48. Father's Heart

4.7K 557 66
                                    

Suara seorang perempuan berbahasa Inggris terdengar di penjuru ruangan. Ramai orang berlalu-lalang. Suara dengung mesin terdengar samar-samar. Layar monitor yang menggantung menampilkan nama-nama negara serta jam. Bandara adalah satu-satunya tempat yang tidak pernah sepi. Dan disana lah Renji, menunggu jam keberangkatannya.

Kepalanya menunduk, matanya terpejam sesaat, lalu kembali memandang layar ponselnya. Menampilkan foto hitam putih, sebuah foto ultrasonography. Pikirannya mulai melambung ke belakang. Mengingat jelas-jelas semuanya.

“Aku juga melakukan hal yang sama waktu itu.”

Renji menoleh, “Ah. Ya.” Lalu sedikit tersenyum. “Aku baru menemukannya lagi.”

“Aku ingat kau memajangnya di dashboard mobilmu.”

“Yaa, tapi Rei selalu minta aku menyimpannya kembali. Saat aku menolak, ia yang melakukannya.”

“Jika sudah sampai nanti, tolong sampaikan salamku padanya. Juga pada Hana, mungkin Yuu akan senang jika bertemu Hana.”

“Hana tidak suka bermain boneka Barbie seperti Yuu-chan. Ia jadi agak tomboy.”

“Mungkin seperti ibunya.”

Renji terkekeh, diikuti dengan Kenzo. “Ia benar-benar sebuah copy dari Rei.”

“Ren-”

“Terima kasih sudah membuat orang-orang mengerti soal keluarga waktu itu. Aku merasa agak tenang karena ada yang bisa menjelaskan apa yang tidak bisa aku jelaskan. Meski kau mengatakan tidak sedang membelaku, tapi hal itu benar-benar seperti menyelamatkanku. Karena jika tidak, mungkin sampai saat ini, Shun masih membenciku.”

“Aku sudah mengenalmu sejak SMA, aku sama sekali tidak berguna jika aku tidak bisa mengerti dirimu. Maaf karena waktu itu aku sempat kesal, marah dan yaa memukulmu. Aku benar-benar menyesal untuk itu.”

“Aku tau kau ingin menyadarkan ku. Aku sendiri yang membuatmu kesal.”

“Bagaimana pun, kau tetap sahabat terbaikku.”

“Terima kasih.”

“Tetaplah menjadi Renji.” Kenzo kian erat mendekap Renji. “Jadilah ayah yang baik.”

“Terima kasih. Terima kasih, Ken.”

Kalimat itu, jadi kalimat terakhir Renji untuk Kenzo sebelum ia benar-benar pergi kembali ke negaranya, kembali pada keluarganya.

Sepanjang jalan, ingatannya kembali melambung pada masa lalu. Saat hari pernikahannya dengan Rei, saat kebersamaannya dengan Rei, saat Renji tau akhirnya ia akan memiliki anak, saat pertama kali Renji melihat Hana, sampai terakhir saat ia berpisah dengan Hana.

Teriakan Hana waktu itu masih jelas di ingatan Renji, begitu juga wajah menangis Hana. Baginya, dan kenyataannya, ia sudah menjadi ayah yang tidak baik. Renji ingin menebusnya, Renji ingin meminta kembali menjadi ayah Hana. Dan kali ini, Renji tidak ingin gagal lagi. Kali ini, Renji tidak ingin goyah meski Rei memaksanya lagi.

"Yah?"

"Oh? Ren? Tumben menelponku jam segini? Ada apa?"

"Akan kembali."

"Ya?"

"Aku ingin kembali menminta Rei dan Hana milikku lagi. Aku tidak ingin gagal lagi. Doakan aku."

Ayahnya di sebrang diam sesaat, pun yang ia dengar hanya hembusan napasnya yang berat. "Ren.." panggilnya, kerongkongannya sudah sangat sakit. Bayangan anaknya yang menangis waktu itu tergambar jelas di ingatan. "Ren.. jalan apapun yang kau ambil, aku menudukungmu. Aku ayahmu, aku selalu mendoakanmu, yang terbaik untukmu. Jika nanti... harapanmu tidak terwujud, kembali lah padaku. Aku menunggumu... Orangtua ini bisa jadi rumah, tempat kau kembaki.

"Hm."

"Pun Hana-chan."

Kini Renji yang diam, tangannya mengepal erat.

"Hana-chan masih putrimu meski kau tidak bisa bersama Rei-chan."

"Aku tau.." suara Renji melemah. "Terima kasih, Yah."

"Ibumu akan selalu bangga denganmu."

"Terima kasih..."

Semuanya sudah kesakitan selama ini, pertentangan yang ada ingin segera disudahi.

Renji sudah terlalu bodoh untuk dibilang orang bodoh karena melakulan kesalahan yang sama. Ia tidak ingin kesakitan lagi, sudah cukup selama ini. Begitu pula dengan Rei dan Hana, Renji tidak ingin mereka juga lebih sakit dari ini.

Hari semakin malam. Langkah kakinya semakin cepat.

Begitu mendarat tadi, Renji langsung menuju rumah Rei dengan taksi dari bandara, namun ternyata rumah masih gelap, Rei dan Hana belum kembali ke rumah. Ia sudah mencoba menelpon Rei, namun tidak bisa tersambung. Akhirnya Renji memutuskan untuk ke toko bunga milik Rei.

Langkah kakinya berganti menjadi lari, Renji ingin cepat sampai meski hari semakin malam dan udara musim dingin semakin menusuk tulangnya.

“Maaf, kau tidak bisa masuk. Kami sudah tutup. Mohon datang lagi besok”

Renji tidak ingin gagal lagi.

"Kau tidak boleh masuk-"

“Rei.”

“Renji?”





tanggal publish: 8 Juni 2020

Contradiction (Omegaverse) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang