Matahari kian semangat menyinari. Pohon rindang di belakang rumah menghalangi sinar matahari menyengat secara langsung. Pohonnya berbuah sepanjang tahun. Tidak ada yang memunguti buah-buahnya yang berjatuhan, mereka yang sudah terlalu matang akan jatuh dan terabaikan.
Renji menggendong Hana, membiarkan Hana memetik sendiri buah loquat sesukanya. Senyum Hana mengembang sangat lebar, tidak pernah meredup sedetik pun. Ia terlalu senang karena akhirnya ia bisa memetik sendiri buah loquat dan tidak perlu memakan daunnya lagi.
“Sudah banyak. Turunkan aku.”
“Baiklah.” Renji juga masih menahan senyumnya. Ia lebih senang bisa melihat Hana senang saat bersamanya. Kini tangan Hana penuh dengan buah loquat. Renji menuntunnya untuk duduk di pinggiran teras, Hana menurut. Mereka duduk bersebelahan. “Kenapa tidak di makan?”
“Buah ini benar-benar bisa aku makan?”
Sontak Renji terkekeh mendengar pertanyaan Hana, “Tentu saja kan? Itu punyamu.”
“Kata Ibu, pohon loquat-ku mungki akan berbuah sekitar empat atau lima tahun lagi. Tapi punya Ren-chan sudah selebat ini.”
“Pohonku kan sudah 39 tahun. Sudah pasti berbuah lebat kan?”
“Sudah setua itu? Eeh? Berarti Ren-chan sudah 39 tahun ya? Waah dewasa ya?”
“Iya ya?” Renji menahan senyumya. “Ayo makan, sini aku bantu membukanya.”
“Um.” Hana menangguk-angguk. “Kalau pohonku masih enam tahun.”
Renji tidak menjawab apapun lagi. Tangannya dengan lihai mengupas loquat untuk Hana. Ia menyadari usianya yang sudah tidak muda, juga usia Hana yang sudah enam tahun. Bahkan gadis yang tidak tau kalau sebenarnya ia adalah ayahnya itu sudah masuk SD.
Renji sudah menghilang bertahun-tahun, ia juga melepas tanggungjawabnya sebagai orangtua. Renji membiarkan Rei mengurus Hana sendiri, sesuai dengan perjanjian saat mereka bercerai. Rei ingin ia yang mengurusnya, Renji setuju dengan hal itu.
“Ren-chan, tadi itu.. Ayahnya Ren-chan?”
“Hm. Tua sekali kan?”
Hana terkekeh, “Ren-chan tidak sopan.”
Kekehan Hana dibalas tawa oleh Renji. Anak sekecil Hana sudah bisa menasehatinya. Itu yang membuat Renji tertawa.
“Lalu, ibunya Ren-chan mana?”
“Hm? Ibuku?” Renji mengelap air mata bekas ketawanya tadi. Ia melihat Hana mengangguk dan memandanginya, menunggu jawaban dari Renji. “Ibuku tidak ada di rumah. Sudah pergi saat aku masih kecil. Sekarang ibuku disana.”
“Di langit?”
“Hm. Ibuku sedang memandangi Hana dari sana. Ia sedang melihat gadis kecil yang manis ini memakan buah loquat yang 39 tahun lalu ia tanam.”
Hana terdiam memandangi langit. Ia masih tidak mengerti dengan maksud Renji yang mengatakan bahwa ibunya sedang memandangi Hana dari langit.
“Ibuku itu sudah di surga, Hana.”
Hana lekas menoleh. “Surga?”
“Hm.”
Matanya masih lekat memandangi senyum Renji. Hana baru mengerti maksud Renji. Kata 'surga' menjelaskan semuanya. “Maaf.. Ren-chan pasti sedih ya?”
Renji terkekeh, “Sekarang sudah tidak kok. Habis aku tau Ibu sudah di tempat yang lebih menyenangkan.”
“Ibunya Ren-chan pasti cantik ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Contradiction (Omegaverse) [COMPLETE]
FantasíaRenji dan Rei adalah pasangan Alpha dan Omega yang sudah menikah. Tapi pernikahan mereka tidak didasari oleh perasaan saling suka. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ cerita 𝐎𝐦𝐞𝐠𝐚𝐯𝐞𝐫𝐬𝐞, 𝐁𝐋 𝐌𝐏𝐫𝐞𝐠 smut. 𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚 𝟮𝟭+, menga...