Play: still with you
"Masih sedih?" tanya Jungkook pada Dahyun yang masih memeluk kedua lututnya erat. Belum selesai soal flatnya yang terbakar, Dahyun kembali mendengar kabar buruk kalau kakeknya sakit. Setelah makan malam, Dahyun tidak banyak bicara. Gadis itu terus termenung hingga Jungkook bingung harus melakukan apa supaya senyum Dahyun kembali.
Lelaki itu meletakan secangkir cokelat panas di atas meja, lantas mendudukan diri di samping Dahyun. "Hey, kenapa diam terus? Mau aku cium lagi supaya kau mau bicara?"
"Yak! Dasar mesum!"
"Hehe, akhirnya kau bicara juga." Jungkook malah cengengesan sementara Dahyun sudah mendengus lelah. Jungkook berhasil membuat mood Dahyun yang tadinya hancur jadi semakin hancur. Walau rasa sedihnya sudah agak berkurang tapi tetap saja menyebalkan.
"Aku sedang ingin sendiri. Kau tidur saja sana," usir Dahyun. Tak tahu diri sekali, padahal ini apartemen Jungkook.
"Aku tidak akan tidur sebelum kau tidur. Kau pikir aku akan membiarkan gadisku bersedih seorang diri? Aku tidak se-brengsek itu."
Dahyun langsung menatap tajam Jungkook. "Gadisku?"
"Iya, kita pacaran, kan?"
"Hanya kontrak!"
"Apa bedanya? Bukankah dengan begini aku bisa membuatmu tergila-gila padaku dengan cepat?" Jungkook mengedipkan matanya genit, namun dibalas dengan dengusan lelah oleh Dahyun.
"Ck, menggelikan sekali sih. Apa kau juga suka merayu wanita di Jerman dengan gaya seperti itu?"
"Tidak, mereka yang menawarkan dirinya padaku." Jungkook lalu mendekatkan tubuhnya, lalu berbisik di telinga Dahyun. "Asal kau tahu saja, banyak wanita diluar sana yang menawarkan keperawanannya padaku."
"Yak!" Dahyun refleks memukul lengan Jungkook dengan keras namun Jungkook malah tertawa kencang.
"Hahaha kau pasti cemburu!"
"Tidak! Mana mungkin?"
"Lalu kenapa wajahmu terlihat kesal? lihat! Pipimu bahkan memerah!"
"Yak! Itu karena perkataanmu yang tidak disaring!"
"Masa sih kau tidak cemburu?" rayu Jungkook seraya menusuk-nusuk pipi chubby Dahyun dengan telunjuknya.
"Yak! Jangan menyentuhku!"
"Kenapa? aku suka melakukannya."
"Dasar mesum!"
"Memang."
"Jungkook sialan, berhenti menyentuh pipiku!"
"Baiklah, kalau cium boleh?"
Dahyun memalingkan wajahnya. "Dasar gila!"
"Aku juga mencintaimu, Sayang."
"Hwang Jungkook!"
Dahyun membeku. Saat menoleh, ia langsung mendapati wajah Jungkook yang berada tepat di depan wajahnya. Lelaki itu bahkan mengulas senyum hangat yang sangat tampan. Jungkook begitu menikmati saat melihat perubahan rona wajah Dahyun yang semakin memerah.
"Kenapa? kau pasti sedang terpesona padaku, ya?" celetuknya seraya menaik turunkan alisnya.
Dahyun langsung tersadar sepenuhnya. Ia mendorong tubuh Jungkook menjauh, lantas membenarkan atasannya yang sempat terkoyak. "Aku mengantuk, mau tidur."
"Okey, kau tidur di sini saja." Jungkook menepuk kedua pahanya, sebagai isyarat supaya Dahyun berbaring di sana.
Gadis itu memutar kedua bola matanya malas. "Aku sedang tidak ingin bercanda."
"Hehe, baiklah tapi kau harus berjanji satu hal padaku."
"Apa lagi?"
Jungkook tiba-tiba mengubah raut wajahnya menjadi serius, membuat Dahyun penasaran.
"Saat kau masuk ke kamar nanti, kau harus benar-benar langsung tidur, ya? Jangan menangis sendirian. Aku ada di kamar sebelah, jadi kau harus memanggilku kalau kau ingin menangis, oke?"
Dahyun terdiam, lagi-lagi Jungkook berhasil membuatnya bingung akan perubahan sikap yang ditunjukan padanya. Padahal baru saja lelaki ini bersikap mesum dan menyebalkan, tapi kini Jungkook malah bersikap sangat manis. Terkadang, Dahyun sama sekali tak bisa menebak jalan pikiran Jungkook dan ia benci itu.
Jungkook mengelus tangan Dahyun dengan lembut. "Aku sudah menghubungi pemilik flatmu, katanya kebakarannya tidak terlalu parah dan kakek pasti akan baik-baik saja, percayalah. Besok aku akan mengantarmu ke sana, jadi jangan sedih lagi, ya?"
"Kenapa kau melakukan ini padaku?" tanya Dahyun dengan mata memanas. Gadis itu benar-benar tidak terbiasa dengan perlakuan manis Jungkook yang tiba-tiba. "Padahal masih ada banyak wanita lain di luar sana yang menginginkanmu, tapi kenapa kau melakukan ini padaku yang sudah jelas menutup hatiku untukmu?"
"Bukankah ini bagian dari permainan yang kau buat? Aku harus membuatmu tergila-gila padaku. Alasan kenapa aku menginginkanmu? Karena hanya kau yang ku mau, sesederhana itu."
"Bagaimana jika gagal?"
"Aku akan mencoba lagi."
"Kalau gagal lagi?"
"Akan kucoba lagi, lagi dan lagi. Aku tidak akan menyerah, sampai kau benar-benar menjadi milikku."
"Benarkah? Aku sangat benci pembohong apalagi orang yang suka ingkar janji sepertimu," sinis Dahyun yang langsung membuat Jungkook tertohok.
Lelaki itu menghela napas, lantas menyugar rambutnya yang mulai memanjang itu ke belakang hingga menampilkan jidatnya. "Harus berapa kali kubilang kalau aku tak pernah menerima suratmu?" gumam Jungkook yang masih dapat didengar oleh Dahyun. Ia yakin betul kalau maksud dari sindiran Dahyun tadi adalah perihal surat dan janjinya yang akan tetap menghubungi dan saling memberi kabar ketika ia di Jerman dulu.
"Beri aku buktinya, kalau kau benar-benar tidak pernah menerima surat dariku. Maka aku akan percaya."
"Baiklah, beri aku waktu untuk segara menunjukannya padamu."
"Okey, aku akan menunggu."
Dahyun bangkit berdiri lantas menunjuk pintu yang ada di samping pintu kamar Jungkook. "Kamar tamu yang itu, kan? Aku akan tidur sekarang, sudah mengantuk," ujarnya.
Jungkook hanya mengangguk, membiarkan gadis itu melenggang pergi dan masuk ke dalam kamar tamu yang baru saja ia bersihkan. Lelaki itu membaringkan tubuhnya pada sandaran sofa lantas menghela napas panjang seraya menutup matanya dengan lengan berototnya.
Memikirkan surat itu membuatnya kembali teringat pada Eun Woo. Kalau perkiraannya tidak salah, lelaki itu pasti tahu sesuatu mengenai surat itu. Dan ia tidak akan tingal diam jika saja benar, kalau surat itu sengaja di sembunyikan oleh Eun Woo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cookies vs Miss. Dubu ✔
Romansa✨Cerita ini lolos dalam event #gmghuntingwriters2021 yang diadakan Grass Media Setelah belasan tahun tinggal di Jerman, Hwang Jungkook kembali ke negara asalnya, Korea Selatan. Pertemuannya dengan Shin Dahyun membawa kembali kenangan masa kecilnya y...