Zahra benar benar lelah sekarang. Ia pikir tugasnya telah selesai. Namun, isi pikirannya berbanding terbalik dengan apa yang baru saja didapatkannya. Dosennya kembali memberikan tugas yang bisa dikatakan lumayan berat untuk mahasiswi sepertinya.
Zahra merenggangkan otot otot lengannya yang kaku akibat mengetik selama 3 jam lamanya. Ia masih berada di cafe dengan ditemani kedua teman kuliahnya.
Kali ini Mi Rae tidak ada disini. Ia sedang sakit dan mungkin saat ini ia berada di rumahnya.
"Kau sudah selesai Zahra-aa?" Pernyataan dari seseorang mampu mengalihkan pandangan Zahra dari laptopnya ke mata sang penanya.
"Aku sedang mengirimnya pada dosen. Kalian sudah selesai?" Zahra bertanya balik.
"Bisa gila aku jika mengerjakan tugas seperti ini setiap hari. Lihatlah ini jam berapa, seharusnya sekarang aku sudah bisa tidur siang dirumahku" Cerocos seorang gadis berambut cokelat. Ia memasang wajah frustasinya sembari melihat ke arah laptopnya.
"Kami merasakan hal yang sama denganmu Taerin-aa. Jadi berhentilah mengoceh dan kerjakan dengan cepat" Perkataan Taerin di balas oleh Hee Young. Gadis bersurai pirang itu juga tampak fokus dengan laptop nya.
"Bisa gila aku ini" Zahra terkekeh pelan mendengar nada frustasi dari bibir Taerin.
"Kerjakan dan cepatlah selesai Taerin-aa. Aku yakin tidak lama lagi kau juga akan selesai" Kata Zahra. Ia kembali menyerup minumannya yang setia menemaninya mengerjakan tugas sedari tadi.
Taerin hanya menghela nafas dan mulai kembali fokus mengerjakan tugas yang baru saja diberikan oleh dosennya itu. Bagaimana ia tidak kesal, sang dosen baru saja mengatakan untuk tidak memberikan tugas kepada para muridnya seminggu ini. Tapi lihatlah sekarang, bahkan tugas yang diberikannya melebihi tugas yang diberikan oleh dosen yang lain.
---
"Aku akan masuk. Terima kasih telah mengantarkanku Taerin-aa, Hee Young-aa" Zahra tersenyum manis kemudian melambaikan tangannya kepada Taerin dan Hee Young.
"Ne, kami akan kembali" Zahra mengangguk dan mobil milik Hee Young langsung melaju meninggalkan perkarangan apartemen Zahra.
Zahra melangkahkan kakinya menuju lift. Tangannya tergerak cepat menekan angka sembilan dan diakhiri dengan menutupnya pintu lift.
Ting
Zahra keluar dari lift. Sungguh, ia sangat lelah karena mengerjakan tugas barusan. Matanya memincing menyadari ada segerombolan pria di lorong menuju apartemennya.
Ini yang ia benci dari Korea Selatan. Bukan, ini yang ia benci dengan tinggal disini. Ia benci ketika kakinya akan melangkah melewati segerombolan pria.
Kakinya bergerak cepat ketika hendak melewati segerombolan pria yang memakai pakaian hitam. Ia ingin langsung sampai ke apartemennya.
Tangannya ditarik paksa oleh seseorang. Jantungnya nyaris berdetak dua kali kala mendapati tangannya ditarik oleh seorang pria. Dengan cepat, Zahra menepisnya dan kembali berjalan menuju apartemennya yang berjarak sekitar 3 meter lagi darinya.
Tangan Zahra kembali ditarik. Kali ini segerombolan pria tadi menghalanginya jalannya. Zahra memejamkan matanya sesaat. Ia kembali menepis kasar tangan lelaki itu yang masih setia bertengger di tangannya.
"Sstt, ini aku. Jangan kasar. Tanganku sakit ketika kau tepis" Zahra mengenali suara ini. Matanya kembali memincing melihat siapa yang sedang berbicara dengannya di balik masker dan topi hitamnya
"Jungkook?" Kata Zahra. Sangat lirih
"Kenapa kalian bisa ada disini?" Kini Zahra heran sendiri melihat member BTS yang berdiri dihadapannya.
"Stt, tenanglah. Kami tidak akan menyakitimu" Kali ini Namjoon yang berbicara.
"Kalian tau apartemenku?" Tanya Zahra heran. Keningnya mengerut pertanda ia bingung dari mana member BTS mengetahui apartemennya.
"V hyung sudah pernah kesini kan?" Jungkook yang menjawab pertanyaan dari Zahra.
Zahra teringat sebentar. Benar juga apa yang dikatakan Jungkook, Taehyung pernah kesini. Ke apartemennya.
"Apartemenku disana, lalu mengapa kalian berdiri di depan apartemen orang lain?"
"Gara gara Taehyung, dia mengatakan sedikit lupa dengan nomor apartemenmu. Yang jelas katanya nomor apartemenmu 570an" Kata Suga yang langsung mendapat cengiran khas dari Taehyung.
"Semua manusia berhak lupa hyung"
"Bodo amat"
"Kau tidak mempersilahkan kami masuk Zahra-aa?" Tanya Seokjin. Tolong katakan, dimana urat malu Seokjin sehingga malah dia yang bertanya apakah mereka tidak dipersilakan masuk.
"Mari berbicara di cafe saja" Zahra kurang yakin membiarkan para segerombolan lelaki masuk ke apartemennya.
"Bisa ketahuan nantinya. Ayolah, bisakah kami masuk?" Suara Jimin terdengar di telinga Zahra.
Zahra menghela nafas. Mau tak mau ia harus membiarkan para idolnya masuk ke apartemennya untuk yang kedua kalinya.
"Memangnya, kalian ingin apa hingga datang ke apartemenku?" Tanya Zahra. Tangannya terulur untuk memasukkan kata sandi yang terletak di pintu apartemen.
"Namjoon hyung ada sebuah pertanyaan dan kami ingin kau menceritakan tentang nabi Muhammad" Jawab Jimin. Ia yang pertama masuk setelah Zahra membuka pintu apartemennya. Mempersilahkan masuk.
"Namjoon oppa punya pertanyaan?" Ia menggiring member Bangtan ke ruang tamu apartemennya. Apartemen yang sederhana tapi memberikan kesan mewah.
"Ne, ada yang ingin aku tanyakan"
"Aku akan mengganti baju ke sebentar dan Shalat. Tunggu aku dalam 20 menit" Zahra berlalu memasuki kamarnya.
"Ne" Hanya itu jawaban singkat dari para member.
---
.
.
.
.
.
.
.VOTE♈️
KAMU SEDANG MEMBACA
IM•>POSSIBLE
FanfictionJika tuhan berkehendak, apa yang tidak mungkin bisa jadi mungkin. Kisah sebuah Idol besar yang bertemu dengan fans muslim dan akhirnya mulai tertarik dengan islam "Aku mencintaimu, Tapi aku lebih mencintai agamaku"- Zahra "Tolong tunjukkan padaku si...