2️⃣6️⃣ Train to Komplek Cemara

47 18 0
                                    

Rumah keluarga si kembar sepertinya kedatangan tamu. Dua sosok kecil berdiri sambil mengetuk pintu yang ada di hadapannya.

Hari masih amat pagi. Bahkan Mas Jangjun dan kawan-kawan baru saja keluar dari gerbang komplek sambil mengayuh sepeda untuk pergi ke sekolah.

"Tante? Assalamu'alaikum! Ada orang nggak di rumah?" Wawan berteriak, Echan gedor-gedor.

Udah dua kali mereka mengucap salam, tapi penghuni rumah itu masih belum memunculkan tanda-tanda kehidupan. Wawan berjalan ke arah kaca jendela dan mengintip ke dalam. Echan meniru gerakan abangnya. Tapi pandangan mereka terhalangi oleh gorden kuning pastel.

Echan menggedor pintu sekali lagi sampai akhirnya pintu itu terbuka.

"Wa'alaikumussalam! Eh, Wawan sama Echan. Ngapain pagi-pagi udah ke sini? Doyum sama Jisung masih bobo di kamar," kata Mami Iin.

"Kita nggak ngajakin mereka main kok," ujar Echan.

"Terus ngapain ke sini pagi-pagi?"

Wawan buka suara. "Kemarin kata Doyum sama Jisung, Tante bikin kue kering buat lebaran. Sama Mama disuruh beli," terang Wawan.

Mami Iin menepuk dahinya pelan. "Oh, iya. Kemarin Mama kalian pesen tapi lupa belum Tante anterin. Lagian kenapa kalian nyamperin jam segini, sih? Kan bisa Tante anterin nanti kalo udah agak siangan."

"Nggak tahu. Sama Mama disuruh ambil sekarang," kata Wawan.

"Ya udah, tunggu sini sebentar. Tante ke dalem dulu ngambil pesenan Mama kamu," Mami Iin berjalan memasuki rumah selama beberapa saat lalu kembali dengan kantong berukuran sedang berwarna merah.

"Nih," Mami Iin meletakkan bungkusan itu ke depan kaki Wawan, "bawanya ati-ati, ya? Nanti kalo jatuh, wadahnya bisa pecah terus kue keringnya rusak."

"Siap, Tante!" Seru Echan.

"Tante, Wawan minta maaf, ya?" Ucap Wawan tiba-tiba.

Mami Iin kaget. "Minta maaf kenapa?"

Wawan menggaruk tengkuknya dengan bola mata yang melihat kesana-kemari. "Sama Mama nggak dikasih uang. Disuruh ngambil aja. Kita ngutang dulu, ya?" Lirih Wawan.

Ucapan Wawan sukses membuat Mami Iin tertawa. Melihat hal itu, Echan ikut-ikutan tertawa sambil menunjuk abangnya meskipun nggak tahu apa yang terjadi.

"Kok ketawa?" Tanya Wawan heran.

"Iya, Tante kok ketawa, sih?" Tambah Echan.

Mami Iin meredakan tawanya. "Abis kamu lucu. Mama kalian kemarin udah bayar ke Tante. Jadi, kalian bisa langsung pulang bawa kue keringnya," terang Mami Iin.

"Ohh..."

Wawan hanya bisa terkekeh menahan malu. Ia memutuskan untuk kembali ke rumah.

"Kalo gitu saya sama Echan pulang dulu ya, Tante?"

"Iya, hati-hati!"

Wawan menghentikan langkah ketika baru sampai di undakan lantai. Lalu ia menoleh lagi ke belakang.

"Tante, saya boleh minta tolong?" Mami Iin mengangguk, "Doyum sama Jisung bilangin: 'jangan lupa nanti malem ya?' gitu."

"Oke, gampang!"

Wawan dan Echan melanjutkan jalan mereka.

"Mama! Pesanan datang!" Echan berseru waktu mereka sudah sampai di halaman rumah.

Mama Eunbi yang kayaknya udah nungguin karena duduk di kursi ruang tamu, langsung buru-buru keluar dan menyambar kresek merah yang dibawa anaknya.

"Sini, duduk sini. Mama mau bongkar isinya," katanya semangat.

[2] Ramadhan'20 : KETUPAT -1THE9- [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang