1️⃣5️⃣ Sembari Menunggu

63 20 5
                                    

Ada tokoh tambahan khusus episode ini. Bocil-bocil temen sekolah anak Cemara.

🤼🤼🤼

"Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh!"

"Wa'alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh!"

"Apa kabarnya hari ini?!"

"Alhamdulillah! Luar biasa! Allahu akbar! Tetap semangat, yes!"

Dua puluh satu anak-anak yang berada di bawah nama 'Kelas 1' itu menjawab kompak pertanyaan dari guru agama mereka. Lengkap dengan gerakan tangan yang sudah mereka latih sebelumnya.

Tangan kanan menyentuh dada sebelah kiri ketika mengucap 'Alhamdulillah'. Lalu tangan kiri menyentuh dada sebelah kanan atas waktu berkata 'luar biasa', kemudian mengepalkan tangan kanan ke udara saat berseru 'Allahu akbar', dilanjut dengan kepalan tangan kiri di udara sambil berteriak 'tetap semangat', dan diakhiri seruan 'yes!' sambil menurunkan dua kepalan tangan.

Pak guru sumringah melihat semangat dari anak didiknya. Terlebih pada satu bocah yang saking semangatnya, sampai-sampai ia berdiri waktu berteriak 'Yes!'

"Wah, Iyon semangat banget, ya, hari ini? Kamu sudah siap untuk pelajaran hari ini?" Tanya pak guru.

Tangan kanan Iyon masih mengepal di udara, lalu ia berteriak, "Siap, Pak!"

"Yang lain udah siap juga?"

"Siap, pak guru!"

"Kalau begitu, siapkan alat sholatnya, Bapak tunggu di musholla, oke?"

"Oke, Pak!"

Pak guru berjalan keluar dari ruang kelas satu. Terlebih dahulu ke musholla, menyiapkan tempat untuk sholat dhuha anak muridnya.

Sesaat kemudian, satu persatu anak muridnya mulai bermunculan di musholla. Sesampainya di musholla, mereka langsung menata sajadah berjejeran. Lalu mulai pergi ke tempat wudhu.

Selesai berwudhu, mereka bersiap di atas sajadah masing-masing. Pak guru mulai mengabsen kehadiran mereka. Tapi, rasanya ada yang kurang.

"Ada yang belum ke sini? Baru dua puluh anak, masih kurang satu. Temen kalian ada yang belum ke musholla?" Tanya pak guru.

Salah satu dari mereka mengangkat tangan. "Uwon masih di kelas, Pak!" Seru Iyon.

Pak guru menyuruh mereka untuk tetap diam di tempat, sementara dirinya pergi memeriksa ke kelas.

"Astaghfirullah, kamu ngapain, Nak?" Pak guru terkejut waktu masuk ke ruang kelas.

Pasalnya, Sungwon duduk bersila di atas sajadahnya, menunggu untuk memulai sesuatu. Ia juga sudah memakai sarung meskipun tidak rapi, peci juga sudah melekat di kepala.

"Kenapa nggak ke musholla?" Tanya pak guru.

"Kata Bapak, tadi kita disuruh siap-siap alat sholat, ini Uwon udah selesai. Sajadahnya udah Uwon tata, Uwon juga udah pakai sarung sama peci. Sholat dhuhanya kapan?" Tanyanya polos, masih dalam posisi duduk.

Pak guru menepuk dahinya pelan.

"Maksud Bapak, kamu ambil alat sholat kamu, terus sholat bareng-bareng di musholla," terang pak guru.

"Oh, gitu," kata Sungwon sambil manggut-manggut, "bilang, dong, Pak."

Pak guru mengelus dadanya sambil menghela napas. Kemudian menggandeng Sungwon dan membawanya ke musholla.

🤼🤼🤼

Selagi menunggu anak kelas satu selesai melaksanakan sholat dhuha, anak-anak kelas dua sedang mendengarkan ceramah dari ustadzah yang kemarin mengajari mereka.

[2] Ramadhan'20 : KETUPAT -1THE9- [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang