Rumah keluarga doppelganger tampak sepi. Nggak terlihat satupun batang hidung dari keluarga kembar tersebut. Dapur, ruang tengah, ruang tamu, kamar Oyum, kamar Jisung, ataupun halaman rumah, semuanya sepi.
Terdengar suara dengkuran dari salah satu ruangan gelap yang ternyata disitulah semua orang berada. Mami dan si kembar tidur di kasur, sedangkan papi tidur di lantai karena nggak dapet tempat.
Sekitar pukul dua siang, tiba-tiba mereka berempat kompak terbangun. Awalnya Oyum yang bangun duluan, ketika dia pengen turun dari kasur, nggak sengaja kakinya menginjak kaki Jisung. Jisung menjerit dan tangannya kena wajah mami. Sementara itu, Oyum jatuh ke atas perut papi. Begitulah drama bangun dari tidur siang.
Alhasil sekarang mereka semua berkumpul di ruang tengah. Mami memilih rebahan di atas karpet, sedangkan papi goleran di sofa. Dua anaknya masih ada di kamar, hanya terdengar suara grusak-grusuk dari dalam, lalu kemudian mereka terdiam.
Papi meraih remote dari atas meja dan mulai memilih stasiun TV yang ingin ditonton.
"Indosiar aja, Pi," saran mami.
Jemari papi bergerak memindah saluran TV meskipun dalam hati bertanya-tanya, kenapa kebanyakan ibu-ibu suka nonton Indosiar yang ceritanya bisa ditebak waktu baca judul filmnya.
'Aku Tidak Mau Diduakan, Tapi Aku Menjadi Yang Kedua.'
'Suamiku Menikahiku Demi Bisa Menikahi Ibuku.'
'Suamiku Meninggalkanku Demi Cinta Pengasuh Anak Kami.'
Dari judul-judul di atas, udah bisa kita lihat gimana garis besar ceritanya, tapi entah kenapa, ibu-ibu masih suka nonton meskipun ceritanya gitu-gitu aja.
"Ini pasti nanti suaminya direbut sama cewek ini," tebak papi.
Sementara itu, mami rebahan sambil menyangga tubuhnya dengan sebelah tangan. Sibuk mengomeli FTV yang ia lihat.
"Udah tahu istri simpanan, tapi kok gitu. Untung suaminya nggak jahat ke istri pertama," komentarnya.
Kadang-kadang papi suka asik sendiri menebak kalimat apa yang akan keluar dari mulut mami.
"Aku tuh paling nggak suka sama cewek ini, wajahnya aneh, suaranya juga, cocok banget jadi orang jahat. Gemes, pengen garuk wajahnya," kata mami.
Dalam hati, papi berkata, "Ya kalo nggak suka, ngapain ditonton? Mending nonton berita aja."
"Awas, nanti puasanya nggak diterima," ujar papi.
"Abis ngeselin, beneran nggak suka aku sama cewek ini," ujar mami.
"Kalo nggak suka ya nggak usah ditonton? Daripada bikin emosi sama nambah dosa ngata-ngatain orang? Lagian ceritanya juga gitu-gitu aja. Nanti yang baik dicerai, terus yang jahat bangkrut dan jadi gembel. Terus yang baik tadi jadi sukses dan kaya. Udah, pasti gitu," kata papi.
"Terserah aku dong, aku yang pengen nonton kok," kata mami, membela diri.
Tiba-tiba dari dalam kamar, muncullah si kembar yang dari tadi sibuk di dalam kamar.
"Nungguin iklan ya?" Tanya Oyum sambil menatap mami dan papinya bergantian.
"Bentar lagi emang mau iklan, sih. Tapi ya nggak mami tungguin juga. Ngapain nungguin iklan?" Jawab mami kebingungan.
"Waktu nunggu waktunya Garuda," celetuk Jisung sambil berdiri di samping kembarannya.
"Kalian batal puasa, ya? Jangan-jangan dari tadi di dalem kamar kalian makan. Hayo, ngaku!" Seru papi sambil menunjuk anaknya bergantian.
Mami beranjak duduk waktu layar TV menayangkan sebuah iklan.
"Kalo denger puu-pu-puu-pu," ujar Doyum, sengaja memotong kalimatnya. Tangan dan mulutnya bergerak seperti meniup terompet.
"Siap-siap, ya?" Lanjut Jisung.
"Siap-siap mau kemana? Kalian kenapa?" Tanya mami lagi.
"Iklannya mau abis!" Seru Oyum sambil menunjuk ke TV. Mami langsung menoleh dan kebetulan FTV 'Suara Hati Istri Ramadhan' telah tayang kembali.
Mami dan papi saling berpandangan dengan raut wajah yang sama-sama bingung. Kemudian keduanya menatap Jisung dan Doyum yang sekarang sudah masuk lagi ke kamar.
"Anak kamu kenapa?" Tanya mami.
"Itu juga anak kamu," jawaban papi sama sekali nggak nyambung dengan pertanyaan mami.
Selang beberapa saat kemudian, dua bocah itu keluar lagi dari kamar dengan memakai baju yang sama. Bawahan pendek selutut berwarna cokelat muda, dengan atasan kaos pendek berwarna hijau.
"Tu wa ga!" Doyum mulai berhitung sambil mengangkat jari-jari tangannya.
Lalu dua bocah itu menggoyangkan pinggulnya berlawanan arah.
"Minum ijonya!" -Jisung.
"Dan goyang badannya!" -Doyum.
"Minum ijo-ijo. Nutrisari kacang ijo!" Seru keduanya bebarengan.
Mami sama sekali nggak menggubris apa yang kedua anaknya lakukan. Tapi papi lebih milih merhatiin anaknya daripada nonton TV. Papi cuma bisa ketawa waktu tau kalo mereka lagi niruin iklan.
Tiba-tiba Doyum lari dan tiduran di lantai di bawah sofa papinya.
"Mau main game-nya, dong?"
Lalu Jisung ikut lari dan berdiri di belakang sofa yang ditempati papi.
"Mau, dong, chocolatos drink-nya?"
Papi menggelengkan kepalanya sambil melihat Jisung dan Doyum bergantian. Dia menyadari kalo sifat mereka yang sekarang ini memang turunan darinya.
Terbersit sekilas ide di kepala sang papi. Lalu ia memanggil kedua anaknya dan berbisik-bisik sambil membentuk formasi melingkar.
"Siap?" Tanya papi. Kedua anaknya mengangguk sebagai jawaban.
Setelah itu, bapak dan dua anaknya mulai berlarian mengitari ruang tengah. Melewati depan TV berkali-kali dengan niatan menghalangi TV dari pandangan mami.
"Viennetta balik lagi!" Seru Oyum.
"Ma! Minta Kiko!" Kali ini Jisung yang teriak.
"Bangun tidur ku terus running! Sampai rumah terus nge-vlogging!" Teriak papi.
"Kejutan puluhan milyar! Kejutan puluhan milyar!" Lanjut Oyum dan Jisung bergantian.
Mami menggerakkan kepala, mencoba fokus ke FTV dari celah tubuh tiga manusia yang berdiri menghalangi.
"Kalian minggir, dong! Ih, Mami mau nonton TV. Lihat tuh jadi gelandangan, tuh!" Tunjuk mami ke arah TV yang hanya terlihat separo.
Tapi suami dan anak-anaknya nggak ada satupun yang bergerak meninggalkan TV. Akhirnya mami diem aja duduk di tempatnya, menatap satu persatu wajah papi, Jisung, dan Oyum bergantian.
Tiga manusia yang tengah berjoget di depan TV itu langsung menghentikan aktivitas mereka ketika melihat mami yang wajahnya mulai tertekuk. Mereka menebak-nebak apa yang akan terjadi setelah ini dengan wajah menunduk.
Hingga tiba-tiba mami bangkit berdiri dan mulai menari ke sekeliling arah.
"Minum ijonya! Dan goyang badannya! Dari kelapa pilihan, waktu yang tepat buat celap-celup!" Mami Yein bersenandung meskipun nggak tahu apakah liriknya bener atau nggak.
Ngelihat maminya ikutan nari, tiga manusia yang sempat membeku tadi lanjut menari lagi. Mereka asyik nari sampai akhirnya papi dan mami tumbang duluan. Tenaga orang tua emang cepet terkuras habis.
Sedangkan anak kembarnya masih lanjut joget-joget sampai adzan ashar berkumandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Ramadhan'20 : KETUPAT -1THE9- [✓]
FanfictionSeries Ramadhan 1THE9 2020 : KETUPAT "Nanti kamu jadi manusia ketupat." "Kok bisa?" "Karena ketupat cuma boleh dimakan pas lebaran." "Kata siapa?" "Kata aku lah." Start : Friday, 24 April 2020. End : Sunday, 24 May 2020.