2️⃣8️⃣ Mudeek

40 17 0
                                    

Pagi itu keluarga ketua komplek berkumpul di teras rumah. Ayah Hoseok dan Mama Mijoo duduk di kursi teras sebelah kiri. Mas Jangjun utak-atik ponsel sambil duduk di undakan. Jinsung lagi nyiramin bunga di taman. Iyon leyeh-leyeh di atas paving sambil mengagumi indahnya langit.

"Yah, kompleknya mulai sepi," kata mama membuka perbincangan.

"Udah pada mudik lah. Nggak kerasa hari Minggu nanti udah lebaran," ujar ayah.

"Mama," panggil Iyon.

"Apa?"

"Awan kok bisa terbang?"

Mama langsung terdiam memikirkan jawaban. Sesekali menatap ayah untuk meminta pertolongan.

"Awan tuh diem aja, Dek," sahut Mas Jangjun. Matanya masih terpaku pada layar ponsel.

"Masa? Coba deh langitnya lihat, tuh awannya gerak," sanggah Iyon.

"Dibilangin nggak percaya. Yang gerak tuh bukan awan, tapi bu— aduh! Recall dulu gue! Eh itu towernya mau ambruk!" Jawaban Mas Jangjun tercampur karena fokusnya terbagi antara Iyon dengan game di ponselnya.

"Hah? Jadi yang gerak towernya? Tower mana? Masa sih ada tower di langit?" Mata Iyon dengan teliti mengamati langit yang cerah seperti biasanya.

"Maksud Mas tuh... yang gerak itu bumi. Buminya mu—yes! Triple kill!"

Iyon beralih ke posisi duduk lalu memutar menghadap kakaknya. "Apa? Tempe kikil? Tempe kikil itu makanan apa? Kok kayaknya enak?" Lalu ia menoleh ke arah mamanya, "Ma, nanti buat bekal di jalan, bikinin Iyon tempe kikil, ya?"

"Hah?" Mama melongo. "Tempe kikil apaan?"

"Itu kata Mas Jangjun 'tempe kikil!'. Iyon penasaran pengen coba."

Mama beranjak kemudian masuk ke dalam rumah. "Terserah kamu deh, Nak. Mama pusing, mau mandi. Abis Mama mandi, kalian gantian, ya? Abis itu kita berangkat."

"Siap!" Jawab ketiga anaknya dengan kompak.

"Yah, ini Ncung sampai kapan nyiram bunganya?" Tanya Jinsung.

"Masih belum semua itu, Ncung. Yang pojok masih belum kena tuh," Jinsung menuruti perkataan ayahnya, "nah iya yang itu. Ke kanan dikit lagi coba. Sip. Sekarang mundur dikit terus ke kiri."

Mas Jangjun meletakkan ponselnya ke lantai. "Ncung, itu bunga mawar punya Mama masih belum."

Jinsung menoleh. "Ini udah aku siram, tuh tanahnya basah."

"Kalo nyiram tanaman tuh harus basah semua daun dan bunganya. Siram lagi."

Dengan mulut manyun, Jinsung bergerak mengikuti ucapan kakaknya.

"Jinsung terus yang disuruh-suruh," gumamnya.

Mas Jangjun diam-diam memanggil Iyon. Lalu Ayah, Mas Jangjun, dan Iyon berjalan mengendap-endap memasuki rumah.

"Ncung, bunganya siram terus ya sampai siang," kata Ayah sebelum menutup pintu.

Jinsung yang baru sadar kalau ternyata dia ditinggal, langsung melepaskan selan air sampai membuat selang tersebut menari-nari di udara sebelum tergeletak ke tanah. Jinsung berlari dan mencoba membuka pintu, namun nihil. Pintunya dikunci dari dalam.

"Kok Incung ditinggal sendirian, sih?"

🤼🤼🤼

Sekitar pukul sepuluh menjelang siang, mama dan ayah sibuk menata barang-barang di bagasi mobil. Sedangkan ketiga anak mereka duduk-duduk santai di teras.

[2] Ramadhan'20 : KETUPAT -1THE9- [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang