"Doni!"
Gendhis sedikit tertegun dengan keberadaan Doni di restoran itu. Doni bukan tipe orang yang mau menghamburkan uang untuk bersenang-senang. Apalagi hanya untuk makan-makan di tempat yang lumayan berkelas seperti restoran seafood ini. Lantas untuk apa dia di sini?
"L-lo... Ngapain di sini?" tanya Gendhis tergagap.
Doni memang bukan pacarnya lagi, tapi entah mengapa Gendhis merasa dirinya seperti tengah ketahuan sedang selingkuh. Padahal, sudah bukan urusan pria itu lagi jika Gendhis akan jalan dengan siapa saja, dimana saja, dan kapan saja.
"Jadi ini yang kamu sebut sibuk selama ini? Seneng-seneng, makan malem sama boss kamu berduaan, ketawa haha-hihi, tapi aku hubungin kamu nggak pernah direspon sama sekali!" tuduh Doni.
Tatapan Arnesh menajam pada pria yang kini telah menjadi mantan pacar sekretarisnya itu. Hatinya menggeram, tidak terima Gendhis dituduh seperti itu.
"Kamu jangan asal nuduh Gendhis yang nggak-nggak ya!" geram Arnesh.
"Pak, please!" Tatapan Gendhis seperti memohon agar Arnesh tidak ikut campur urusannya dengan Doni.
"Tapi dia udah..."
"Biar saya aja, pak! Ini urusan pribadi saya."
"Fine!" serah Arnesh sembari bersedekap. Meski begitu, dia tetap mengawasi dua sejoli yang bukan lagi pasangan itu. Dia tidak mau terjadi apa-apa pada Gendhis.
"Jadi, mau alesan apa lagi kamu? Udah ketahuan gini, baru kamu mau cerita? Telat, Ndhis! Kita udah nggak ada apa-apa lagi!"
Gendhis berdiri, memposisikan dirinya berhadapan dengan Doni. Tatapannya berubah tajam. Hati Gendhis sudah memberontak, tidak ingin lagi disakiti lebih dalam oleh pria yang pernah mengisi kekosongannya itu.
"Gue ngerti kita udah putus, dan gue nggak permasalahin itu kok sekarang. Terus kenapa lo masih ngurusin hidup gue? Bukannya lo juga udah punya cewek ya? Siapa namanya? Vita? Terus kenapa lo masih ngusik gue?" cerca Gendhis.
"Oh, jadi kamu udah terima kita putus?" Doni tersenyum smirk "Apa karena lo udah bisa dapetin hati boss kamu itu?!"
"Itu yang lo mau kan? Jadi, nggak usah lo nyari kesalahan gue lagi! Udah cukup berulang kali lo bikin gue sakit hati, Don! Mau gue deket sama boss gue kek, mau gue jomblo seumur hidup gue, itu bukan urusan lo lagi!"
Gendhis benar-benar mengumpulkan segenap keberaniannya untuk mengatakan itu semua pada Doni.
"Lo yang nggak selalu ada buat gue!"
Kali ini Gendhis yang tersenyum sinis "Gue nggak nyesel lo mutusin gue kemaren. Karena gue nggak perlu mikirin lagi orang yang cuma nuntut gue ada buat dia, tapi dia nggak pernah kasih imbal balik ke gue!"
"Lo...." benar-benar Doni menggeram. Dia kira Gendhis masih akan mengemis untuk dia kembali, tapi ternyata Gendhis malah membuatnya malu di depan umum seperti sekarang.
"Nggak nyesel gue lebih milih Vita daripada lo!" ucap Doni penuh penekanan.
"Gue juga nggak nyesel kehilangan cowok playboy kaya lo!" balas Gendhis sengit.
Merasa dirinya semakin menjadi pusat perhatian, Doni pun memutuskan beranjak pergi. Melihat Gendhis seperti tidak lagi membutuhkannya, ada rasa tidak suka di benak Doni. Tapi itu juga karena kesalahannya bukan? Keputusannya melepas Gendhis sepertinya merupakan langkah yang disesalinya.
Usai Doni tak terlihat dari pandangannya, Gendhis kembali duduk. Arnesh yang sedari tadi tak melepas Gendhis dari penglihatannya, kini menatap Gendhis khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boss [ COMPLETED ]
RomanceBagaimana jika seorang pimpinan perusahaan travel ternama jatuh hati kepada seorang sekretaris magang yang usianya jauh di bawahnya? Kendala restu keluarga, status sosial, hingga perbedaan usia akankah membuat mereka menyerah untuk memperjuangkan k...