21. Widowhood

4.9K 623 54
                                    

Renji memarkirkan mobilnya di garasi rumah. Ia sengaja datang untuk menitipkan mobilnya di sana, sekalian untuk pamit sebelum pergi. Sore nanti ia sudah harus kembali ke studio dan berangkat ke bandara.

Ayahnya yang seorang duda sedang duduk membaca koran pagi di halaman rumah. Renji menyeringai melihat kebiasaan ayahnya. “Ya ampun, apa saat tua nanti aku juga akan sepertimu?”

“Yaa kalau sampai tua nanti kau masih belum mendapatkan pengganti Rei-chan.”

Renji terkekeh seraya melepas kacamatanya. “Baru juga seminggu berpisah.”

“Kau tau kan kalau aku memutuskan untuk terus menjalin komunikasi dengan mereka?”

“Aku tau, aku tau. Kita semua sudah setuju dengan itu kan?” Renji menjawab santai, ia memilih untuk langsung masuk ke dalam rumah, meninggalkan ayahnya sendiri.

Kakinya melangkah menuju kamar, kamarnya sejak kecil sampai sebelum ia pindah ke apartemen bersama Rei dulu. Renji masih tinggal berdua dengan ayahnya, bahkan setelah sebulan menikah, Renji membawa Rei untuk tinggal disana. Sampai akhirnya ia menemukan apartemen untuk dirinya dan Rei. Saat itulah ia benar-benar meninggalkan ayahnya tinggal sendiri di rumah.

Ayahnya menjadi duda bukan karena bercerai. Saat Renji baru saja masuk SMP, ibunya yang seorang pria Omega menderita sakit keras dan pergi meninggalkan Renji juga suaminya. Sejak saat itu Renji hanya tinggal berdua dengah ayahnya. Ayahnya pun tidak pernah berniat mencari pengganti ibu untuk Renji, anak semata wayangnya. Ia hanya fokus bekerja dan mengurus Renji, menjadi pengganti ibu untuk Renji.

Melihat kegigihan ayahnya, Renji bertekad tidak akan meninggalkannya sendiri. Cukup ibunya saja yang pergi, Renji ingin tetap di sana, di samping ayahnya, menemaninya. Baginya hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membalas jasa-jasa ayahnya.

“Kau yakin tidak ingin menghubunginya dulu?”

“Kami sudah berpisah.”

“Untuk sekadar mendengar suara Hana.”

“Ia belum bisa bicara. Usianya baru dua minggu.” Renji melahap habis roti panggangnya. Sebagai camilan, ia mendadak lapar siang ini.

"Renji, kau berniat mencari pengganti Rei-chan?"

"Ha?" Renji melongok. "Yah, aku baru bercerai seminggu yang lalu, rumah tanggaku kandas, gagal, apa kau pikir aku masih bisa memikirkan untuk hal-hal seperti itu?"

"Yaa... aku hanya kepikiran. Kupikir, dulu, waktu aku menjodohkan kalian dan kau tidak menolak, mungkin kau jatuh cinta padanya."

Renji memutar bola mata seraya menggeleng, "Ayolah Yah, kau tidak bosan terus membicarakan ini? Rei-chan ini Rei-chan itu. Aku bosan lama-lama. Kita sudah bercerai, apa lagi yang harus dibahas? Tidak ada kan? Kau sendiri tau mediasi kita seperti apa, gagal juga."

"Hm.. maaf." Ayahnya mendelik, mengambil pinggiran roti panggang yang tidak Renji makan. "Ren, seandainya nanti kau disana mendapatkan pengganti Rei-chan, entah pria atau wanita, Omega atau Beta, atau malah Alpha sekali pun, ku harap, untuk hubunganmu nanti, kalian bisa sama-sama mengerti. Utamakan komunikasi, meski terpisah jauh, asal komunikasi kalian lancar, semua akan baik-baik saja. Aku bicara seperti ini karena kau anakku, tentu saja aku tidak mau anakku gagal lagi kan?"

"Hm."

"Bercerai seperti itu, yang sakit bukan hanya seorang, tapi kalian berdua, jadi untuk kedepannya, jika kau sudah mendapatkan orang yang benar-benar menjadi jodohmu, semoga tidak gagal lagi."

Renji diam, mengelap remah roti panggangnya yang tersisa di sisi bibir.

Pikirannya mengawang, memikirkan kata-kata ayahnya. Renji sama sekali tidak kepikiran untuk segera mencari pengganti Rei, atau mebangun rumah tangga lagi. Renji hanya tidak ingin terluka lagi, sebab itu, sementara ini, ia ingin dirinya sendiri saja. Tanpa kekasih atau apa.

Jika kelak Renji benar mendapatkan tambatan hatinya, yang akan ia lakukan adalah hal-hal yang diingatkan oleh ayahnya. Komunikasi, saling terbuka, dan banyak hal.

Ia sadar, rumah tangganya dengan Rei memburuk karena komunikasi mereka yang juga tidak baik, ditambah, entah Rei dan Renji masih saja ada hal yang mereka tutupi satu sama lain. Tidak saling mendengarkan dan saling membantah. Mungkin karena mereka berdua adalah pria. Mungkin. Tapi kedua orangtua Renji juga pria, dan ia tidak pernah melihat mereka bertengkar. Atau tidak diperlihatkan? Rejii tidak paham, dan tidak mau memusingkan.

Rei sudah menjadi masa lalu untuknya.

✿ ✿ ✿

Renji memanggul tas dan memakai kacamata hitamnya. Di luar rumah sudah terparkir mobil yang menjemput Renji untuk ke studio. “Aku berangkat. Nanti aku beri kabar kalau sudah sampai.” ia memeluk ayahnya erat. “Sampai nanti.”

“Hm.” Ia hanya mencoba mengerti putranya, “Hati-hati ya.”

"Ya."

"Ren."

Renji menoleh, ia baru mengambil satu langkah jalan tapi ayahnya sudah memanggil lagi. "Apa?"

"Dalam pernikahanmu kemarin, kau pernah mencintai Rei-chan?"

Matanya mendelik ke atas, berpikir jawaban yang tepat untuk ayahnya ini, yang masih saja tidak bosan menanyaksn perihal Rei meski saat Renji sudah harus berangkat.

"Sudahlah. Kau hati-hati. Langsung kabari aku begitu sampai nanti. Jangan sampai kau membuat orangtua ini mati karena khawatir. Sana, sana."

"Hmm." Renji melengos, berdeham keras pada ayahnya sendiri. Ia dengar cekikikan renyah ayahnya di belakang sana. Renji tersenyum, ia paham ayahnya, juga perasaannya, Renji dan ayahnya hanya tidak bisa mengungkapkannya.

Matanya tidak terlepas dari Renji yang sudah berlari kecil ke luar rumah, Ia mengerti Renji mengalami masa yang berat. Sebagai ayah, ia tau Renji hanya tidak ingin menunjukan hal itu pada dirinya. Salahnya kalau ia terus membahas yang sudah lalu.

Di sepanjang jalan menuju bandara, Renji hanya diam mendengarkan lagu. Pandangannya hanya pada jalanan. Ia akan pergi meninggalkan negaranya, semuanya, entah untuk berapa lama, yang jelas tidak sebentar.

Mungkin saat Renji kembali nanti, hanya pada ayahnya, atau malah hanya ayahnya yang menjadi alasan Renji untuk pulang.

Renji pergi, meninggalkan semuanya, termasuk masa lalunya.





16K READS 2K VOTES ARIGATHAAANKS
ailabyu (づ ̄ ³ ̄)づ ♥

tanggal publish: 31 Mei 2020

Contradiction (Omegaverse) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang