"Permisi!"
Seorang gadis berusia 18 tahun berpostur tubuh tinggi dengan berat badan ideal berjalan terburu-buru di sepanjang lorong kampus. Tangannya membawa satu tumpukan modul kuliah. Rambut panjangnya yang di kuncir kuda melambai-lambai mengikuti gerakan kepalanya. Meski terlihat panik, hal itu tak juga mengurangi kesempurnaan wajah cantiknya.
"Gendhis!"
Ya, nama gadhis cantik itu Ghendis. Nama panjangnya Ghendis Aluna. Dia kuliah di salah satu Universitas ternama di Jakarta, sudah semester 6. Dia gadis yang baik, periang dan pintar, meskipun tingkahnya sedikit selengakan.
Pasti kalian bertanya-tanya, bagaimana gadis 18 tahun sudah berada di semester 6 bangku kuliah? Gendhis memang sangat pintar, otaknya tidak diragukan lagi kemampuannya. Saat di SMA, dia masuk kelas akselerasi dengan full beasiswa karena kecerdasannya. Bukan tidak mungkin sebelum usianya 20 tahun, dia sudah lulus kuliah dengan nilai cumlaude.
Gendhis menghentikan langkah kemudian menoleh ke arah sang pemanggil namanya. Gadis berparas cantik itu memasang tampang kesal ketika tahu siapa yang telah memanggilnya.
"Paan sih, Yu?" tanya Gedhis kesal "Lo buang-buang waktu gue aja deh!"
"Lo mau kemana sih? Buru-buru amat!"
Dia Ayu, sahabat terbaik Gendhis. Sama baik dan pintarnya seperti Gendhis. Ayu selalu ada disaat Gendhis susah maupun senang, begitu pula sebaliknya. Mereka bersahabat sedari awal mereka masuk kuliah. Dari mereka masih jadi mahasiswa baru yang jadi bahan ospek kakak angkatan mereka.
"Gue harus ketemu kak Marcel, Yu! Lo kan tau gue belum dapet tempet magang. Nah, kak Marcel nawarin gue magang di perusahaan temennya." Jelas Gendhis. "Lo sih enak bisa magang di kantor bokap lo!" jelas Gendhis.
"Kak Marcel?" kening Ayu berkerut "Yang suka beli kue di toko mama lo bukan?"
Gendhis mengangguk membenarkan.
"Terus kenapa mesti buru-buru banget sih? Kak Marcel kan orangnya santai abis!" tanya Ayu lagi.
"Kata kak Marcel, pimpinan perusahaan itu tuh galak banget. Gue nggak boleh telat sampe ke kantor itu!"
"Lo yakin mau magang di tempet seserem itu?" tanya Ayu sangsi.
"Kuburan kali serem!" jengah Gedhis.
"Pimpinan perusahaannya aja galak. Bisa-bisa lo...."
"Udah ya, Yu! Kita bahasnya nanti aja di rumah. Gue buru-buru sekarang!" potong Gendhis.
"Eh, tapi... Ndhis!"
"Gendhis!"
Gendhis melenggang pergi tanpa menghiraukan seruan Ayu yang memanggil-manggil namanya.
***
Seorang pria berwajah tegas namun tampan, membolak-balik isi map yang kini tengah di pegangnya. Alisnya yang tebal menambah kesan tajam sorot matanya. Setelan jas dengan dasi berwarna biru dongker, juga rambutnya yang tertata rapi membuat aura kewibawaan pria itu begitu terpancar.
"Berapa lama mau magang?" tanya pria itu tanpa mengalihkan perhatian dari kertas-kertas di tangannya.
"Tiga bulan pak!" sahut Gendhis mantab.
Pria itu meletakkan map berwarna merah itu di atas meja, menyedekapkan tangan sembari menyandarkan punggung di kursi kerjanya, dan kini menatap Gendhis sembari mengamati penampilan gadis itu.
Namanya Arnesh Perwira, pimpinan perusahaan travel yang sedang berkembang di Indonesia. Cabangnya sudah tersebar di beberapa provinsi. Usianya sudah 29 tahun, namun Arnesh belum juga punya niatan untuk meminang seorang gadis. Padahal orang tuanya sudah berulang kali meminta Arnesh untuk segera mencari seorang pendamping.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boss [ COMPLETED ]
RomanceBagaimana jika seorang pimpinan perusahaan travel ternama jatuh hati kepada seorang sekretaris magang yang usianya jauh di bawahnya? Kendala restu keluarga, status sosial, hingga perbedaan usia akankah membuat mereka menyerah untuk memperjuangkan k...