26. Just Want to Sleep

4.6K 556 80
                                    

Kenzo memutar kemudi. Ia dan Renji sedang dalam perjalanan menuju studio radio untuk melakukan siaran sekaligus promosi single yang baru release dua hari lalu. Mereka hanya datang berdua, menajer dan asisten mereka sudah menunggu disana. Mereka berdua harus menggunakan kendaraan pribadi karena bisa-bisanya mereka telat di waktu yang sudah ditentukan manajernya. Jangan satukan mereka berdua, maka hasilnya hanya kekacauan. Hal itu sudah melekat di antara manejer, agensi, bahkan fans-fans mereka.

Dibanding dengan Renji, Kenzo lebih mahir mengendarai mobil. Ia bisa melajukan mobil dengan kecepatan yang lebih tinggi, sebab itu, Renji memutuskan Kenzo yang mengemudi mobilnya siang itu.

“Ia akan mengamuk saat kita datang.”

“Ia yang memutuskan kita berdua yang datang memenuhi undangan itu. Shun dan Yuu kan harus menghadiri yang lain.” Renji memakai kacamatanya, mereka sudah hampir sampai. “Lagipula siarannya masih setengah jam lagi.”

“Hubungi staf, kita sudah masuk ke basemant.”

“Astaga, aku benar-benar tidak menyangka Ayah sama sekali tidak menyentuh mobil ini. Keterlaluan. Ia mengabaikanku.”

Kenzo hanya melirik saat Renji menggerutu mengenai mobinya. Kenzo sendiri bingung kenapa Renji masih mengomentari mobilnya, padahal sudah sejak tiga bulan lalu mereka kembali, harusnya hal-hal seperti itu sudah tidak perlu dikomentari lagi, tapi Renji masih melakukannya.

“Kita tunggu sampai mereka datang.”

“Hm.” Renji menyahut. Ia sudah melepas sabuk pengamannya. Memang sudah sejak tiga bulan lalu ia mengambil mobil ini dari rumah ayahnya, tapi Renji masih terlalu sibuk menyiapkan single baru sampai tidak sempat mengurusi mobilnya.

Kedua matanya menjelajah ke arah dashboard lalu tertuju pada lacinya. Ia tidak ingat pernah memasukan sesuatu ke dalamnya, membukanya pun hanya karena iseng selagi menunggu.

Namun Renji tidak bisa mempercayai kedua matanya sendiri. Kerongkongannya terasa seperti tertusuk sesuatu. Jantungnya yang seperti berhenti sejenak, kini jadi berdebar dengan sangat cepat. Ia menemukan banyak hal di dalamnya.

“Mereka datang.”

“Ah. Ya.”

Cepat-cepat ia menutup laci dashboardnya. Tiga orang staf sudah datang menjemput mereka untuk segera ke studio. Waktu siaran hanya tinggal 20 menit lagi. Mereka harus bersiap-siap sebelum mulai.

Kakinya melangkah lebih cepat menuju lift. Di saat Kenzo dengan santainya mengobrol dengan para staf, ia hanya diam dan sekadar memberikan senyuman. Pikirannya masih dipenuhi sesuatu, barang-barang yang ada di laci dashboardnya.

Yang Renji temukan di dalamnya adalah, barang-barang yang berhubungan dengan mantan istrinya, Rei. Alat tulis, note kecil, foto pernikahan, novel setebal kamus tiga bahasa karangan Rei, bahkan Renji melihat ada foto scan USG janin. Ia tidak pernah ingat ia menyimpan foto itu disana. Renji benar-benar tidak menyangka akan menemukan benda-benda seperti itu. Setelah selama ini. Setelah lima tahun lebih berlalu.

Sebisa mungkin Renji mengabaikan pikirannya, ia tidak mau terlalut dalam bayangan masa lalu yang sudah ia tinggalkan. Renji hanya belum sempat merapihkan barang-barang di mobilnya, lagi pula saat berpisah dulu memang keadaanya seperti diburu-buru, jadi jelas saja kalau barang-barang Rei masih tersisa di mobilnya.

Setidaknya, begitu yang Renji pikirkan selama siaran radio. Ia harus fokus pada pekerjaannya, tidak mau membuat kesalahan sedikit pun. Renji bekerja, dan ia sangat mencintai pekerjaanya.

Siaran radio hanya berlangsung selama satu jam, setelahmya Renji atau Kenzo sama sekali tidak ada acara apapun. Mereka stay di sana sebentar untuk mengobrol dan mengambil gambar dengan para penyiar lain. Sebelum akhirnya para staf mengantar mereka kembali ke besmen.

Contradiction (Omegaverse) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang