Junseo membuka mata dan menguceknya beberapa kali. Ia tidur di sofa yang ada di ruangan bundanya berada. Ayah tidur di samping ranjang bunda, duduk sambil megangin tangan bunda.
Junseo beranjak dari tidurnya dan jalan ke arah ayah sambil ngumpulin nyawa yang masih setengah.
"Ayah," lirih Junseo sambil menepuk bahu ayahnya.
Ayah menggeliatkan badan dan membuka mata perlahan. Ia melepas tangan istrinya pelan-pelan supaya nggak ngebangunin bunda.
"Apa, Kak?" Tanya Ayah dengan mata setengah terpejam.
"Ayo sholat? Sekalian abis itu kita sahur," ajak Junseo.
Ayah bangkit berdiri sambil mengelus puncak kepala Junseo. "Ya udah, ayo wudhu dulu."
Keduanya berjalan ke kamar mandi untuk wudhu, setelah itu mereka sholat tahajud bersama. Selesai merapikan sajadah, Junseo duduk di kursi yang ditempati ayah tadi.
"Ayah beli makan dulu buat sahur. Nanti kalo ada apa-apa sama bunda, telpon ayah aja. Kamu bisa pake hapenya bunda tuh di tas. Atau nggak, panggil dokter aja, ya? Pencet aja tombol yang di situ," jelas Ayah sembari menunjukkan sebuah tombol merah kecil yang ada di atas kepala bundanya.
"Iya, Yah," lirih Junseo. Tangannya lalu menggenggam erat tangan bunda, menggantikan ayahnya tadi.
Ayah membeli makanan secukupnya lalu cepat-cepat balik ke rumah sakit. Untung aja di depan rumah sakit ada warung yang buka pas sahur. Jadi ayah bisa langsung balik lagi tanpa lama-lama di jalan.
Kemarin malam itu ternyata bunda masuk bukaan dua. Jadi masih agak lama sampai proses persalinan. Tapi karena dulu pas lahiran pertama bunda mengalami pendarahan, akhirnya bunda langsung dibawa ke rumah sakit untuk antisipasi.
Sesampainya di ruang rawat, Junseo sama ayah makan nasi bungkus seporsi berdua. Itupun yang banyak ngabisin cuma Junseo. Ayah nggak terlalu nafsu makan. Makan dua sendok, udah nggak makan lagi.
Lalu ayah ngeberesin sampah sisa sahur dan duduk lagi di samping bunda, Junseo balik tidur lagi di sofa sambil nunggu adzan subuh.
Tiba-tiba bunda terbangun dan mengerang kesakitan. Ayah langsung lari manggil dokter sementara Junseo lompat dari sofa dan lari menuju bundanya.
Dokter datang dan memeriksa keadaan bunda. Setelah itu bu dokter keluar dari ruangan dan berbincang dengan ayah.
"Ibu Sujeong baru masuk ke pembukaan tiga. Kemungkinan kontraksinya akan terjadi setiap satu jam sekali. Nanti akan ada perawat yang memeriksa keadaan Ibu Sujeong setiap setengah jam. Kalau begitu, saya pergi dulu," terang bu dokter, kemudian berlalu meninggalkan ayah dan Junseo di luar ruangan.
Dua bapak dan calon kakak itu kembali masuk ke ruangan.
"Dek, sakit banget, ya?" Tanya ayah, merasa khawatir.
Bunda menggeleng lemah. "Nggak sakit amat, kok. Cuma kontraksinya emang lebih sakit dari lahiran yang dulu," kata Bunda dengan terbata-bata.
"Aku nggak tega lihat kamu kesakitan kayak gini. Andai aja aku bisa ngerasain sakitnya juga," lirih ayah sambil mengelus tangan istrinya.
Tak ada hujan tak ada angin, tak ada kilat tak ada gledek, tiba-tiba Junseo menangis. Dia memilih untuk keluar dari ruangan dan langsung duduk di samping pintu masuk. Kedua tangannya ia pakai untuk menutup matanya.
Kemudian pintu terbuka menampakkan ayah yang langsung duduk di depan anak pertamanya ini.
"Kamu kenapa nangis?" Tanya ayah sambil mengikuti cara duduk Junseo. Duduk jongkok sambil memangku dagunya dengan kedua tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Ramadhan'20 : KETUPAT -1THE9- [✓]
FanfictionSeries Ramadhan 1THE9 2020 : KETUPAT "Nanti kamu jadi manusia ketupat." "Kok bisa?" "Karena ketupat cuma boleh dimakan pas lebaran." "Kata siapa?" "Kata aku lah." Start : Friday, 24 April 2020. End : Sunday, 24 May 2020.