36. We've Known

4.2K 584 67
                                    

“Bu, kenapa aku hanya punya satu orang tua? Tidak seperti yang lain."

Langkah Rei semakin cepat. Pikirannya semakin tidak tenang. Begitu dapat telepon dari sekolah, Rei langsung meninggalkan toko tanpa mengatakan apapun pada Fuuka dan Kousuke. Guru yang menelponnya tadi mengatakan Hana terlibat perkelahian dengan teman sekelasnya. Ia menjelaskan kalau Hana tidak terima saat beberapa temannya mengatakan Hana anak aneh karena hanya punya satu orangtua. Karena Hana tidak bisa menjawab dan teman-temannya semakin mengolok-oloknya, Hana yang semakin kesal malah menyerang temannya, sampai terjadilah perkelahian dan Rei terpaksa dipanggil ke sekolah.

Rei masih tidak bisa percaya ada hal seperti itu di kelas satu SD.

“Fujita Sensei, ini orangtua Hana-chan.”

Rei membungkuk. “Selamat siang.” seraya melirik mencari sosok Hana.

“Selamat siang. Aku Fujita Ime, wali kelas Hana-chan.” Guru pria yang mengenakan kaos berkerah hijau itu tersenyum, “Hana-chan, kemari, orangtuamu sudah datang.”

“Hana.” Rei memanggilnya dengan suara yang sedikit bergetar. Hana hanya diam, duduk di kursi menundukan kepalanya dalam-dalam. Rei segera tau, Hana sedang menolak dirinya.

“Maafkan Hana. Aku tidak menyangka kalau akan jadi seperti ini. Aku benar-benar minta maaf.” Rei membungkuk lebih dalam.

“Ishikawa-san, ini bukan sepenuhnya kesalahan Hana-chan. Aku mengerti situasinya, pasti ia merasa kesal karena teman-temannya terus mengoloknya. Hanya saja, yang membuat kami tidak percaya, saat Hana menyerang mereka. Kami semua tau Hana-chan anak yang seperti apa, ia baik dan pintar, dan hal tadi benar-benar buat kami tidak percaya. Teman-temannya juga tidak ada yang terluka, Hana-chan juga tidak terluka.”

“Sekali lagi aku mohon maaf.” Tubuh Rei membungkuk semakin dalam.

Tidak ada yang bisa ia katakan lagi selain meminta maaf. Suaranya bergetar. Dadanya terasa sesak, kerongkongannya seperti tertusuk-tusuk, Rei harus bisa menahan airmatanya. Bukan karena ia seorang pria, tapi karena ia seorang orangtua.

Hana menggenggam tangan Rei sangat erat. Keduanya tidak ada yang saling bicara selama di jalan pulang. Pihak sekolah tidak menyalahkan Hana, karena semua berawal bukan darinya. Mereka hanya meminta Rei untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya, meski rasanya usia enam tahun masih terlalu cepat untuk mengerti soal perceraian, setidaknya Hana harus tahu kenapa orangtuanya hanya satu, tidak seperti teman-temannya.

“Hana mau es krim? Kita beli yuk.”

Kepalanya menggeleng. Hana benar-benar menjadi diam. Membuat kerongkongan Rei kian perih.

Hari ini tepat satu minggu sejak kejadian Hana terlibat perkelahian dengan teman sekelasnya. Sudah satu minggu pula Hana tidak kembali ke sekolah. Setiap hari ia terus di toko dan mengatakan tidak ingin kembali ke sekolah. Rei sudah menjelaskan pelan-pelan mengenai ayahnya. Rei tidak mengatakan siapa ayahnya, dan tidak mengatakan kalau Hana tidak memiliki ayah karena Rei bercerai dengan ayahnya. Rei hanya mengatakan Hana sebenarnya punya ayah, tapi sudah pergi. Rei tidak bisa menjelaskan lebih dari itu. Hana masih terlalu kecil, Rei tidak ingin membuatnya semakin bingung.

Hana sudah tidak mengunci mulutnya rapat-rapat, ia sudah kembali seperti biasanya. Hanya kembali ke sekolah yang tidak ingin Hana lakukan saat ini. Karena takut menghadapi teman-temannya, takut diolok, takut mereka kembali menyerangnya. Rei juga sudah menjelaskan pada Hana kalau teman-temannya tidak akan menjahatinya lagi, tapi Hana tetap tidak mau kembali ke sekolah. Pihak sekolah selalu menanyakan kenapa Hana tidak masuk sekolah, yang Rei katakan pada mereka pun masih sama, Hana masih takut kembali ke sana.

Contradiction (Omegaverse) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang