SELAMAT MEMBACA
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|~Author pov~
Risa berlari, kembali ke kelas nya dengan keadaan menangis. Murid-murid sudah mulai berdatangan, menatap nya dengan tatapan aneh. Selama Risa bersekolah di sini, baru kali ini mereka melihat Risa menangis seperti itu. Sangat berbeda dengan sifat nya yang biasa.
"Eh, Ica. Lo kenapa?" Tanya salah seorang siswi, teman sekelas nya.
Risa hanya diam dan menyembunyikan kepala nya di lipatan tangan nya.
Mereka yang ada disana berusaha menenangkan Risa, namun tetap saja Risa tak mau berbicara apapun. Ya mereka mengerti dengan sikap Risa yang sedikit tertutup pada mereka, kecuali pada 2 orang sahabat nya.
"Loh loh, ada apa nih?" Tanya Zila yang baru datang bersama Adel.
"Eh ini Ica kenapa? Lo semua apain dia?" Tanya Adel menatap mereka satu persatu.
"Kita juga nggak tau Del. Tadi tiba-tiba masuk kelas udah nangis aja" jawab salah satu dari mereka.
"Kalian nggak ada yang tau penyebab nya apa?" Tanya Zila yang sudah duduk di samping Risa.
Mereka semua kompak menggeleng kan kepala.
"Ya udah, makasih ya udah nemenin Risa tadi" ucap Zila.
"Dia juga temen kita kali La. Jadi santai aja" jawab mereka lalu pergi dari sana meninggal kan Risa bersama Adel dan Zila.
Adel mengambil satu kursi dan duduk di samping Risa.
"Ca... lo kenapa?" Adel mengusap kepala Risa.
Risa mendongak kan kepala nya. Mata nya merah, dan wajahnya basah karna air mata.
Tanpa menjawab, Risa memeluk Adel yang juga di balas oleh Adel. Adel menatap Zila yang juga menatap nya. Siapa yang sudah berani membuat sahabat mereka menangis?
"Udah Ca.. jangan nangis lagi" ucap Zila terus mengusap punggung Risa.
Adel mengurai pelukan nya dan menatap Risa.
"Udah ya jangan nangis lagi. Sekarang cerita ke kita, ada apa? Ada masalah apa?" Adel mengusap air mata Risa.
"Fi-Figo Del..." lirih nya tapi masih dapat di dengar oleh Zila dan Adel.
"Figo kenapa? Dia jahatin lo lagi? Atau dia mukul lo? Bilang ke kita Ca" ucap Zila cepat.
"Dia.. hiks.."
Sungguh Risa tak ingin lagi mengingat kata-kata itu, kata-kata yang sangat-sangat menghancurkan hati nya.
"Dia apa Ca? Dia apain lo?" Ucap Adel menuntut.
"Dia bilang aku.. a-aku murahan hiks..." Risa kembali memeluk Adel erat.
Adel dan Zila yang mendengar itu langsung marah. Hey, wanita mana yang tidak sakit hati jika dia di sebut murahan? Wanita penghibur saja, jika di sebut seperti itu pasti akan ada merasakan sakit di hatinya, apa lagi gadis lugu ini.
Adel ingin melepaskan pelukan nya namun Risa semakin mengeratkan pelukan nya.
"Lo jagain Ica"
Zila langsung pergi dari kelas itu setelah mendapat anggukan dari Adel.
"Gue nggak bakal nyuruh lo berhenti nangis kok. Karna gue tau gimana rasa sakit nya. Lo boleh nangis sejadi-jadi nya di pundak gue. Gue bakal nemanin lo sampai lo tenang, oke"
Risa tak menjawab, dia hanya menuruti ucapan Adel. Menangis untuk melepaskan kekesalan di hati nya.
___________________________....
Braakk!
Zila yang baru saja sampai di kelas XI ipa C, langsung meninju pintu kelas, mengejutkan orang-orang yang ada di dalam nya.
"Woi! Ngapain sih lo? Pagi-pagi bikin rusuh aja" ucap seorang siswi.
Zila langsung mengalihkan tatapan nya pada siswi itu, tatapan tajam nya mampu membuat siswi itu bungkam.
"Mana Figo?" Tanya nya.
Tak ada yang menjawab. Zila mengedarkan pandangan nya hingga tatapan nya jatuh pada kedua sahabat Figo yang ada di pojok kiri.
Brakk!
"Dimana Figo?" Tanya nya lagi menatap dua orang itu tajam.
"Wehh santai dong. Masih pa--"
"Bacot! Gue cuma nanya dimana Figo!" Bentak nya cepat membuat Davin takut dan bersembunyi di belakang Vino.
"Fi-figo nggak ada. Dia belum datang" jawab Vino takut-takut.
"Trus ini apa?" Zila mengangkat sebuah tas.
Tas milik Figo.
"Lo pikir gue bocah bisa di bego-bego in sama lo berdua?"
"Su-sumpah La. Kita berdua nggak tau dia dimana. Beneran" Devan mengangkat jari telunjuk dan jari tengan nya keatas.
"Ngapain lo nyari gue?"
Zila memutar tubuhnya. Di ambang pintu kelas, berdiri seorang Figo dengan tampilan yang lebih berantakan.
Dengan nafas memburu Zila berjalan cepat menuju Figo.
Bugh
Satu pukulan itu mendarat di pipi Figo membuat nya terhuyung ke belakang.
"Brengsek! Apa-apa--"
"Apa?!" Sela Zila cepat.
"Lo pikir gue bakal diem aja liat sahabat gue nangis gara-gara lo hah?! Lo pikir karna lo cowok, lo yang punya sekolah ini, gue bakal takut gitu sama lo?!"
"Masalah lo apa sih sama gue!" Ucap Figo marah.
"Cih. Pura-pura bego lagi. Lo kan yang udah bikin Risa nangis?"
Figo terdiam mendengar nya.
"Diem kan lo. Sebenarnya Risa salah apa sih sama lo? Sampai lo tega ngucapin hal yang nggak sepantas nya lo ucapin ke dia? Dia pernah bully lo kayak lo bully dia? Dia pernah ngerjain lo kayak lo yang sering ngerjain dia? Hah? Pernah?!"
Masih tak ada jawaban. Figo hanya diam, menatap Zila yang menatap nya penuh benci.
"Dua tahun. Hampir dua tahun lo perlakuin dia kayak budak. Apa dia pernah laporin lo ke kepala sekolah? Apa pernah lo terkena kasus gara-gara dia? Nggak pernah kan?. Lo tau karna apa? Karna lo ngancam beasiswa dia!" Teriak Zila di akhir ucapan nya.
"Lo nggak tau betapa penting beasiswa itu bagi Risa. Lo nggak tau betapa tersiksa nya dia bertahan di sekolah ini sama orang kayak lo. Lo nggak akan pernah tau karna lo nggak ada di posisi dia!. Dia sekolah ngandelin otak, supaya dia nggak nyusahin bokap nya. Dia udah susah, Go. Tapi kenapa lo malah bikin dia makin menderita disini? Kenapa?!"
Satu tetes air mata Zila menetes di sela-sela amarah nya.
"Gue peringatin sama lo. Jangan pernah lo ganggu dia lagi, jangan pernah lo muncul di depan dia lagi. Kalau perlu lo jangan pernah muncul di kehidupan dia lagi. Paham lo"
Zila berlalu setelah mendorong bahu Figo kuat.
Semua nya hening. Termasuk Figo yang tak hentinya memikirkan ucapan Zila tadi pada nya.
___________________________....
Hola
Vote and comment please!
Follow
@rinianggraini_29
KAMU SEDANG MEMBACA
possessive enemy
Teen Fiction"Kamu ini siapa sih? Aku nggak kenal sama kamu, tapi kenapa kamu gangguin aku terus?" "Gue ini musuh lo" pria itu tersenyum miring "Terus kenapa kamu harus atur-atur hidup aku?" "Ya karna gue musuh lo" ______________________... "Aku nggak mau kamu a...