WARNING 18++ !!!
CERITA INI Mengandung adegan 18+, kekerasan, dan bahasa kotor.Sebelum baca jangan lupa Vote nya ya😘✨
Love u all🥰Met baca!
Vanka tidak ingat kalau dirinya tidak memiliki nomor telpon Dizon, ia benar-benar merasa bersalah karna tidak memberi tahu Dizon kalau dirinya tidak bisa pulang bersamanya.
Mobil kini sudah berada didepan gerbang rumah berwarna hijau, Vanka menuruni mobil tersebut bersamaan dengan Annabel yang berjalan terlebih dahulu meninggalkan Vanka.
Sudah lama sekali Vanka tidak kembali kerumah ini, rumah yang ia tinggal sewaktu bayi hingga berumur 5 tahun.
Semenjak orang tuanya bercerai, Vanka tinggal di panti asuhan karna istri baru papanya tidak ingin Vanka tinggal bersamanya. Tapi ada baiknya juga Vanka keluar dari rumah tersebut, kalau tidak ia mungkin sudah dibully habis-habisan dirumah tersebut.
Vanka berjalan memasuki pintu rumah, mengikuti Annabel yang sudah terlebih dahulu masuk. Ia melihat banyak barang barang dirumah itu yang sudah berganti. Terakhir kali Vanka pulang itu beberapa bulan lalu dan itu hanya untuk meminta uang bayaran sekolah.
Vanka melihat Ibu tirinya yang kini sudah duduk di ruang tamu, ia tidak memperdulikan ibu tirinya itu. Ia berjalan melewati Andin dan menghampiri Papanya yang ada disebelah Andin.
"Lihat mas, anak mu sudah lama tidak pulang. Sekarang semakin tidak sopan"
Vanka memutar kedua bola matanya malas, ia tahu sekali kalau Andin akan mengomporinya lagi dan lagi.
"Ada apa? Papa Masih inget sama Vanka memang?"
"Kamu ini, sudah lama tidak kerumah sekarang cara bicara kamu sama Papa jadi seperti ini"
Vanka benar-benar malas sekali merespon orang tuanya, biar saja mau dibilang durhaka atau enggak. Kalau seandainya ia bisa keluar dari keluarga ini ia benar-benar sangat bahagia.
"Kemana saja kamu sebulan tidak sekolah?"
"Jual diri kali pa" jawab Annabel yang baru saja turun dari tangga
"Kamu tahu tidak, papa ditelponin pihak sekolah karna kamu tidak masuk selama beberapa minggu"
"Loh, papa aja gak membayar uang SPP Vanka, terus buat apa Vanka sekolah? Uang ujian saja papa tidak transfer" ketus Vanka, "Vanka minta uang untuk bayaran sekolah aja Papa langsung marah-marah. ANAK KANDUNG PAPA ITU VANKA ATAU ANNABEL!?"
"Kamu ini...." Bentak Ricardo, tangan kanannya kini sudah terangkat sempurna. Vanka sudah sangat siap jika ia akan ditampar oleh papanya sekarang
Vanka membuka matanya, ternyata Ricardo tidak jadi menampar Vanka.
"Tampar aja pa tampar. Setiap ketemu kan papa selalu tampar Vanka"
"Kemarin papa mau bayar uang sekolah kamu tapi ternyata sudah dibayar. Siapa yang bayar?"
"Bunda panti"
"Kamu masih berurusan sama dia?"
"Emang kenapa? Kan bunda panti yang ngurusin Vanka dari kecil. Emangnya Papa pernah ngurusin Vanka? Biayain sekolah Vanka saja baru 2 tahun terakhir. Emang papa peduli sama Vanka?"
Plakkk
Pipi Vanka ditampar kencang oleh Ricardo, Vanka sedikit merintih kesakitan. Ia mengelus pipinya yang tadi ditampar keras
"Udah puas?" Ketus Vanka mencoba menahan air matanya
"Siapa yang ajarin kamu bicara seperti itu? Anak saya tidak akan pernah bicara seperti itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCIDENT (END)
Romance-Tidak semua kenyataan itu menyakitkan ada juga yang membahagiakan- WARNING 18++ !!! Mengandung adegan 18+, kekerasan, dan bahasa kotor. Vanka terbangun dari tidurnya saat ini ia terkejut melihat tubuhnya sudah tidak memakai pakaian sehelai benang p...