Tangannya meraih tanganku dan mereka saling mengunci saat kita mencium dengan ragu-ragu, dengan penuh semangat dan kemudian, dengan lembut. Bibirnya menekan bibirku dengan gairah, cinta, dan kasih sayang. Ketika tangan hangatnya berkeliaran di sekujur tubuh telanjang ku, sentuhan itu masih meninggalkan jejak percikan di bagian terdalam ku. "Kamu sangat cantik." dia berbisik jadi aku merasakan nafasnya yang hangat di telingaku. Aku mengerutkan hidungku sebagai protes.
"Diam dan cium aku." Aku balas berbisik. Bibirnya dengan lembut menyapu bibirku dan aku mencium aroma nafasnya saat tubuh telanjang kami bersatu di atas karpet perpustakaan. Dia perlahan memijat payudaraku saat kami berciuman, membuatku melengkungkan punggungku dan mengerang pelan ke mulutnya. Aku memutar kepalaku ke samping, dadaku naik dan turun secara dramatis di bawah pengaruhnya. Dia tersenyum sa,mbil mencium ku saat jari-jariku menjambak rambutnya dan tanganku yang lain menggaruk punggungnya. "Atlanta, aku mencintaimu..." bisik ku.
"Aura bangun!" suara papa dan ketukan pintu membuatku terkejut dan terbangun. Hari ini adalah hari minggu dan aku harap aku tidak terlambat untuk pergi ke gereja. Papa membuka pintu kamar dan melihat ku yang masih berusaha untuk tidak melupakan mimpi indah ku "semenjak kamu pulang dari acara camping di sekolah, kamu selalu terlihat kelelahan, Aura. Apa yang kalian lakukan di sana?"
Aku ingin berkata jujur pada nya, tapi aku yakin dia tidak akan menyukai nya. "hanya mengobrol dan... Bergulat?" jawab ku dengan payah nya dalam berbohong.
"bergulat? anak anak jaman sekarang masih melakukan itu?" aku hanya mengangguk, berharap papa dapat menghentikan interogasi nya. "okay... Mandi sana, kamu keringatan." papa menutup pintu, mengizinkan ku untuk bernafas lega lagi. Aku tidak tahu sudah berapa kali dalam dua bulan ini aku harus berbohong pada nya. Semenjak aku bersekolah di sana, aku semakin banyak melakukan hal hal yang tak semesti nya.
Aku melihat kondisi kasur di bawah ku yang telah tertempelkan keringat ku. Aku rasa ini adalah mimpi basah pertama. Semenjak aku meninggalkan sekolah sabtu pagi kemarin, Atlanta selalu berada di kepala ku. Sentuhan nya seakan masih terjejak di tubuh ku, dan bagaimana rasa tubuh nya di bibir ku... Semua perasaan itu menarik dan mengajak ku untuk kembali pada nya. Membuat ku benci saat saat dimana aku jauh dari nya. Seakan tubuh ku kini memiliki tuan lain nya. Yang jauh lebih kuat dari ku, dan yang lebih tubuh ini ingin kan.
-
Sesampai di gereja, aku melihat Gwen yang sedang melakukan muka aneh nya untuk membuat bayi di hadapan nya tertawa. Tetapi sayang nya, bukannya tertawa, bayi itu malah menangis ketakutan.
"kamu punya misi memberikan trauma pada anak itu?" tanya ku di saat ibu dari anak itu pergi menjauh kan anak nya dari Gwen
"I'm sorry!" Gwen meminta maaf pada ibu tersebut sebelum dia melihat kearah ku "aku mau punya bayi..." gumam nya sambil cemberut "andai saja Becky punya sperma"
"maka kalian akan menjadi orang tua yang-"
"yang luar biasa." selak nya membuat ku tersenyum
"aku setuju."
Tatapan Gwen teralihkan pada sesuatu di belakang ku, kearah parkiran. "bukan kah itu anak IPA?"
Aku melihat kebelakang dan tersenyum di saat aku melihat Amelia berjalan menuntun nenek nya. Nenek nya adalah salah satu pelayan yang sangat aktif di gereja ini, tapi semenjak Amelia pindah rumah, pemandangan di hadapan ku menjadi sesuatu yang hampir tidak pernah terjadi.
"Amelia..." Sapa ku, membuat mereka berhenti berjalan "dan grandma Judy, selamat pagi."
Grandma Judy tersenyum "Aura, kamu masih ingat cucu saya?"
"kita satu sekolah nek..." jelas Amelia pada nya lalu tersenyum pada ku "pagi Aura..." mereka berjalan masuk ke dalam gereja
"pagi juga Amelia!" Gwen protes karena diri nya tidak mendapatkan sapaan "gak sopan sekali dia"