Chapter 08 - Sarapan

765 149 16
                                    

Dahyun bangun pagi sekali hari ini. Sepertinya berkat kasur empuknya, ia bisa mendapatkan kualitas tidur yang baik. Dengan tersenyum, gadis yang memiliki julukan tofu itu keluar kamar dengan gembira. Tatapannya berhenti di depan pintu kamar Hanbin. Menerka-nerka apakah 'suaminya' itu sudah bangun atau bahkan belum kembali dari rumah orang tuanya.

Tak mau ambil pusing, Dahyun segera berlalu ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok giginya. Hari ini moodnya benar-benar bagus. Sepertinya akan ada banyak hal yang gadis itu lakukan pagi ini.

Keluar dari kamar mandi, yang kebetulan berada di tengah kamarnya dan Hanbin, membuat Dahyun kembali dilanda penasaran oleh teman serumahnya itu. Dengan jalan berjinjit, Dahyun pergi ke rak sepatu sebelum pintu keluar dan membukanya perlahan untuk memastikan apakah Hanbin sudah pulang atau belum.Untuk kesekian kalinya, Dahyun dibuat terkejut oleh Hanbin. Rak sepatu itu mempunyai 2 bagian dengan masing-masing bagian terdiri dari 7 susun rak. Dibagian kiri, tersusun dengan rapi, kumpulan vans milik Hanbin dengan berbagai warna dan motif, beberapa sepatu pantofel pria itu serta sandal milik Hanbin yang biasanya pemuda itu gunakan untuk bersantai.

Dan dibagian sebelah kanan, berderet beragam sepatu hak tinggi milik Dahyun, flat shoes nya, sneakers, serta wedges kesayangannya yang disusun Hanbin dengan sangat baik. Baru sehari tinggal bersama pemuda itu, Dahyun baru tau jika ternyata Hanbin adalah pria rapi dan perfeksionis.

Senyum tipis muncul di wajah polosnya tanpa make up. Lupa dengan tujuan utamanya, Dahyun kembali ke dalam dan menuju dapur sambil mengikat asal rambut blondenya. Ia membuka pintu kulkas dengan hati-hati, beberapa kotak penyimpanan makanan yang diberikan ibunya beberapa hari yang lalu masih tersimpan rapi di dalamnya. Dahyun mendengus kala mengetahui bahwa pria itu tak menyentuh makanannya sama sekali.

"Apa ini? Harusnya jika ia lapar, ia tak apa memakannya" gumam Dahyun pelan.

Akhirnya gadis mungil itu mengambil beberapa kotak dan menaruhnya di meja makan, Mengambil piring dan menyalin makanan tersebut keatasnya, Menyiapkan alat makan untuk dirinya dan Hanbin, serta meletakkan mangkuk nasi beserta gelas kosong di meja tersebut.

Pipi Dahyun merona kala mengingat bahwa ia baru saja seperti istri sungguhan yang tengah menyiapkan sarapan untuk dirinya dan suami. Beberapa kali gadis itu tak bisa menyembunyikan senyumnya setiap ingatan itu muncul di pikiran Dahyun.

Sebuah bunyi pin apartemen yang dibuka oleh seseorang, membuat Dahyun tersadar dan segera berlalu ke arah pintu. Berjaga-jaga jika ternyata yang datang bukan Hanbin. Tapi ia cukup lega ketika melihat penampakan pria yang terlihat baru saja berolah raga itu muncul dari balik pintu.

"Kau sudah pulang?" Tanya Dahyun riang.

Tak perlu menempuh pendidikan tinggi untuk melihat betapa terkejutnya Hanbin ketika disapa Dahyun.

"Eoh." Jawab pria tinggi itu sambil mengelus pelan dada sebelah kirinya. "Dahyun-ssi, kau membuatku takut" lanjut pria itu sambil melepaskan sepatu olahraganya dan berlalu ke kamar.

Sebelum tangan Hanbin memegang knop pintu dengan sempurna, Dahyun sudah terlebih dulu mengajukan keinginannya untuk sarapan bersama. Membuat Hanbin menghentikan pergerakannya.

"Ayolah! Aku sudah menyiapkan sarapan untuk dua orang." Ajak gadis itu lagi namun kini dengan tarikan pelan pada lengan Hanbin. Mau tak mau, pemuda berhidung mancung itu mengekor di belakangnya. Dengan kikuk, Hanbin pun duduk di bangku yang telah disiapkan Dahyun.

"Mari makan" ucap keduanya berbarengan sebelum akhirnya mencicipi menu sarapan mereka pagi ini.

Sebuah senyum simpul terpeta di wajah Hanbin dan Dahyun menyadarinya. "Ada apa Hanbin-sunbae? Apakah masakan ibuku terasa aneh di lidahmu?" Tanya gadis itu kemudian.

Hanbin sontak menggeleng cepat agar tak menimbulkan kesalahpahaman," bukan! Aku hanya, yah, merasa lucu bahwa ternyata aku rindu makan semeja dengan orang lain."

Dahyun menghentikan makannya dan menatap Hanbin iba.

Takut ucapannya disalahpahami oleh Dahyun, pemuda itu melanjutkan,"yah seperti yang kau tahu, aku tinggal disini seorang diri. Jauh dari keluargaku. Setiap harinya aku memakan masakan yang diberikan ibuku, tapi hanya sendiri. Rasanya hangat ketika menyadari jika dihadapanmu ada orang lain. Yang menemanimu makan, mengajukan pertanyaan, berbincang banyak hal..."

"Kau," Dahyun menyela ucapan Hanbin, membuat pria yang usianya lebih tua dua tahun dengan Dahyun itu menatapnya. "Jika ingin ditemani olehku makan, bilang saja. Aku tak akan keberatan." Lanjut gadis itu dengan senyum tulusnya.

"Jangan diambil hati, Dahyun-ssi. Aku hanya..."

"Tidak apa-apa. Terlepas dari hubungan kita sebagai suami-istri kontrak, aku ingin kita lebih dekat sebagai teman. Tak perlu canggung satu sama lain. Kau tahu, kita berdua sudah terbiasa hidup bersama orang banyak. Pasti canggung bagimu yang serumah denganku, begitu pula aku. Tapi mari kita perbaiki semua dari awal, mari kita membuat satu sama lain nyaman. Tak perlu terlalu dekat, tapi juga jangan terlalu jauh. Benarkan?"

Hanbin tersenyum mendengar jawaban Dahyun. Sepertinya gadis itu sudah dewasa dari terakhir kali ia melihatnya.

Tobecontinued...

Kalo gue double update pada mau gak?

That Producer Is My Husband [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang