"Saya menerima perjodohan saya dengan Arthur!"
Berbeda dengan para orangtua dan Arthur yang tersenyum mendengar jawaban Gendhis, Ayu, Adrian terutama Arnesh malah menatap Gendhis tidak percaya. Terperangah dengan keputusan Gendhis yang di anggap gegabah.
Ayu yang duduk di samping Gendhis menarik ujung kaos yang dikenakan sang sahabat, membuat Gendhis refleks menengok. Tatapan Ayu menyiratkan pertanyaan 'Lo yakin?' dan anggukan pelan dari kepala Gendhis merupakan jawabannya meski Ayu tidak yakin Gendhis menerima perjodohan ini dengan sepenuh hati.
Gendhis berdiri cepat, membuat semua mendongak ke arahnya. Sejenak Gendhis melirik Arnesh yang kini menatapnya penuh kekecewaan. Bukankah memang Gendhis sudah membuat Arnesh kecewa sedari kemarin? Kemudian dia mengedarkan pandangannya, menatap satu persatu wajah yang mengarah padanya.
"Gendhis keluar bentar, nyari angin!" pamit Gendhis seraya berlalu.
Ayu pun ikut berdiri dan segera menyusul Gendhis setelah sebelumnya pamit undur diri juga. Begitu pula dengan Adrian. Dia harus berbicara pada sepupunya itu. Sepertinya otak gadis itu sedikit bermasalah hari ini.
Gendhis baru akan keluar dari gerbang rumah ketika lengannya ditahan seseorang. Gendhis menoleh dan Ayu berdiri di sampingnya kini. Perlahan Ayu melepas cekalannya pada tangan Gendhis setelah yakin Gendhis tidak akan pergi.
"Lo yakin mau nerima perjodohan tadi? Lo suka sama Arthur?" tanya Ayu.
"Lama-lama juga bisa suka!" jawab Gendhis enteng.
"Lo bisa nolak kalo..."
"Lo nggak ngerti posisi gue, Yu! Ini amanat dari bokap gue. Gue nggak mungkin nolak dan ngecewain bokap gue di surga!" potong Gendhis.
"Amanat bisa dijalanin kalo keadaannya sama-sama bisa diterima semua pihak!"
Gendhis dan Ayu menoleh bersamaan saat bariton suara Adrian menginterupsi obrolan dua bersahabat itu.
"Gue tau lo nggak nyaman sama Arthur. Lo bisa nolak, Ndhis. Lo nggak perlu maksain diri!" ujar Adrian.
"Thanks banget kalian udah perhatian sama gue. Tapi ini semua gue lakuin buat almarhum papa gue. Gue juga nggak mau nambah beban pikiran mama gue. Jadi, please, kalian ngerti keadaan gue!" pinta Gendhis.
"Justru karena kita tau lo sukanya bukan sama Arthur, jadi kita nggak mau lo terjebak dalam perjodohan konyol ini!" nada suara Adrian sedikit meninggi.
"Konyol lo bilang?" Gendhis menatap tajam Adrian "Permintaan papa gue lo bilang konyol?"
"Adrian bener, Ndhis!" sahut Ayu mengalihkan atensi Gendhis "Yang anak kandungnya pak Perwira itu pak Arnesh. Jadi yang diminta papa lo dijodohin sama lo itu seharusnya pak Arnesh, bukan Arthur!"
Gendhis menyeringai sinis "Apa bedanya? Mau pak Arnesh ataupun Arthur, sama-sama gue harus ngelakuin ini demi papa gue kan?"
"Tapi lo suka kan sama pak Arnesh?" tukas Adrian yang seketika membuat Gendhis terbungkam.
Lagi-lagi hatinya bergelayar aneh mengingat semua yang sudah terjadi padanya dan Arnesh. Penolakannya pada Arnesh, pemecatan Arnesh padanya, hingga tatapan kecewa yang Arnesh berikan tadi, semua membuat Gendhis merasakan perih yang teramat sakit dalam setiap tarikan nafasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boss [ COMPLETED ]
RomanceBagaimana jika seorang pimpinan perusahaan travel ternama jatuh hati kepada seorang sekretaris magang yang usianya jauh di bawahnya? Kendala restu keluarga, status sosial, hingga perbedaan usia akankah membuat mereka menyerah untuk memperjuangkan k...