1️⃣6️⃣ Gara-gara Senter

53 18 1
                                    

Jinsung duduk sendirian di teras rumah. Menyandarkan punggungnya kepada pilar, memeluk kaki mungilnya, menatap ke gelapnya langit, sambil meresapi tangis langit pada bumi. Wah, puitis sekali.

"Ngapain, Ndut?"

Jinsung mengirimkan death glare pada Mas Jangjun yang telah merusak momen krusialnya bersama sang hujan.

"Mas Jangjun ganggu aja deh."

"Emang lagi ngapain, sih? Serius amat."

"Lagi ngitung air hujan, Mas. Biar cepetan reda," jawab Jinsung.

Mas Jangjun berjongkok di depan Jinsung, lalu ikut menatap tetesan air hujan yang makin lama makin deras.

"Sekarang udah yang ke berapa?"

Jinsung diam sebentar. Telunjuknya mengabsen tiap tetesan air, seolah benar-benar bisa menghitungnya.

"Yah, Ncung lupa. Tadi kan sama Mas Jangjun diganggu, jadi itungannya tadi lupa."

"Bisa aja lu, bocil."

Hujan yang tadinya hampir mereda karena dihitung Jinsung, tiba-tiba semakin deras seiring dengan listrik padam. Suara keluhan dari setiap rumah teredam derasnya hujan.

"Mati lampu, Mas," gumam Jinsung.

"Mati listrik, Ncung," koreksi Mas Jangjun.

Jinsung bangkit berdiri. "Pokoknya mati lampu!" Kemudian pergi meninggalkan masnya yang masih duduk jongkok.

"Ayah!" Panggil Jinsung waktu masuk ke rumah. Tangannya meraba dinding sebagai bantuan berjalan.

"Apa?"

"Jadi keliling komplek, nggak?"

Ayah membawa senter lalu menyoroti wajah Jinsung. "Kamu nggak lihat di luar lagi hujan?"

"Lihat, kok. Dari tadi Ncung duduk di depan ngitungin hujan."

"Hm, ya udah. Nanti kalau hujannya udah reda, kita keliling komplek," kata Ayah. "Emang kamu nggak ngantuk? Ayah keliling nanti agak maleman," lanjut Ayah lagi.

"Nggak tahu, Yah. Soalnya sekarang Ncung belum ngantuk, nggak tahu kalau nanti agak malem."

"Dih, bahasanya kayak Dilan," celetuk Mas Jangjun yang berjalan melewati mereka lalu masuk ke kamarnya.

"Mas Jangjun tidur aja sana!" Teriak Jinsung.

"Yee emang Mas mau tidur, wlee!" Jangjun ikut teriak dari dalam kamar.

Ayah ketawa pelan lalu duduk di sofa ruang tamu. "Terus sekarang kamu mau ngapain?" Tanya Ayah.

"Mau main sama Iyon aja di kamar," jawab Jinsung sambil berlalu meninggalkan ayahnya.

🤼🤼🤼

"Ayah, bantuin Bunda!"

Keluarga ini lagi sibuk-sibuknya ngurusin bayi kembar tiga. Apalagi sekarang listriknya padam, kesulitan mereka menjadi satu tingkat lebih susah.

Bunda sekarang lagi nenangin Rara yang kebangun dari tidurnya karena suara geledek yang datang tiba-tiba. Ayah menina-bobokan Lili yang juga kebangun bareng Rara. Sedangkan Junseo berdiri di samping box bayi sambil memandangi wajah Rio yang tenang waktu tidur meskipun listrik padam dan geledek menyambar.

"Bun, kayaknya Lili ngompol deh," kata Ayah sambil memeriksa popok yang dipakai Lili.

"Ini Rara gendong dulu kalau gitu, biar aku yang gantiin popoknya Lili," Bunda menyerahkan Rara pada Ayah yang juga masih menggendong Lili.

[2] Ramadhan'20 : KETUPAT -1THE9- [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang