Bagian 34

4.6K 298 11
                                    

Gendhis memasuki rumah dan netranya langsung bertemu tatap dengan Marcel juga Santi. Gendhis mau tak mau segera beranjak menghampiri keduanya yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Dia tidak mau Santi ikut campur masalahnya dengan Marcel jika dia terlihat menghindari pria itu.

"Tante ke dalem dulu ya!" pamit Santi.

"Iya, tante! Makasih udah nemenin!"

Santi pun berlalu meninggalkan Marcel dan Gendhis berdua. Gendhis duduk berseberangan dengan Marcel. Dia bisa melihat Marcel salah tingkah sendiri, membuat Gendhis semakin yakin kini pria itu sedang merancang berbagai alasan untuk menyangkal semua fakta yang Gendhis dapat dari Arnesh dan Meidy tadi.

"Ndhis, aku nggak bermaksud bohong sama kamu. Aku cuma...."

"Gue nggak bilang kak Marcel pembohong. Kenapa kak Marcel ngerasa gitu?" tanya Gendhis, membuat Marcel terperangah dan semakin serba salah.

"T-tadi bukannya Arnesh..."

"Kenapa kak Marcel nggak bilang kalo kakak dijodohin sama kak Meidy?"

Marcel menunduk "M-maaf. Gue.... "

"Seharusnya kalo kakak nggak suka sama kak Meidy, kak Marcel tolak dong perjodohan itu sedari awal. Kalo begini kejadiannya kan jadi nyakitin banyak pihak!" kesal Gendhis.

"Kaya pak Arnesh tuh! Biarpun gue akuin caranya salah, tapi dia gentle bilang kalo dia nggak setuju sama pertunangan itu!" tambah Gendhis.

"Waktu itu gue belom yakin sama hati gue, Ndhis. Tapi sekarang...."

"Jangan batalin pertunangannya!" larang Gendhis.

"Kenapa? Arnesh aja lo dukung buat ngebatalin perjodohannya!"

"Yang dijodohin sama pak Arnesh itu mak lampir, makanya gue dukung dia ngebatalin pertunangannya. Kalo tunangan lo, kak Meidy, gue kenal dia dan dia baik banget orangnya. Mana mungkin gue hancurin hati dia." ujar Gendhis.

Marcel mengerutkan keningnya "Lo kenal Meidy?"

"Dia tentor gue waktu gue SMA dulu!" jawab Gendhis "Dia selalu bantu gue apapun yang gue perlu."

"Jadi karena itu lo nggak mau gue ngebatalin perjodohan gue sama dia? Cuma karena dia baik ke lo aja? Bukan ke gue?"

Gendhis menatap Marcel tajam "Kurang baik apa kak Meidy sama lo? Dia rela lo jadiin tunangan selama 3 tahun lamanya tanpa kepastian kapan kalian bakal nikah. Dia seriusin hubungan yang nggak sama sekali lo harepin. Dia bebasin lo buat ngelakuin apa aja tanpa ada negatif thinking sedikitpun sama lo. Kurang apa coba?!"

"Dan setelah itu lo ninggalin dia, mutusin pertunangan kalian cuma demi gue?" Gendhis menggeleng tidak habis pikir "Lo sama aja kaya kak Tora tau nggak?!"

"Tapi gue sayangnya sama lo, Ndhis!" kata Marcel "Seharusnya lo nggak perlu tau semuanya tadi. Biar lo nggak berubah pikiran kaya gini!"

"Tanpa ada kejadian kaya gini pun, tadi gue juga udah niat mau nolak lo kak!" jujur Gendhis.

Marcel tertegun "K-kenapa?"

"Lo itu udah gue anggep kaya kakak gue sendiri. Lo selalu ada buat gue, ngedukung gue, ngelindungin gue. Tapi gue nggak bisa punya hubungan lebih sama lo, kak. Gue sayang sama lo sebagai kakak gue, bukan pasangan gue!" tutur Gendhis.

"Gue nggak mau, kalo kita pacaran terus suatu saat kita putus, gue harus jauh dan kehilangan lo, gue nggak mau itu terjadi. Lo itu udah kaya pengganti papa di hidup gue, kak!"

Mata Gendhis berkaca-kaca. Dia serius dengan kata-katanya. Memang benar, selama ini soksok Marcel selalu mengingatkannya pada sang papa. Rindunya sedikit berkurang saat Marcel selalu ada di sisinya.

My Perfect Boss [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang