"Will you save me, if I didn't need a help
And will you hold me, until I feel the warmth"Renji sedang asik memainkan gitarnya. Bersenandung, sesekali ikut bernyanyi. Menyanyikan sepenggal lirik, lalu terdiam lagi, hanya memainkan gitar.
Rei tidak terlalu mendengarkan. Ia sedang fokus pada layar komputernya. Bukan karena Rei sedang membuat novel, ia sedang membaca semua e-mail yang masuk.
Akhir-akhir ini Rei lebih disibukan dengan e-mail dibanding dengan penggarapan novelnya. Entah dari mana awal masalahnya, namun kali ini ia benar-benar kesal dengan penerbit novelnya.
“Hunny?” Renji berhenti memainkan gitarnya begitu mendengar Rei membanting mouse ke dinding. Suaranya tentu saja membuat Renji tersentak kaget.
“Aku tidak mengerti lagi!” Suara Rei meninggi hampir berteriak. “Katanya aku tidak mengirimkan hasil penjualan novelku selama sebulan ini. Aku sama sekali tidak mengetahui hal itu, bukan aku yang mengurusnya! Aku hanya menulis!” dan benar-benar berteriak.
Renji terdiam. Ia mendengar Rei yang sudah benar-benar kesal. Rei berjalan mondar-mandir sambil terus bicara, mearacau, mengomel ini-itu. Renji memperhatikan lekat-lekat, ia ingin berbuat sesuatu, namun tidak tau harus apa.
“Sekarang percuma aku marah-marah pada orang penerbit!”
“Kau marah-marah seperti ini juga kupikir itu percuma saja.” benak Renji.
“Haaah!” Rei kian kesal. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti, menoleh, menatap tajam Renji yang hanya duduk memeluk gitar. “Ngomong-ngomong, kenapa kau di ruang kerjaku?”
“Aku sudah di sini sejak tadi.”
Rei menatap lekat. Keningnya yang berkerut mulai dikendurkan. Lalu menghela napas. Tersadar akan dirinya sesaat tadi. Tidak habis pikir ia bisa sekesal itu sampai merusak mouse komputer, bahkan lebih parahnya, Renji ada di sana, melihat dirinya.
“Maaf.”
“U-um..” Renji mengangguk, matanya tidak terlepas dari Rei, sedang memunguti kepingan mouse yang entah pecah hingga berapa kepingan. Matenya yang selama ini ya kenal lembut dam kalem, ketika marah jadi lebih mengerikan.
“Hunny..”
“Hm?” Rei sama sekali tidak menoleh, ia terus berjongkok memunguti hasil kekesalannya. Rei menunggu, namun Renji tidak mengatakan apapun lagi. “Renji.” Kalimatnya tertahan, seraya menyeka rambutnya saat ia menoleh, “Kita makan di luar saja yuk.”
Saat itu, matahari musim panas yang cerah turut masuk, menyertai senyum lebar Renji. Seperti anjing yang sudah lama tidak menemui tuannya, Renji adalah orang yang paling bahagia ketika Rei sudah memutuskan untuk pergi berdua. Ya. Hanya ia dan Rei.
✿ ✿ ✿
“Biar aku yang membawa mobilnya.” Renji cepat-cepat merebut kunci mobil, sebelum Rei sempat mengambilnya. Ia menyeringai, membuat Rei hanya bisa menatapnya tanpa ekspresi apapun. “Aku menang.” Seringainya kian lebar.
Rei hanya menghela napas seraya menggelengkan kepala. Renji suka dengan wajah pasrah Rei. Bagi Renji, entah sejak kapan, Rei adalah satu-satunya Omega yang selalu bisa membuatnya tersenyum.
“Baiklah, baiklah.”
“Aku suamimu, Hun, aku matemu. Sesekali bermanjalah padaku.”
“Memang aku tidak melakukannya?”
“Hmm?” Renji memutar matanya, berpikir sejanak. Bertanya pada dirinya. “Tidak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Contradiction (Omegaverse) [COMPLETE]
FantasyRenji dan Rei adalah pasangan Alpha dan Omega yang sudah menikah. Tapi pernikahan mereka tidak didasari oleh perasaan saling suka. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ cerita 𝐎𝐦𝐞𝐠𝐚𝐯𝐞𝐫𝐬𝐞, 𝐁𝐋 𝐌𝐏𝐫𝐞𝐠 smut. 𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚 𝟮𝟭+, menga...