Keke terbangun di suatu kamar bernuansa hitam dengan semerbak aroma mint yang tercium. Gadis itu menatap langit-langit kamar, kemudian menatap jam digital yang menunjukkan pukul 7 lebih 15 menit. Gadis itu menghela napasnya sejenak.
Akhirnya, dia masih hidup.
Sejenak, dia mengingat-ingat kejadian kemarin—atau mungkin tadi siang—yang seketika membuatnya bergidik ngeri. Beruntung pria yang bernama Ren itu menolongnya kemarin dari aksi para pria bejat itu. Keke bangkit dari tidurnya dan menyingkap selimut yang menutupi setengah tubuhnya.
"Good morning."
Keke tersentak, kemudian menoleh ke arah pintu yang terbuka dan mendapati seorang pria tengah berdiri menatapnya. Keke sontak bangkit dari posisinya dan mundur beberapa langkah. Gadis itu hampir tersandung oleh sebuah benda berbentuk kubus yang membelenggu pergelangan kaki kirinya.
Apa-apaan ini?!
Keke mengerutkan keningnya lalu menyentuh benda tersebut. Tanpa dia sadari Ren berjalan mendekat, membuat Keke lagi-lagi mundur beberapa langkah menjauhi Ren. Yang pada akhirnya dia benar-benar tersandung dan terjatuh. Ren tersenyum miring. "Easy girl. I not gonna hurt you."
"Kalo begitu jangan mendekat! Diem di situ!" Keke mengacungkan tangannya. Punggungnya sudah menyentuh tembok, dan dirinya merasa terintimidasi.
"Kenapa gue harus diem? Lagian kan, ini kamar gue." Ren justru makin mendekat dan berjongkok di hadapan Keke. "Seharusnya lo berterimakasih. Gue udah menyelamatkan lo, kalo gak, mungkin lo udah diperko—"
"Oke! Terima kasih! Puas?!" Keke memotong ucapan Ren. "Dan benda apa ini?" tanyanya kemudian seraya menunjuk benda di pergelangan kakinya.
Ren menghela napasnya. "Buat jaga-jaga. In case, jika lo kabur dari pengawasan gue."
"Memangnya kenapa kalo gue kabur?" tanya Keke menatap tajam kearah Ren.
Pria itu terkekeh. "Rahasia."
Keke mendengkus, sedangkan Ren meraih lengan gadis itu dan menariknya untuk berdiri. "Gue yakin lo laper," katanya seraya menuntunnya keluar kamar.
Entah kenapa Keke tidak memberontak dan menurut ikut berjalan di samping Ren. Dan saat mereka keluar dari kamar, Keke disuguhi oleh pemandangan fitur rumah yang sangat klasik dan mewah. Di sekeliling koridor, terdapat lukisan-lukisan antik serta barang-barang unik yang tak kalah mahal terpajang rapi.
"Gue ada di mana?" tanya Keke. Tangannya iseng menyentuh setiap barang yang dia lewati.
Ren menoleh sejenak, dan seketika menahan tangan gadis itu yang hendak menyentuh sebuah guci raksasa. "What are you doing?"
Keke menarik tangannya. "Megang. Kenapa emang?"
"Jangan dipegang."
Keke mendengkus, alih-alih justru menerawang sejenak hingga dia menghentikan langkahnya di tengah-tengah koridor. Ren lagi-lagi menghentikan langkahnya dan berdiri di hadapan Keke. Gadis itu menoleh ke arah samping, tepatnya ke arah lukisan besar wanita tua yang menutupi dari atas sampai bawah dinding.
"What are you looking at?" tanya Ren, rada sedikit jengkel.
Keke menoleh, lalu sedetik kemudian dia menggeleng. "Lukisan yang bagus, besar lagi," ucap Keke. Lalu mereka pun melanjutkan langkahnya menuju dapur utama.
Di sana beberapa pelayan telah menyiapkan makanan yang terbilang sangat mewah bagi Keke. Gadis itu duduk di meja bar bersebelahan dengan Ren.
"Can I ask you something?" Ren tiba-tiba berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
yang baik belum tentu baik
AzioneDisclaimer dikit: ini hampir 2 tahun lebih di-unpublish karena gaya penulisannya yang menurutku kurang. Sengaja dipublish lagi untuk mengenang perkembangan gaya penulisan gue yang dulunya suka sok ke-jaksel-jakselan. Aslinya mah orang Bogor wkwkw. *...