Play: Nothing Like Us -
Jungkook“Kookie, aku ingin tid—HATCHI!”
Sudah sejak tadi, Dahyun terus bersin dengan tubuhnya yang meriang. Mungkin karena terlalu lama berada di air hingga menggigil, ia jadi terserang flu. Dengan hidung memerah dan bibir agak pucat, gadis itu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut hingga leher.
“Tidurlah, aku akan berada di sini sampai kau tidur,” ujar Jungkook lirih, membuat Dahyun menghela napas.
“Sungguh? Kau tidak berniat di sini sampai pagi, kan? Matamu juga sudah memerah, sebaiknya kau juga segera tidur.”
“Baiklah.” Jungkook segera bangkit dari duduknya dan berjalan ke sisi ranjang. Namun bukannya ke luar, ia malah naik ke atas ranjang, lalu memeluk Dahyun dari belakang tanpa menyingkirkan selimut yang masih menutupi tubuh Dahyun, membuat gadis itu membeku.
“Y-ya, maksudku bukan tidur di sini tapi—“
“Mianhe.”
“M-mwo?”
“Mianhe. Untuk semuanya.”
Dahyun kembali terdiam. Walaupun tak bertanya, ia pasti tahu kalau hal yang Jungkook maksud adalah perihal kejadian tadi. Sementara Jungkook semakin mengeratkan pelukannya, dan menenggelamkan wajahnya di selimut. “Ini akhir pekan pertama kita sebagai pasangan. Seharusnya kita pergi berkencan, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Aku merasa sangat bersalah.”
“Mwo? Hah ... kupikir kau mau membahas apa. Aku tak apa, lagi pula aku tidak terlalu suka kencan di luar. Terlalu berisik, apalagi kalau berjalan bersamamu.”
Dahyun tentu ingat saat ia berjalan-jalan dengan Jungkook ke taman hiburan beberapa pekan yang lalu, karena ia jadi bahan pembicaraan wanita yang mengagumi sosok Jungkook. Saat itu, ia merasa sangat kecil dan begitu tak pantas untuk bersanding di sisi Jungkook yang begitu di puja. Walau sekarag ia sudah tak terlalu memikirkan hal itu, tapi tetap saja, ia paling tidak suka menjadi pusat perhatian.
“Oh, jadi kau lebih suka kencan berdua di apartemen seperti ini?”
Dahyun mengangguk, “Kecuali saat Lisa datang.”
Mendengar nama Lisa, membuat Jungkook kembali memikirkan kejadian saat di kamar mandi. Sampai sekarang, ia masih penasaran dengan apa yang mereka berdua bahas, tapi rasanya tidak tepat kalau ia menanyakannya sekarang. “Mau kunyanyikan sebuah lagu?” tanya Jungkook kemudian membuat dahi Dahyun mengernyit heran.
“Lagu? Memangnya kau bisa menyanyi?”
“Tentu saja bisa.”
Dahyun kemudian berbalik jadi menghadap ke arah Jungkook. Dengan memakai selimutnya ia menutupi bagian wajahnya sampai hidung, menyisakan matanya yang mengerjap antusias. “Benarkah?”
“Iya, mau dengar?”
Dahyun kembali mengangguk, membuat Jungkook tersenyum simpul. Lelaki itu sempat memejam sesaat sebelum mulai menyanyikan reff lagunya.
“There’s nothing like us. There’s nothing like you and me. Together through the storm.”
Gadis itu terpaku saat mendengar suara Jungkook yang mengalun dengan indahnya. Ia tak menyangka, kalau lelakinya ini memiliki suara yang sangat bagus. Apalagi Jungkook menyanyikannya sembari memandangnya dalam, dan dengan jarak sedekat ini, perempuan mana yang tidak akan meleleh.
Jungkook terus menyanyikan lagunya dengan tenang. Tangannya bahkan tak sekali menyelipkan rambut Dahyun yang menghalangi wajahnya ke belakang telinga atau sekadar mengusapnya perlahan. Walaupun tak persis, tapi liriknya seolah menggambarkan hubungan mereka. Karena sejatinya, sekuat apapun mereka mencoba untuk bertahan, akan selalu ada yang menghalangi atau justru mencoba menghancurkannya.
Baik Dahyun maupun Jungkook sama-sama meyakinkan dalam hati untuk selalu saling percaya. Walaupun tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, setidaknya mereka harus bisa memanfaatkan waktu yang masih tersisa sebaik mungkin.
“There’s nothing like us. There’s nothing like you and me. Together, oh.”
Di lirik terakhir, Jungkook mendekatkan wajahnya lalu mengecup kening Dahyun lama saat lagunya telah usai. “Gumawo. Jinjja gumawo,” lirihnya pelan, nyaris tak terdengar.
Dahyun hendak menyela tapi Jungkook kembali mendekap tubuhnya erat. Jungkook menarik napasnya panjang, lalu mencium rambut Dahyun dalam dan berbisik. “Terima kasih karena kau sudah berjuang sejauh ini dan masih mau menerimaku. Aku yakin, kau telah melewati waktu yang sangat berat itu sendirian jadi terima kasih, sudah menjadi Dahyun yang kuat.”
Lagi-lagi, Dahyun kembali terdiam mendengar perkataan Jungkook. Rasanya, seperti ada yang mensyukuri perjuangannya yang selama ini berjuang untuk ke luar dari dalam jurang rasa bersalah. “Ju-jungkook-ah—“
“Kau bukan seorang pembunuh. Walau aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku yakin kalau kau bukanlah orang yang akan melakukan hal keji itu.”
Air mata Dahyun tanpa sadar menetes. “J-Jungkook-ah—“
“Ssstt—sudahlah, kita akhiri malam yang menyesakkan ini. Aku tak akan memintamu untuk menceritakan semuanya, karena aku tahu itu pasti sulit, tapi aku akan berusaha mengerti jadi ... kau jangan terlau memikikan hal itu. Aku sama sekali tak peduli dengan masa lalumu, yang terpenting untukku sekarang adalah kau dan kebahagiaanmu adalah segalanya untukku.” Jungkook menjauhkan tubuhnya untuk melihat wajah Dahyun yang kembali banjir air mata.
“Terima kasih. Terimakasih sudah mau memahamiku.”
Jungkook tersenyum dan kembali memeluk Dahyun erat. “Sekarang tidurlah. Aku akan terus di sini sampai kau tidur.”
Dahyun mengulas senyum dan semakin menenggelamkan wajahnya di dada Jungkook. Ia sempat khawatir kalau Jungkook akan menanyai banyak hal malam ini, tapi ia jadi tenang saat mendengar penuturan Jungkook tadi. Walau begitu, sekarang ia jadi takut dan tidak ingin kalau Jungkook mengetahui hal yang sebenarnya.
Translate:
Mianhe = Maaf
Mwo = Apa
Ya = Hey
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cookies vs Miss. Dubu ✔
Romans✨Cerita ini lolos dalam event #gmghuntingwriters2021 yang diadakan Grass Media Setelah belasan tahun tinggal di Jerman, Hwang Jungkook kembali ke negara asalnya, Korea Selatan. Pertemuannya dengan Shin Dahyun membawa kembali kenangan masa kecilnya y...