39. Eyes, Nose, Lips

71 19 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



JADEN membawa Louis kembali ke Rumah Sakit menjelang waktu makan siang. Louis sebenarnya masih betah berada di Danau Magenta, namun Jaden tak mau membuat pihak rumah sakit atau ibunya mencari-carinya.

Jaden sekarang tengah menyuapi Louis makan siang.

"Berjanjilah, setelah ini dan seterusnya kamu harus menjaga kesehatan. Makan jangan sampai dilewatkan, tidak usah begadang lagi," Jaden memberi beberapa wejangan pada kekasihnya.

"Tapi aku kan harus bekerja—"

"Sayang, bisakah mau mencari pekerjaan lain? Aku mencemaskan kesehatanmu, kalau di club kamu tidak bisa istirahat dengan baik."

Louis hanya diam, sudah lama sebenarnya ia ingin berhenti dari pekerjaannya itu. Hanya saja belum menemukan pekerjaan pengganti.

"Bagaimana?" tanya Jaden sambil menyuapkan makanan ke mulut kekasihnya.

Louis mengangguk, "Aku memang sedang mencari pekerjaan lain, jangan cemaskan hal itu. Kamu di sana juga harus jaga diri baik-baik, jangan terlalu mengkhawatirkan aku. Aku akan baik-baik saja."

Selesai menyuapi Louis, Jaden mengeluarkan sebuah alat dari balik saku bajunya. Diserahkannya benda pipih itu ke dalam genggaman Louis.

"Apa ini?" tanya Louis.

"Ini alat komunikasi, dengan ini kita bisa tetap terhubung meski hanya lewat text," Jaden kemudian mengajari Louis cara menggunakan benda itu.

"Terimakasih." Mata Louis kembali berkaca-kaca mengingat bahwa sebentar lagi waktu mereka berpisah.

"Aku akan menunggumu..." bisik Louis sambil menggenggam alat itu.

Sepertinya perkataan Louis pagi tadi di danau hendak ia patahkan sendiri. Ia sudah memutuskan akan menunggu sampai kekasihnya datang lagi.

Jaden mengangguk, tangannya mengusak pelan kepala kekasihnya. Ia sangat senang mendengar hal itu. Meski ia sendiri ragu berapa lama lagi bisa kembali ke bumi. 

"Pandanglah ke langit timur kalau kau merindukanku, meskipun tak terlihat oleh penglihatanmu setidaknya kau bisa melihat bintang yang bisa menghibur malammu. Aku akan usahakan agar bisa segera kembali lagi ke sini."

Louis mendekap lagi kekasihnya dengan erat, pundaknya bergetar menandakan pemiliknya tengah terisak.

"Hey...sudah jangan menangis lagi, let me see your pretty face," lalu Jaden menarik pundak kekasihnya sehingga sekarang keduanya saling berhadapan.

"Aku ingin melihat senyummu. Aku akan melukiskannya dalam ingatanku, sehingga kalau aku merindukanmu aku akan me-recall ingatanku kembali."

"Kedua mata indahmu, hidung mancungmu, bibir manismu... akan selalu ada dalam ingatanku."

I'M NOT A MONSTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang