Arnesh menghabiskan sore bersama tiga tamu kecilnya di games center sebuah mall kenamaan di Jakarta. Yang membuat Arnesh lebih bahagia, Gendhis berada bersama mereka saat ini. Mereka berlima, Arnwsh, Raja, Ratu, Reno, dan Gendhis, asik memainkan berbagai games dan memenangkan beberapa permainan. Suara jerit keseruan Raja, Ratu, dan Reno beradu dengan deru suara musik yang menggema di seluruh penjuru games center itu. Mereka tertawa dan gembira bersama. Mungkin juga Gendhis sedang melupakan jika dia sedang menjaga jarak dengan Arnesh, atasannya.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Saking antusiasnya, mereka sampai melewatkan jam makan siang. Kini perut kelimanya berkoar minta diisi. Arnesh memutuskan membawa empat orang bersamanya makan di sebuah restoran cepat saji di dalam mall itu juga.
Mereka sudah duduk di sebuah meja dan menikmati makanan mereka masing-masing. Sepertinya rasa lapar membuat mereka fokus dengan hidangan di hadapan mereka sehingga selama makan tidak ada satu orang pun yang berbicara. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mereka berlima menandaskan isi piring masing-masing.
"Om Arnesh sama kak Gendhis pacaran ya?" celetuk Reno memecah keheningan.
Uhk! Uhk! Uhk!
Gendhis yang baru akan menelan kunyahan terakhirnya sampai tersedak karena kaget mendengar ujaran polos anak kecil di sampingnya itu. Arnesh segera meraih minuman Gendhis dan memberikannya pada gadis yang masih mati-matian mengenyahkan sesuatu yang salah jalan di kerongkongannya itu.
"Minum dulu, Ndhis!" pinta Arnesh.
Gendhis menerima minuman itu kemudian meneguknya sampai habis. Dia meletakkan kembali gelas itu ke atas meja dan mengelap sekitaran mulutnya dengan tissue. Beberapa saat hingga ritme nafas Gendhis kembali normal, Gendhis menatap Reno penuh perhatian.
"Reno, anak kecil nggak boleh bilang pacar-pacaran ya!" peringat Gendhis.
"Tapi kita seneng kalo kak Gendhis sama om Arnesh pacaran!" dukung Raja.
"Iya, kak! Kalian udah kaya pengganti orang tua kita." tambah Ratu.
Seketika Gendhis tertegun. Diliriknya sekilas Arnesh yang tampaknya juga sama tertegunnya dengan Gendhis, kemudian kembali di tatapnya satu persatu anak-anak malang itu. Ada rasa iba di hati Gendhis, tapi bukan berarti dia harus pacaran beneran dengan Arnesh kan?
"Reno, Raja, Ratu, kalian denger ya! Om Arnesh ini bossnya kak Gendhis. Jadi kak Gendhis dan om Arnesh nggak boleh pacaran sayang!" jelas Gendhis lembut.
Dada Arnesh berdenyut nyeri mendengar apa yang dikatakan Gendhis pada ketiga bocah kecil itu. Rasanya dia tidak terima Gendhis bilang bahwa mereka tidak boleh pacaran. Apa salahnya boss dan bawahannya pacaran? Sungguh penjelasan Gendhis menyesatkan!
"Tapi biarpun kak Gendhis dan om Arnesh nggak pacaran, kita tetep bisa jadi pengganti orang tua kalian. Kita akan tetep dateng ke panti buat bawain kalian mainan baru kaya biasanya." tambah Gendhis sembari tersenyum hangat.
Arnesh menatap Gendhis. Senyuman itu begitu tulus, apa itu berarti memang omongan Gendhis tadi benar-benar dari hati Gendhis? Arnesh memalingkan wajahnya. Tidak sanggup melihat senyum yang disadari tidak akan pernah jadi miliknya.
"Om Arnesh jangan diem aja dong!" hardik Raja "Om Arnesh juga mau kan jadi pengganti orang tua kita?"
Arnesh mengalihkan atensinya pada Raja "Ya pasti om Arnesh mau lah, Raja!"
Arnesh melirik Gendhis sekilas "Kan kak Gendhis juga mau!"
Gendhis tersentak mendengar kalimat Arnesh. Dia menelan salivanya, membasahi tenggorokan yang tiba-tiba saja mengering. Rasanya ada gelayar aneh menggetarkan hatinya. Senang tapi sakit, sedih tapi hangat. Entahlah apa nama rasa itu. Yang jelas itu sangat mengganggu tapi juga Gendhis nikmati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boss [ COMPLETED ]
RomanceBagaimana jika seorang pimpinan perusahaan travel ternama jatuh hati kepada seorang sekretaris magang yang usianya jauh di bawahnya? Kendala restu keluarga, status sosial, hingga perbedaan usia akankah membuat mereka menyerah untuk memperjuangkan k...