Bel sekolah telah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Kelas Keke telah kosong. Hanya tersisa oleh dirinya dan juga kakaknya yang barusan datang. Keke melipat kedua tangannya di dada. Menatap malas kepada kakaknya itu. Mau bagaimanapun Keke masih kesal dengan apa yang cowok itu katakan kemarin malam.
"Lo pasti mau ngomong sesuatu, langsung aja!" ucap Keke.
Koko menarik napasnya kemudian berjalan mendekat. "Gue, minta maaf. Gue gak serius sama ucapan gue yang semalem."
"Oh ya?"
"Iya. Gue hanya terbawa emosi. Gue tentu saja gak mau mati dan menyia-nyiakan hidup gue," jelas Koko.
"Katanya capek. Mending udahan aja!" sindir Keke.
"Ke, gue gak serius sama ucapan gue yang semalem. Gue minta maaf."
Keke menghela napasnya, dia memandang kakaknya yang juga memandangnya sendu. Alhasil gadis itu menyerah. "Oke, gue maafin!" katanya pada akhirnya. Membuat Koko tersenyum lebar dan mendekat seraya merentangkan tangannya, berencana untuk memeluk adiknya. "Tapi dengan satu syarat!" senggah Keke.
"Apa?" tanya Koko batal memeluk.
"Jangan pernah menyerah sekali pun. Janji?" pinta Keke seraya mengacungkan jari kelingkingnya. Koko dengan mantap menyambut kelingking adiknya itu dengan kelingkingnya.
"Janji."
Keke tersenyum, Koko merentangkan tangannya lagi berniat memeluk adiknya. Keke pun akhirnya menyambutnya dengan memeluk kakaknya itu cukup lama.
"Ke, pernah denger sekolah kedinasan?" tanya Koko di pertengahan jalan menuju parkiran.
Keke menoleh. "Hah? Kedinasan? Akpol juga kedinasan," katanya.
"Ada banyak sekolah kedinasan, Ke. Kayak STAN, STIS, IPDN," ucap Koko. Keke hanya mengangguk-angguk.
"Dan biaya sekolahnya pun gratis Ke, lulus langsung jadi PNS. Keren ga tuh," tambah Koko.
"Iyaa ... makanya gue mau jadi polisi biar langsung jadi pegawai negeri."
"Tapi kan, Akpol banyak peminatnya. Di kelas gue aja ada lima orang. Itu pun fisiknya udah terlatih banget."
"Kalo yakin dan berusaha pasti gue bisa lolos!" ucap Keke yakin.
Namun, sesampainya di rumah, gadis itu justru menjadi kepikiran dengan ucapan kakaknya. Alhasil dia melihat-lihat informasi tentang prediksi kuota penerimaan Akpol di tahun ini. Dia juga mencari tahu tentang sekolah kedinasan yang tidak diketahui banyak orang. Hingga tiba-tiba matanya terkunci pada point terakhir di mana dia melihat sebuah nama sekolah yang entah bagaimana, tiba-tiba dirinya merasa seperti terpanggil.
Sekolah Tinggi Intelejen Negara (STIN)
Keke terperangah. Dia baru tersadar, jika di Indonesia terdapat lembaga intelijen seperti CIA di Amerika dan NIS seperti di Korea, yaitu Badan Intelijen Negara atau singkatnya adalah BIN.
Alhasil gadis itu terus mencari tahu tentang sekolah kedinasan tersebut beserta info-info persyaratannya. Namun sayang, sekolah tersebut tidak terlalu tersorot di media. Seakan-akan ada nama namun tidak ada wujudnya. Yang gadis itu dapatkan hanya sebuah informasi pendaftaran, kriteria, dan juga beberapa pengalaman seorang blogger yang pernah daftar di sana. Namun sayang gagal saat tes fisik.
Keke merebahkan tubuhnya di ranjang. Kepalanya masih kebayang dengan sekolah tersebut.
'Jika berhasil tidak dipuji, jika gagal dicaci maki. Jika hilang tak akan dicari, jika mati tak ada yang mengakui'
KAMU SEDANG MEMBACA
yang baik belum tentu baik
AksiDisclaimer dikit: ini hampir 2 tahun lebih di-unpublish karena gaya penulisannya yang menurutku kurang. Sengaja dipublish lagi untuk mengenang perkembangan gaya penulisan gue yang dulunya suka sok ke-jaksel-jakselan. Aslinya mah orang Bogor wkwkw. *...