Dahyun memakan roti buatan ibunya dengan lahap. Padahal dia baru saja sarapan di rumahnya tapi sesampainya di sekolah, ia sudah kembali lapar. Saat makan siang pun, Dahyun tetap makan dengan lahap membuat orang dewasa yang melihatnya selalu merasa gemas melihatnya. Saat Dahyun makan, pipinya yang seputih tahu susu itu terlihat menggembung imut, membuat siapapun gemas ingin mencubit pipinya. Saat itu, Dahyun masih duduk di Junior High School tahun kedua.
Teman-teman sekelasnya pun sudah tidak aneh lagi saat melihat Dahyun yang selalu makan atau mengemil kapan pun dan dimana pun. Kejadian aneh justru terjadi ketika Dahyun tidak mau makan sama sekali, seperti hari. Untuk pertama kalinya ia tidak mau makan karena selau di ejek oleh tetangganya.
“Dub-ttungie! Ayo kita berangkat sekolah bersama!”
Dahyun menutup pintu rumahnya, dengan kesal ia berjalan ke arah lelaki itu sembari menghentak-hentakan kakinya sebal. “Ya Jungkookie! Jangan panggil aku Dub-ttungie! Panggil aku dubu! Aku tidak gendut!”
“Tidak mau! Wlee!” Dengan sialannya Jungkok malah menjulurkan lidahnya mengejek. Belum lagi bokongnya malah digoyang-goyangkan di depan wajah Dahyun, membuat gadis itu langsung menendang bokongnya keras.
“Auuhh ... kau menendangnya terlalu keras, ttungie!” Jungkook meringis sembari mengusap bokong semoknya.
“Mwo? Ttungie?!” Dahyun marah hingga wajahnya memerah menahan kesal, ia sudah melepas sebelah sepatunya untuk di lemparkan pada si lelaki sialan itu. Jungkook langsung berlari hingga akhirnya keduanya berakhir dengan berlari-larian di sepanjang jalanan komplek. Keduanya tidak jadi sekolah, malah seharian itu dihabiskan dengan bertengkar dan saling mengejek.
Walaupun sering bertengkar, namun keduanya dekat satu sama lain. Rumah mereka bersebelahan, dan kedua orang tua mereka juga dekat hingga sering mengunjungi acara bersama.
Sampai suatu hari, saat mereka akan masuk ke Senior High School, Jungkook akan pindah ke luar negeri karena tuntutan pekerjaan ayahnya. Dahyun sudah menangis sepanjang malam, bahkan Jungkook sampai menginap di rumah Dahyun karena gadis itu tidak ingin jika Jungkook sampai pergi tanpa pamit dulu padanya.
Dahyun masih menangis sesenggukan. Gadis itu berulang kali menyedot ingusnya sementara Jungkook tak berhenti mengomel, “Dasar cengeng. Sudahlah jangan menangis, aku pasti akan kembali.” Tangannya tak berhenti mengusap rambut Dahyun seraya mengelap air mata di wajah Dahyun.
“Ka-kapan kau akan kembali?” tanya Dahyun sembari mempoutkan bibirnya sedih.
“Aku tidak tahu, tapi aku pasti kembali.” Jungkook mengusap pipi Dahyun tapi sedetik kemudian, usapan itu berubah jadi cubitan gemas. “Aww! ... yak! Sakit!”
Jungkook malah tertawa, “Saat kita bertemu nanti, apa aku akan tetap melihat pipi chubby ini?” kekehnya sembari mengejek, membuat Dahyun mendengus. Ia mengusap-ngusap pipinya yang sudah memerah—entah karena cubitan Jungkook atau karena salah tingkah.
“Tidak akan! Mulai sekarang aku akan diet supaya tidak diejek Dub-ttungie lagi olehmu!”
“Benarkah? Memangnya kau bisa?” tanya Jungkook meremehkan.
“Yak!” Jungkook kembali tertawa saat melihat raut wajah kesal Dahyun. Pemberitahuan bahwa pesawat yang akan dinaiki Jungkook akan segera berangkat, membuat Dahyun kembali sedih. Jungkook mengusap rambut hitam legam Dahyun—yang mungkin akan dirindukannya itu dengan lembut. “Aku harus segera pergi, ttungie.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cookies vs Miss. Dubu ✔
Romance✨Cerita ini lolos dalam event #gmghuntingwriters2021 yang diadakan Grass Media Setelah belasan tahun tinggal di Jerman, Hwang Jungkook kembali ke negara asalnya, Korea Selatan. Pertemuannya dengan Shin Dahyun membawa kembali kenangan masa kecilnya y...