Malam itu Koko bermimpi, dia berada di ruang hampa bewarna hitam. Dia tidak sendirian, dia berjalan entah kemana dengan kerumunan orang-orang berpakaian hitam dan bertudung.
Pria itu terus berjalan berdesakan, kemudian pada saat itu dia tersadar, jika dia berada di alam mimpi. Lantas dia terus mengikuti alur mimpinya, hingga dia bertabrakan dengan seorang pria berpakaian serba putih persis seperti yang dia kenakan.
"Kamu ... siapa?" tanya Koko.
Pria itu masih terdiam, mungkin terkejut karena melihat Koko yang sepertinya sama-sama mencari jalan pulang.
"Gue ... Aksa." Pria itu menjawab, membuat Koko mengernyit kala mendengar namanya yang sama seperti nama tengahnya, dan sialnya wajah orang itu seperti pernah dia lihat sebelumnya.
"Kalo begitu nama kita sama," katanya kemudian.
"Lo ... tahu ini di mana?" tanya Aksa ragu-ragu.
"Ini di dunia mimpi," jawab Koko sekenanya.
"Mimpi?! Masa, sih?!" Aksa terlihat tidak percaya.
"Iya ... coba aja pukul tangan kamu, pasti gak sakit. Palingan sebentar lagi juga kamu atau saya akan terbangun."
Aksa terdiam. Dia memukul punggung lengannya, dan benar, tidak terasa sakit.
"Tapi ngomong-ngomong, kamu tadi keliatan lagi buru-buru. Ada apa emangnya?" tanya Koko.
"Oh, tadi, gue lihat cewek yang pake dress putih," jawab Aksa.
"Dress putih?" tanya Koko. "Di mana?"
"Tadi dia jalan ke—itu dia!" Aksa menunjuk ke arah seorang gadis yang berjalan di tengah-tengah keramaian orang-orang bertudung hitam itu. Entah kenapa otak Koko memaksanya untuk mengikuti gadis itu. Alhasil, Aksa membuntuti pria asing yang sama-sama bernama Aksa dan juga sam-sama mengenakan pakaian putih seperti dirinya itu.
"Keke!"
Koko refleks memanggil nama adiknya. Dan benar saja, gadis itu berhenti berjalan. Dia membalikkan badannya perlahan bersamaan dengan hilangnya kerumunan orang-orang di sekitarnya secara tiba-tiba, menyisakan mereka bertiga. Gadis itu akhirnya berdiri menghadap Koko dan Aksa.
"Kenari?" Aksa refleks menyebut nama gadis itu.
Koko menoleh kearah Aksa. "Kamu kenal dia?" tanyanya. Pria itu hanya mengangguk ragu.
Gadis itu tersenyum, senyumannya sangat misterius. Hingga tiba-tiba penglihatan Koko memudar kemudian dia pun tersadar dari mimpinya.
"Permisi!"
Koko tersentak, kemudian menghembuskan napas kasar. Hampir sepuluh detik dia menundukkan kepalanya dan memikirkan arti mimpinya semalam. Hingga tidak sengaja mengabaikan pelanggan yang hendak memesan minuman di hadapannya.
"Mau order apa, Mas?" tawar Koko tanpa menoleh ke arah pelanggannya. Pria itu pun menyebutkan menu yang hendak dia pesan, dan Koko langsung mengetiknya di mesin kasir. "Atas nama?" Koko bertanya kemudian mengambil cup kopi dan spidol.
"Aksa. Aksa Ardhana."
Koko terdiam. Refleks dia mendongak dan menatap wajah pria tersebut, yang justru membuat dia teringat dengan seseorang. Pria itu sama persis seperti pria yang dia temui di mimpinya.
Hingga tiba-tiba Dewata berbicara di alat komunikasinya.
"By the way, masing-masing satu orang di Caturangga dan Dakota datang di pertemuan Alpha dan Sailendra. Put that chip on the drink."
KAMU SEDANG MEMBACA
yang baik belum tentu baik
ActionDisclaimer dikit: ini hampir 2 tahun lebih di-unpublish karena gaya penulisannya yang menurutku kurang. Sengaja dipublish lagi untuk mengenang perkembangan gaya penulisan gue yang dulunya suka sok ke-jaksel-jakselan. Aslinya mah orang Bogor wkwkw. *...