"Peluk aku walaupun itu sebentar, tapi aku kangen akan hal ini."
~~
Bel masuk telah berdering, semua siswa dan siswi buru-buru masuk ke dalam kelas masing-masing. Di kelas XII MIA 1, mata pelajarannya hari ini adalah Matematika.
"Assalamu'alaikum," Pak Herry mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam Pak," jawab murid di kelas dengan serentak.
"Sekarang buka bukunya halaman 67." perintah guru Matematika, Herry. Pak Herry terkenal sebagai guru yang ter santai dan asik. Tapi kalau lagi serius, beliau tidak bisa diajak bercanda.
"Jadi, ini rumus untuk barisan dan deret tersebut," Pak Herry menulis rumus-rumus di papan tulis.
Sebagian ada yang mendengarkan penjelasan dari Pak Herry, ada yang tidur di jam pelajarannya, dan ada yang mendengarkan lagu di bangku bagian belakang.
"Lo ngerti yang di jelasin Pak Herry?" tanya Fany pada Rain.
"Ngerti sih ngerti, tapi masuk telinga kanan keluar telinga kiri hehe."
"Aelah, dasar lo."
Dua jam telah berlalu pelajaran Matematika, setelah ini pelajaran Fisika. Bu Yani, guru Fisika yang terkenal dengan agak judesnya, kalau ngomong suka ceplas-ceplos, tapi sebenarnya beliau berbaik hati.
"Kita hari ini ulangan harian ya, baca buku kalian. Ibu kasih waktu selama 15 menit." perintah Bu Yani.
"Jangan hari ini kenapa ulangannya bu,"
"Suka kali ibu mendadak bilangnya."
"Udah-udah kalian nggak usah protes," kata Bu Yani.
"Aduhh, apasih Fan." ujar Chintya pada Fany yang memanggil namanya daritadi.
"Kasih tau gue ya nanti."
"Lihat nanti."
Bu Yani mendiktekan soal ulangannya yang terdiri dari lima soal tersebut. Gampang sebenarnya, gampang soalnya daripada jawabnya.
Suasana kelas menjadi senyap, sebagian murid mengerjakan dan sebagiannya pasrah, angkat bendera putih.
Samudra lagi mencoba mengerjakan soalnya, apasih yang nggak sama Samudra? Udah ganteng, Pinter lagi, pasti dia bisa menjawab soal ulangannya.
Sedangkan Chintya, gadis itu berapa kali mencari caranya, awalnya nggak dapat tapi ujung-ujungnya hasilnya dapat.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, Samudra mengumpulkan jawabannya ke depan. Tidak usah heran dengan Samudra. Selanjutnya, disusul oleh Chintya, pengumpul jawaban yang kedua.
Gercep juga tuh cewek, batin Samudra.
"Ssst Sam, nomor 4 apa jawabannya?" bisik Raffa.
Samudra langsung mengalihkan sele-selenya pada Raffa.
"Thank's bro,"
Bu Yuni melirik kearah jam tangannya."waktunya tinggal lima menit lagi, siap tidak siap dikumpulkan."
"Sebentar bu,"
"Dikittt lagii bu."
"Tyaa, bantuin gue tinggal satu nomor lagi nih." kata Rain.
"Nah," Chintya mengasihkan kertas yang isi di dalamnya ada jawaban.
"Waktunya udah habis, silahkan kumpulkan kertas jawaban kalian semuanya." ujar Bu Yuni.
"Oke Terima kasih, saya harap nilai kalian ada yang bagus."
🐣
Chintya berjalan memasuki ruang UKS. Untung aja nggak ada yang jaga piket, jadi dengan leluasa Chintya langsung masuk. Chintya membaringkan badannya di ranjang UKS itu, saat ini Chintya sedang tidak enak badan makanya ia cabut ke UKS. Memejamkan matanya perlahan, Lama-lama dirinya tertidur.
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik
BRAKK
Chintya spontan kaget dan terbangun dari tidurnya. Ia mendongak ke arah pintu kaca yang udah retak. Matanya terbelalak melihat cowok yang udah terduduk dengan lemas di depan pintu itu.
"Lo kenapa? Kok bisa bonyok kayak gini lo?" tanya Chintya heran.
"Sini biar gue obatin lo," Chintya mengalungkan lengan kirinya di pundak kiri cowok itu.
Dengan gerakan cepat, Chintya mengambil kapas dan revanol dari dalam lemari. Chintya hendak menempelkan kapas yang udah diberi revanol ke luka lebam di wajah Samudra. Tiba-tiba aja Samudra menahan dan menarik Chintya ke dalam pelukannya.
"Sam?" sapa Chintya.
Samudra melepaskan pelukannya.
"Sorry, kalau gue peluk lo. Itu cuman karena gue kangen aja." ujar Samudra dengan wajah datarnya.
"Modus lo," jawab Chintya.
"Itu wajah lo kenapa sampai bonyok gitu?" tanya Chintya pada Samudra.
"Mantan gue masih khawatir ternyata,"
"Yaudah kalau gitu gue keluar," ujar Chintya.
Samudra menahan dan menarik langsung dalam pelukan. Tidak begitu lama, Chintya mendorong Badan Samudra dengan kasar.
"Gilaa lo ya."
"Lo kenapa bisa di UKS?" tanya Samudra pada Chintya.
"Istirahat."
"Lo sakit?"
"Hm,"
"Ternyata bisa sakit juga lo ya, terharu gue." kata Samudra.
Chintya melirik Samudra dengan tajam.
"Obatin luka gue, cepatt." perintah Samudra sambil memajukan wajahnya.
"Ogah, obatin aja luka lo sendiri sana." Chintya melemparkan kapas dan revanol pada Samudra.
"Cepatt obatin gue."
"Bawel yah lo jadi cowok." jawab Chintya pasrah.
Chintya mengambil kapas dan menuangkan revanol ke kapasnya. Dan menempelkan kapas itu ke luka lebam di wajah Samudra.
"Awwh," ringis Samudra.
"Tahan dikit."
"Sakit anjir,"
"Diem, dikit lagi nih."
Samudra diam-diam menatap mata Chintya yang sangat indah.
Matanya yang sangat indah, astagfirullah sam. Istighfar lo, batin Samudra.
Tanpa disadari Chintya merasa Samudra tengah menatap dirinya. Cewek itu merasa deg-degan di dalam hatinya.
"Udah nggak usah ditatap gitu, gue tau gue cantik." ujar Chintya dengan kepedean.
"Ge-er kalau gue lihatin lo, itu di mata lo ada kotoran matanya."
"Mana ada,"
"Ada."
"Nggak,"
🐣
Hollaa gaess!!
Udah lama ya aku nggak update-update hehe, maaf yak beberapa hari ini lagi ngedrop fisik aku, jadi belum sempat update hehe.
Jangan lupa vomment yaw!! Wkwk
Salam hangat author❤
KAMU SEDANG MEMBACA
CHINTYA & SAMUDRA [ TAMAT ]
Genç KurguBertemu dengan orang yang dulunya pernah mengisi hati kalian dulu atau bisa disebut dengan mantan? Apalagi sikapnya yang sangat flat dan sok cool. Mereka berada dalam satu sekolah tepat di Bandung. Awalnya, Samudra pergi dengan alasan yang klasik d...