🍭 Lolipop || Sembilan

10.6K 1K 17
                                    

Hay.

Jangan lupa vote oke. Wkwkw
komen juga ga papa

 🍫🍫🍫

     Hari ini Araa tak berhenti tersenyum, pasalnya ini lah yang ia tunggu tunggu, Bertemu dengan Devan.

    Devan telah berjanji akan mengajarkannya bermain Sepeda, Selepas pulang sekolah.

Helem keselamatan? Chek.
Sepeda Roda tiga? Chek.
Alat pelindung, Siku, Lutut? Chek.

     Araa sudah siap untuk bermain sepeda!!

     "Depan, Peganggin ya, Awas loh kalau Depan lepasin!" Ancam Araa.

     "Ga bakalan Aku lepas"

     "Tapi gak janji" Kekeh Devan.

      "Ha? Depan ngomong apa?!" Teriak Araa, dengan matany sudah terpokuskan ke jalanan yang ada didepannya.

       "Siap ya, Ra!!"

        "Alaa siap!"

        "Itungan ke tiga, Kamu Kayuh, ngerti?" Ajar Devan, dibalas oleh Araa anggukan Mantap.

      "Satu....."

      "Dua....."

      "Tiga!! Kayuh!" Teriak Devan.

   Dengan sekuat tenaga Araa mengayuhnya, Faran yang baru saja pulang dari Sekolahnya, Menghampiri kedua bocil tersebut.

     "Yey!!! ALAA BISAA MAIN SEPEDA!!!" teriak girang Araa.

      "Dev, Ngapain?" tanya Faran.

      "Main sepeda"

      "Tumben Araa main sepeda?"

       "Belajar katanya"

Faran, mengangguk mengerti.

       "Kek gak asing tu sepeda" Faran memicingkan matanya, melihat lekat sepeda yang digunakan araa.

       "Loh?! Kok sepeda kakak keluar?" Tanya Faran, ya itu sepeda dirinya. Wow! terakhir kali ia mengeluarkan sepeda itu ketika ia Masih Polos, Kek upin ipin.

      "Mantull!!! Sepeda gue masih glowing, gilak!! Udah berapa tahun tu gak dipakai" Teriak Faran tak percaya. Menutup mulutnya.

      "Alay! Sepeda tua juga" cibir Devan, malas melihat kelakuan kakaknya itu.

      "Woi! Gitu gitu, dia duluan idup dari pada lo"

      "Sejak kapan Benda mati bisa hidup" Devan menaikkan ujung bibirnya, tersenyum remeh.

     Wah! Makin hari makin tajam aja tu mulut Devan. Membuat Faran keliru, Devan adeknya sih bukan?

    "Dev"

    "Apa?"

     "Masih kecil, gak usah sok gitu. Jatuhnya Gemes, pen tampol" geram faran mengetok kepala adeknya itu dengan jari besarnya.

     "Kak"

      "Apa?"

      "Udah besar, kok pencicilan. Malu sama umur" kemudian Devan meninggalkan Faran yang masih terdiam. Tak bisa berkata apa apa.

🍭🍭🍭

     "Depan bohong!"

     "'Kan tadi Alaa bilang, jangan lepasin, kok Depan Depasin sih" Araa merajuk kepada Devan.

      "Kan lihat, kamu gak jatuh"

      Araa tersenyum merekah, iya juga ya. Jadi ceritanya sekarang dirinya sudah bisa bermain sepeda.

      "Alaa udah pandai dong main sepeda"

       "Alaa minta Papa beliin sepeda ah" araa berlari menuju rumahnya meninggalkan Devan dengan Sepeda itu.

       "Kalau sepeda Roda tiga, siapa yang gak bisa mainin Coba" Gumam Devan.

       "Depan!!! Ma'acih loh yaa" Teriak Araa melambaikan tangannya.

  Devan tersenyum, mengangguk sambil mengiringi sepeda kecil tua, yang ia sebut itu.

    Devan tau Araa itu manis, meskipun ia masih kelas 4 Devan sangat tau bahwa Araa itu gak semenjengkelkan yang ia bilang.

Ara Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang