29.PE🍁

305 19 2
                                    

Fakta hari ini

Sistem kabut semalam adalah sistem yang di pakai oleh kebanyakan siswa ketika ujian

SELAMAT MEMBACA
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|

Figo sudah berlari, menyusuri lorong-lorong yang ada di rumah sakit itu, namun dia belum juga menemukan Risa.

"Lo kemana sih, Ca?" gumam nya pelan.

"E eh, Sus, Sus" Figo menghentikan langkah seorang suster yang melintas di hadapan nya.

"Iya ada apa?"

"Saya mau tanya. Suster liat cewek gak, pakai seragam kayak saya, rambut nya panjang, tinggi nya kira-kira sebahu saya" jelas Figo sambil memperagakan tinggi badan Risa.

"Yang tadi nangis ya?" tanya suster itu memastikan.

"Nah iya. Liat nggak?"

"Tadi saya liat dia lari ke tangga sana. Kayak nya ke rooftop, Dek" jawab suster itu menunjuk arah tangga yang di lewati Risa.

"Oh oke. Makasih banyak, Sus." suster itu hanya mengangguk dan Figo langsung berlari menuju tangga itu, untuk menyusul Risa.

Sedangkan di atas sana, Risa sudah terduduk di sudut bangunan itu. Menangis kecewa atas kenyataan yang baru saja di dapatnya.

"Kenapa Papa tega bohongin aku.. hiks" isak nya sambil terus memeluk lutut nya.

"Kenapa baru sekarang kalian kasih tau aku? Kenapa kalian harus bohongin aku selama ini?"

"Ca.."

Risa mendongak saat mendengar suara seseorang yang sangat di kenal nya.

"Figo..." gumamnya dengan masih sesegukan.

"Go.. mereka tega bohongin aku.. hiks.." adunya pada Figo.

Figo langsung mengambil tempat di samping Risa dan memeluk nya.

"Papa bilang, apapun yang terjadi hiks.. apapun alasan nya, kita harus bicara dan nggak boleh rahasia-rahasia an. Tapi hiks.. tapi kenapa Papa nyimpan rahasia ini? Kenapa..?" isak Risa memukul pelan dada Figo.

Figo tidak keberatan. Yang dia lakukan hanya diam, mendengarkan semua isi hati Risa sambil terus mengelus lembut rambut Risa.

Risa sudah tidak bersuara lagi, hanya ada isak yang keluar dari mulut nya.

Figo melepas pelukan nya dan membawa Risa untuk duduk berhadapan dengan nya, lalu menghapus air mata Risa.

"Gue gak larang kok kalau lo mau nangis. Kalau nangis yang buat lo tenang, gue gak akan larang. Tapi sekarang, udah ya. Jangan nangis lagi, nangis gak akan bisa ngasih solusi buat masalah lo. Pikiran lo harus tenang dan jernih, supaya lo bisa nemuin solusi yang tepat" ucap Figo tersenyum pada Risa.

Risa masih sesegukan, hidung dan mata nya merah karna menangis.

"Gue udah kenal lama sama Bang Morgan, mau gue ceritain?" tanya Figo.

Risa tidak menjawab, dia hanya terus menatap Figo.

"Lo tau? Gue, Bang Juna sama Moza, kami bertiga adalah korban broken home. Papi gue jadi penyebab kematian Mami gue, dan dia sama sekali gak merasa bersalah, malah dia nikah lagi" ucap Figo memulai ceritanya.

"Waktu Papi bawa istri baru nya kerumah, malam itu juga gue, Bang Juna dan Moza pergi dari rumah. Lo nggak akan pernah nyangka, kalau orang kayak gue pernah hidup susah, hidup yang benar hidup dari nol. Disaat Bang Juna benar-benar stres, di situlah Bang Morgan datang. Ya bisa di bilang kalau Bang Morgan adalah penyelamat kami waktu itu" Figo menjeda ucapan nya.

"Dan lo tau? Bang Morgan itu juga anak broken home. Dia cerita, dia kehilangan adek nya, dua bulan setelah itu Mama dia meninggal bunuh diri, dan 2 tahun setelah nya Papa nya pergi sama perempuan lain. Dia bilang, dia pernah beberapa kali mencoba bunuh diri saking depresi nya"

Risa akhirnya mengeluarkan ekspresi nya. Dia sangat terkejut, sebegitu beratkah masalah Morgan? Dia tidak pernah membayangkan bagaimana dia di posisi Morgan dulu.

"Ca. Hidup punya cerita nya sendiri-sendiri. Tapi yang pasti itu, dalam hidup akan ada pahit, ada manis nya. Semua orang pasti punya masalah, dan mungkin lebih berat dari masalah lo. Jadi lo jangan pernah berfikir kalau hidup itu gak adil, jangan berfikir kalau semua nya jahat. Apa pun itu, pasti ada alasan dan hikmah nya tersendiri" ucap Figo memegang kedua bahu Risa.

Risa terdiam.

"Supaya bisa bangkit, kita harus jatuh dulu kan? Jadi lo jangan takut kalau lo lagi jatuh. Itu artinya Tuhan pengen liat, seberapa kuat lo untuk bangkit dan memulai semuanya lagi" lanjutnya tersenyum.

Risa kembali menitikkan air mata nya. Dia merasa sangat bodoh mengingat tadi dia sempat membentak papa nya.

Tanpa aba-aba, Risa langsung memeluk Figo yang tentunya di sambut hangat oleh Figo.

"Jangan sedih lagi ya. Jangan berpikiran negatif dulu. Tanya sama Papa lo, tanya sama mereka apa yang pengen lo tanyain. Setiap pertanyaan pasti ada jawaban nya" Figo kembali melepas pelukan nya.

"Ayo. Kita temuin mereka, mereka pasti khawatir sama lo sekarang. Mau ya?" tanya Figo menatap Risa.

Lama Risa terdiam, sampai kemudian dia mengangguk pelan menyetujui ajakan Figo membuat Figo tersenyum lega.

____________________________....

Di dalam ruangan pak Toni, Morgan tidak bisa diam. Dia berjalan kesana kemari menunggu kedatangan Risa dan Figo. Banyak sekali fikiran-fikiran negatif yang singgah di kepala nya. Namun yang mendominasi adalah, rasa khawatir nya. Bagaimana kalau Risa bertindak yang tidak-tidak?

"Figo lama banget sih. Dia bisa bawa Risa gak ya? Dia udah ketemu belum ya sama Risa?" gumam nya.

"Assalamualaikum" suara itu terdengar familiar di telinga orang-orang yang ada di dalam ruangan itu.

Disana, Figo dan Risa berdiri, dengan Risa yang menatap Morgan dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Waalaikumsalam" jawab orang-orang di dalam sana.

Morgan langsung berjalan ke arah Risa dan memeluk nya. Figo yang ada di sebelah Risa, hanya diam tak lagi menghalangi Morgan. Sedangkan Risa juga masih terdiam, tidak membalas juga tidak melepaskan pelukan Morgan.

"Ya Allah.. kamu bikin Kakak khawatir, Dek" ucap Morgan.

Risa memejamkan matanya saat Morgan memanggilnya dengan panggilan adek. Dia masih tidak menyangka kalau dia benar-benar punya seorang kakak.

Risa membuka matanya dan langsung bertubrukan dengan Papa nya. Terlihat pak Toni menatapnya dengan tersenyum, kemudian mengangguk pelan.

Perlahan tapi pasti, Risa mengangkat tangan nya dan melingkarkan nya di pinggang Morgan. Risa membalas pelukan Morgan.

Morgan yang merasakan itu sangat bahagia, dia terharu karna itu berarti Risa menerima nya. Morgan menitikkan air matanya. Impian yang selama ini dia mimpikan akhirnya terwujud. Memeluk adik nya, adik kesayangan nya.

"Kakak sayang sama kamu, Dek. Sumpah demi apa pun, kamu sangat berarti bagi Kakak. Jangan pergi lagi, Dek. Jangan tinggalin Kakak lagi. Jangan biarin Kakak sendiri lagi. Jangan. Kakak nggak mau sendirian lagi sayang" lirih Morgan dengan nada bergetar.

Risa dapat merasakan ketulusan dari ucapan Morgan. Dan dia juga dapat merasakan kenyamanan saat memeluk Morgan. Pantas saja, sejak pertama bertemu, dia dengan mudah akrab dengan Morgan.

"R-Risa juga sayang Ka-Kakak" ucap Risa pelan dan terbata-bata.

Hati Morgan menghangat mendengar itu. Mendengar adik nya memanggil nya dengan sebutan kakak. Mendengar kata sayang yang keluar dari mulut sang adik. Morgan bahagia, sangat bahagia.

______________________________....

Hola
Vote and comment please!
Follow
@rinianggraini_29

possessive enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang