Bagian 32

4.4K 307 5
                                    

Gendhis melewati sebuah kafe tak jauh dari kantor Samudera travel. Dia memang sengaja berjalan kaki sampai ke ujung jalan agar lebih mudah mendapat kendaraan umum untuk kembali ke kantor Perwira travel. Di kafe itu banyak orang sedang menikmati makan siang mereka. Memang jam makan siang orang kantoran seperti Gendhis belum selesai, jadi wajar mereka masih duduk santai sembari menghabiskan waktu istirahat. Kebanyakan dari mereka datang bersama pasangannya. Gendhis tidak iri, hanya saja pikirannya kembali mengingat perkataan Yoga tadi.

"Tadi dia pergi sama cewek cantik, neng!"

Gendhis menghela nafas. Merutuki kebodohannya yang berpikir Arnesh akan selalu menunggu dirinya untuk membawakan makan siang untuk pria itu. Padahal pada kenyataannya, Arnesh mungkin tak seperti yang dipikirkan Gendhis.

Langkah Gendhis terhenti saat netranya melihat soksok yang tadi dicarinya di pool sedang duduk berhadapan di dalam kafe itu dengan seorang wanita. Keduanya sedang bercengkerama sembari tertawa-tawa. Entah mengapa, dada Gendhis merasa nyeri melihat pemandangan itu.

"Jadi itu ceweknya!" gumam Gendhis "Syukurlah bukan Nirina!"

Kening Gendhis berkerut "Tapi kok kaya gue kenal tuh cewek ya!"

Gendhis menajamkan penglihatannya. Wanita yang sedang bersama Arnesh itu sungguh familiar bagi Gendhis. Mata Gendhis seketika membulat ketika wanita itu menoleh dan memperlihatkan wajah cantiknya yang benar-benar Gendhis kenal.

"Kak Meidy!" gumam Gendhis.

Wanita itu tersenyum melihat Gendhis kemudian melambaikan tangannya. Memberi kode pada Gendhis untuk masuk dan ikut bergabung dengan dua orang di dalam sana. Bukannya melangkah masuk ke kafe, Gendhis justru beranjak pergi meneruskan perjalananya. Entah mengapa dia sama sekali tidak tertarik untuk masuk walau hanya sekedar menyapa mantan tentor dan atasannya di dalam.

Melihat Gendhis pergi, Arnesh segera berdiri dan berlari menyusul Gendhis. Untunglah langkah panjang Arnesh dapat segera menyamai langkah Gendhis. Arnesh segera menahan lengan Gendhis dan meminta gadis itu untuk berhenti.

"Ndhis, mau kemana?" tanya Arnesh.

"Mau balik ke kantor lah!" sahut Gendhis ketus.

"Nggak bawain saya makan siang?"

"Buat apa?" sinis Genshis "Kan bapak udah makan sama kak Meidy!"

Kening Arnesh berkerut "Kamu kenal Meidy?"

"Maaf, pak! Waktu makan siang saya udah habis." Gendhis mengalihkan pembicaraan "Saya harus balik ke kantor. Kak Marcel sama Arthur udah nunggu saya!"

"Tunggu!" Arnesh kembali menahan Gendhis saat gadis itu akan melangkah pergi "Kamu nggak lagi salah paham sama saya kan?"

Gendhis menyeringai sinis "Salah paham untuk apa?"

"Saya sama Meidy nggak ada apa-apa loh!"

"Apa hubungannya sama saya? Saya kan bukan siapa-siapa bapak!"

"T-tapi..."

"Mau bapak ada apa-apa sama kak Meidy, mau bapak pacaran atau mau nikah sekalipun sama dia, saya nggak peduli! Bapak cuma mantan atasan saya, dan saya cuma mantan sekretaris bapak!" tegas Gendhis penuh penekanan.

"Ndhis, saya..."

"Maaf, saya harus pergi!"

"Ndhis, please dengerin saya!"

Gendhis menepis tangan Arnesh yang mencekal lengannya kemudian melenggang pergi meninggalkan Arnesh yang menatapnya sendu.

"Ndhis!"

My Perfect Boss [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang