel banget gini?" Tanya ayah sambil mengangkat piring tempe.

"Iya."

"Terus?"

"Celup ke tepung terus goreng, jangan sampe gosong, loh!"

Ayah mengirimkan tanda 'OK' dengan tangannya, lalu mulai menggoreng tempe.

"Bun, Junseo juga pengen bantu."

"Ambilin jagung sama daun katuk dari kulkas."

Junseo buru-buru lari dan balik lagi dengan tangan dipenuhi jagung dan daun bundar hijau.

[2] Ramadhan'20 : KETUPAT -1THE9- [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang